Konten dari Pengguna

Sejarah Rumah Cimanggis Depok, Lokasi dan Kondisinya Saat Ini

Seputar Jabar
Artikel yang membahas wisata dan kuliner di daerah Jawa Barat
7 Mei 2025 16:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Jabar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Rumah Cimanggis Depok. Foto hanya sebagai ilustrasi saja, bukan tempat sebenarnya. Sumber: Unsplash/Rifan 29.
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Rumah Cimanggis Depok. Foto hanya sebagai ilustrasi saja, bukan tempat sebenarnya. Sumber: Unsplash/Rifan 29.
ADVERTISEMENT
Gedong Tinggi Rumah Cimanggis atau juga dikenal dengan Rumah Cimanggis, memiliki sejarah yang panjang. Dari sejarah Rumah Cimanggis Depok diketahui dahulu dijadikan sebagai rumah peristirahatan.
ADVERTISEMENT
Rumah Cimanggis dibangun oleh seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-29 hingga pernah dihuni pegawai RRI. Gedungnya sempat terbengkalai dan bahkan atapnya roboh karena dimakan usia.

Sejarah Rumah Cimanggis Depok

Sejarah Rumah Cimanggis Depok diawali dengan dibelinya lahan perkebunan milik Je Manns oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang Ke-29, Petrus Albertus van der Parra.
Berikut ulasan singkat mengenai sejarah panjang keberadaan Rumah Cimanggis Depok. Informasinya berdasarkan website resmi Pemerintah Kota Depok, depok.go.id.

1. Dibangun sebagai Hadiah untuk Sang Istri

Kala itu, kawasan Cimanggis, Depok, belum seramai sekarang, terdapat banyak perkebunan. Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-29, Petrus Albertus van der Parra, ingin membangun rumah besar di atas tanah yang dibeli dari Je Manns.
Diketahui, van der Parra ingin menghadiahkan bangunan rumah besar tersebut untuk sang istri, Johanna Bake.
ADVERTISEMENT
Pembangunan dilakukan pada rentang waktu 1771-1775. Namun, van der Parra wafat sebelum pembangunan rumah tersebut selesai.

2. Dijadikan Rumah Peristirahatan dan Berdirinya Pasar Cimanggis

Sepeninggal sang suami, Johanna Bake, menggunakan rumah tersebut sebagai rumah peristirahatan atau landhuis. Namun, Johanna Bake tidak bertempat tinggal di rumah tersebut, melainkan dikunjungi sewaktu-waktu saja. Johanna Bake tetap tinggal di Batavia.
Baik sang tuan rumah maupun tamunya, lebih banyak beraktivitas di teras belakang rumah. Saat itu terdapat danau bernama Situ Cimin, yang membuat suasana rumah peristirahatan ini nyaman untuk didatangi.
Dengan adanya Gedong Tinggi Rumah Cimanggis, perekonomian di daerah sekitarnya pun turut bergerak. Johanna Bake pun diketahui mendirikan Pasar Cimanggis di sebagian lahan sebelah timur dari Rumah Cimanggis.
Pada saat itu, awalnya Pasar Cimanggis dijadikan sebagai lokasi jual beli kuda. Sehingga terkenal di antara para pengembara dan pelaku perjalanan. Selain itu, pasar ini juga dijadikan sebagai lokasi istirahatan para pengembara.
ADVERTISEMENT

3. Berpindah Tangan dan Dimiliki oleh Kapitan Tionghoa

Sepeninggal Johanna Bake, kepemilikan Gedong Tinggi Rumah Cimanggis sempat berpindah-pindah tangan. Rumah besar tersebut sempat berpindah tangan kepada seorang pengusaha bernama David Smith.
Namun, setelah David Smith bangkrut, kepemilikan Rumah Cimanggis sempat tidak jelas.
Kemudian seorang Kapitan Tionghoa, yang juga merupakan pemilik Rumah Pondok Cina, juga mengambil alih Rumah Cimanggis. Selain memiliki gaya ala Eropa, setelah kepemilikannya ada di tangan Kapitan Tionghoa, sentuhan budaya Tiongkok juga terasa di sini.
Atapnya sempat berbentuk lancip di kedua sisinya, mirip ekor Burung Hong yang lazim ditemukan pada bangunan Tionghoa.
Sayangnya, pada tahun 1935, kepemilikan Rumah Cimanggis kembali berganti, dan jatuh pada Samuel de Meyer.

4. Dikunjungi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Hubertus Johannes Van Mook

Di era kejatuhan penjajah, baik Belanda maupun Jepang, pada rentang tahun 1946-1947, rumah bergaya arsitektur gaya Louis ke-15 ini, pernah di kunjungi Hubertus Johannes Van Mook, Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT

5. Dijadikan Rumah Dinas Karyawan RRI

Kemudian pasca kemerdekaan, yakni di era Orde Baru, Presiden Soeharto meresmikan tiga pemancar RRI di area tersebut tahun 1964. Lalu, bangunan Rumah Cimanggis menjadi bagian dari komplek pemancar RRI tersebut.
Pada tahun 1978, bangunan bekas rumah peristirahatan itu, dijadikan semacam rumah dinas untuk karyawan RRI. Beberapa bagian rumah disekat menjadi beberapa bagian, dan ditempati sekitar 13 kepala keluarga sebagai rumah dinas.

6. Rumah Cimanggis Mulai Ditinggalkan

Pada tahun 2002, atap dari Rumah Cimanggis mulai mengalami kebocoran. Pemerintah setempat kemudian membangun komplek perumahan untuk karyawan RRI, yang dinamakan Komplek Departemen Penerangan (Deppen).
Ketika Komplek Deppen itu rampung, karyawan RRI pindah ke komplek tersebut dan membuat Rumah Cimanggis kosong. Sejak saat itu, bangunan mulai tak terawat dan mengalami kerusakan.
ADVERTISEMENT

Lokasi dan Kondisinya Saat Ini

Sejarah Rumah Cimanggis Depok. Foto hanya sebagai ilustrasi saja, bukan tempat sebenarnya. Sumber: Unsplash/Naufan Rusyda Faikar.
Lokasi Gedong Tinggi Rumah Cimanggis, sampai saat ini masih ada. Lokasinya berada di Jalan Umum, Cisalak, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok.
Saat ini, bangunan yang berusia hampir 250 tahun tersebut telah dijadikan sebagai cagar alam Kota Depok. Lokasinya berdampingan dengan kampus yang baru saja dibangun, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Bangunan yang telah melalui proses pemugaran besar-besaran ini, bisa dikunjungi, karena telah dijadikan sebagai museum, bernama Museum Rumah Cimanggis.
Sewaktu dilakukan pemugaran, bagian interior bangunannya pun diisi dengan berbagai perabotan, yang melambangkan fungsinya pada zaman dulu -sebagai rumah peristirahatan.
Itu tadi ulasan sejarah Rumah Cimanggis Depok. Perjalanan panjang bangunan bersejarah ini menjadi cagar alam, telah diceritakan pada pengunjung museumnya. Informasinya bisa dijadikan sebagai referensi, bagi yang hendak mengunjungi museumnya. (Fitri A)
ADVERTISEMENT