Konten dari Pengguna

Sejarah Gedung Nusantara, Gedung Tempat Presiden dan Wakil Presiden Dilantik

Seputar Jakarta
Mengulas serba serbi kota Jakarta, mulai dari sejarah, pariwisata, kebudayaan, dan lainnya.
20 Oktober 2024 3:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Jakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Gedung Nusantara. Sumber: Unsplash/Dino Januarsa
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Gedung Nusantara. Sumber: Unsplash/Dino Januarsa
ADVERTISEMENT
Sejarah Gedung Nusantara mencerminkan perjalanan panjang dan penting bagi Indonesia. Gedung ini menjadi saksi pelantikan sekitar 580 anggota DPR/DPD/MPR RI pada 1 Oktober 2024 lalu, yang menjadi peristiwa ke-13 sejak pertama kali digunakan pada 1966. Gedung Kura-Kura ini juga akan menjadi saksi pelantikan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka pada 20 Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
Gedung Nusantara tidak hanya penting karena perannya dalam pelantikan pejabat tinggi negara, tetapi juga sebagai simbol demokrasi dan sejarah bangsa. Dengan arsitektur khas dan lokasinya yang strategis, gedung ini telah menjadi bagian integral dari perjalanan politik dan pemerintahan Indonesia.

Sejarah Gedung Nusantara Sejak 1966

Sejarah Gedung Nusantara. Sumber: Unsplash/Dino Januarsa
Menurut paparan yang ada di indonesia.go.id, sejarah Gedung Nusantara sangatlah panjang. Sebelum ada Kompleks Parlemen Senayan, sidang MPRS pertama hingga ketiga berlangsung di Gedung Soiceit Concordia di Bandung yang dikenal sebagai Gedung Merdeka. DPR Gotong Royong (DPR GR) sebelumnya berkegiatan di bekas Komando Urusan Asian Games (KUPAG), sekarang kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Gedung Nusantara adalah bagian dari kompleks Parlemen Senayan, sebuah megaproyek kawasan Senayan yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno pada 8 Maret 1965. Pada awalnya, dibangun sebagai pusat kegiatan Games of the New Emerging Force (GANEFO) dan Conference of the New Emerging Force (CONEFO). Bung Karno menetapkan Gelanggang Olahraga Senayan sebagai tempat olahraga, dan Kompleks Parlemen Senayan sebagai bangunan politik, sesuai Keppres No. 48 tahun 1965.
ADVERTISEMENT
Pada 19 April 1965, saat peringatan satu dasawarsa KTT Asia Afrika, pemancangan tiang pertama Gedung CONEFO dilakukan oleh Presiden Soekarno. Desain Gedung CONEFO karya arsitek Soejoedi Wirjoatmodjo dipilih melalui sayembara, menampilkan empat massa bangunan yang kini dikenal sebagai Gedung Nusantara, Nusantara II, Nusantara IV, dan Nusantara V. Kompleks ini direncanakan dilengkapi danau buatan, tetapi gagal terwujud.
Situasi politik pada 1965-1966 membuat pembangunan Gedung CONEFO terbengkalai sebelum dilanjutkan kembali pada Juli 1967. Luas Kompleks Gedung Parlemen Senayan ini adalah 41,2 ha. Proyek ini pun rampung 8 tahun kemudian. Gedung Nusantara berukuran 115x155 meter dengan kubah besar disangga dua busur raksasa.
Pada Mei 1998, ketika mahasiswa menduduki Gedung Parlemen Senayan, ratusan dari mereka menaiki kubah hijau dan bertahan di atas selama beberapa hari. Aksi ini dihentikan karena kekhawatiran kubah akan runtuh karena desain awal yang tak dirancang untuk menahan beban berat.
ADVERTISEMENT
Salah satu elemen menarik di gedung ini adalah tangga utama yang didesain serba luas dan terbuka. Hal ini menggambarkan sifat keramahtamahan Indonesia dalam menyambut tamu. Tersedia akses pintu masuk VIP dan lima ruang untuk sidang komisi serta dua ruang cadangan.
Gedung ini bertahan lebih dari separuh abad sebagai saksi sejarah demokrasi Indonesia sejak era Orde Lama, Orde Baru, hingga Era Reformasi. Sejarah Gedung Nusantara mencerminkan perjalanan penting bangsa ini dalam mencapai kemajuan dan demokrasi. (CR)