news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Cara Mengatasi Sapi Susah Hamil agar Cepat Beranak

Seputar Hobi
Artikel yang membahas seputar hobi seperti menggambar, memelihara tanaman, hewan peliharaan, hingga meracik kopi.
10 Maret 2025 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Hobi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cara mengatasi sapi susah hamil. Foto: Pexels.com/Vinicius Pontes
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cara mengatasi sapi susah hamil. Foto: Pexels.com/Vinicius Pontes
ADVERTISEMENT
Cara mengatasi sapi susah hamil dapat dilakukan dengan berbagai langkah yang berkaitan dengan nutrisi, kesehatan reproduksi, dan teknik perkawinan.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan sapi untuk bunting tidak hanya bergantung pada satu faktor, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi tubuh dan lingkungan sekitarnya.
Oleh sebab itu, peternak harus memahami solusi yang tepat serta penyebab yang mungkin menghambat kehamilan sapi.

Cara Mengatasi Sapi Susah Hamil

Ilustrasi cara mengatasi sapi susah hamil. Foto: Pexels.com/Matthias Zomer
Berikut adalah cara mengatasi sapi susah hamil yang dapat diterapkan agar peluang kebuntingan meningkat, mengutip dari bbppkupang.bppsdmp.pertanian.go.id.
Salah satu langkah utama adalah memastikan sapi mendapatkan nutrisi yang cukup, terutama vitamin A dan E. Vitamin ini berperan penting dalam menjaga fungsi reproduksi, terutama dalam perkembangan ovarium.
Jika sapi mengalami kekurangan vitamin A dan E, ovulasi bisa terganggu, sehingga sulit untuk mengalami kehamilan. Oleh sebab itu, pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi yang lengkap agar proses reproduksi berjalan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Selain memperhatikan nutrisi, kesehatan reproduksi sapi juga harus dijaga agar tidak mengalami gangguan yang menghambat kehamilan.
Salah satu penyakit yang sering menyerang sistem reproduksi sapi adalah endometritis, yaitu infeksi bakteri pada uterus yang dapat terjadi setelah sapi melahirkan.
Penyakit ini bisa menyebabkan gangguan pada proses kebuntingan karena kondisi uterus tidak sehat. Untuk mengatasinya, peternak dapat melakukan pemeriksaan dengan alat Metricheck pada 21 hari setelah sapi melahirkan.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya infeksi, sapi perlu mendapatkan terapi antibiotik agar kondisi reproduksinya kembali normal.
Faktor lain yang dapat menghambat kehamilan adalah stres. Sapi yang mengalami stres cenderung memiliki gangguan hormon yang mempengaruhi siklus birahi dan peluang kebuntingan.
Oleh sebab itu, peternak perlu memastikan bahwa sapi berada dalam lingkungan yang nyaman dan tidak mengalami tekanan berlebih.
ADVERTISEMENT
Memberikan ruang gerak yang cukup, menghindari pemanjangan masa penyapihan pedet, serta menjaga pola pemberian pakan yang baik dapat membantu mengurangi tingkat stres pada sapi.
Jika nutrisi dan kesehatan reproduksi sudah terjaga, langkah selanjutnya adalah menerapkan teknik perkawinan yang tepat.
Inseminasi buatan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan peluang kehamilan.
Proses ini harus dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu sekitar 12-24 jam sebelum masa metestrus, agar sperma dapat membuahi sel telur dengan efektif.
Selain itu, teknik inseminasi harus dilakukan dengan benar dan higienis untuk mencegah infeksi yang dapat menghambat kehamilan.
Pemantauan birahi juga sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan kebuntingan.
Peternak harus mengenali tanda-tanda birahi sapi, seperti perubahan perilaku dan kondisi fisik.
ADVERTISEMENT
Salah satu tanda yang paling jelas adalah "standing heat," di mana sapi betina akan diam saat dinaiki oleh sapi lain.
Mengawinkan sapi pada waktu yang tepat akan memberikan peluang lebih besar untuk terjadi kebuntingan.
Kehamilan sapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti cuaca ekstrem dan proses pengangkutan yang kurang baik.
Oleh sebab itu, cara mengatasi sapi susah hamil harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari pemenuhan nutrisi, perawatan kesehatan reproduksi, hingga penerapan teknik inseminasi yang tepat agar peluang kebuntingan semakin tinggi. (Shofia)