Konten dari Pengguna

Pakaian Adat Jawa Tengah Lengkap dengan Ciri Khas dan Maknanya

Seputar Jateng
Menyajikan segala informasi seputar Jawa Timur, khususnya tentang travel dan kuliner.
12 April 2025 14:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Jateng tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pakaian adat Jawa Tengah. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Pixabay/Deddy_Sunarto
zoom-in-whitePerbesar
Pakaian adat Jawa Tengah. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Pixabay/Deddy_Sunarto
ADVERTISEMENT
Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing, salah satunya ditunjukkan dalam bentuk pakaian, yang dikenal dengan sebutan pakaian adat. Seperti halnya pakaian adat Jawa Tengah yang menunjukkan identitas serta keunikan daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui bahwa pakaian adat untuk wilayah Jawa Tengah punya sebutan berbeda untuk perempuan dan laki-laki. Selain itu, terdapat pula aksesori yang menjadi pelengkap pakaian, biasanya berupa keris pada laki-laki.

Pakaian Adat Jawa Tengah untuk Pria dan Wanita

Paian adat Jawa Tengah. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Pixabay/Deddy_Sunarto
Dikutip dari buku Muatan Lokal oleh Asmadi, S.Pd (2017:72), pakaian adat adalah pakaian khas tradisional yang dimiliki tiap-tiap daerah, termasuk Jawa Tengah. Pakaian tradisional menjadi ciri khas dari suatu daerah dan suku bangsa tertentu.
Pakaian adat Jawa Tengah memiliki jenisnya sendiri. Setiap jenisnya pun mempunyai ciri khas yang menjadikannya unik dan berbeda, seperti berikut ini.

1. Kebaya

Kebaya menjadi pakaian adat yang dipakai oleh wanita. Pakaian ini bisa dibuat dari brokat, katun, nilon, maupun beludru. Kebaya khas Jawa Tengah memiliki model panjang maupun pendek, dengan bawahan batik maupun jarik.
ADVERTISEMENT
Adapun, cara memakai kain untuk bawahan cukup dililitkan di bagian pinggang. Biasanya, kebaya juga dilengkapi dengan aksesori seperti gelang maupun bros.

2. Surjan

Surjan merupakan baju adat Jawa Tengah yang menginterpretasikan status sosial. Pakaian ini dahulu dikenakan oleh anggota kerajaan yang mempunyai keturunan bangsawan. Karena itu, tidak semua orang bisa mengenakannya.
Akan tetapi, saat ini surjan sudah banyak dikenakan untuk berbagai kegiatan atau acara resmi. Biasanya, surjan akan terlihat seperti beskap, tetapi berbeda pada motifnya.
Jika motif beskap adalah polos, surjan memiliki motif lurik dengan warna coklat atau hitam. Bagian bawahannya juga berupa kain jarik, dengan aksesori blangkon.

3. Kanigaran

Sementara, kanigaran adalah baju adat Jawa Tengah yang dipakai saat acara pernikahan. Dahulu, pakaian ini secara khusus ditujukan untuk bangsawan, terutama raja. Pakaiannya juga berbeda untuk pria dan wanita.
ADVERTISEMENT
Pada wanita, atasannya berupa kebaya dengan kain beludru, dilengkapi dengan aksesori manik-manik bernuansa emas. Benang jahitan kebaya kanigaran wanita juga menggunakan warna emas.
Lalu, untuk bawahannya adalah kain dodot. Kain ini mempunyai warna yang lebih beragam ketimbang kain biasa. Terakhir, bagian kepala dilengkapi tusuk konde dan aksesori ekstra berupa kalung serta gelang emas.
Sementara untuk pria, atasan kanigaran adalah beskap dengan kerah. Bahan untuk atasan adalah kain beludru dengan sulaman emas. Bawahannya menggunakan kain dodot, sama dengan wanita.
Pada bagian kepala sering menggunakan peci, tetapi modelnya lebih tinggi atau agak menjulang. Selain itu, kanigaran untuk pria juga dilengkapi dengan aksesori berupa kalung.

4. Basahan

Tak berbeda dengan kanigaran, basahan juga menjadi baju adat untuk pengantin. Corak basahan untuk wanita dan pria tidak berbeda. Sebenarnya, pakaian ini menjadi salah satu warisan Kerajaan Mataram.
ADVERTISEMENT
Pakaian ini terlihat berbeda karena tidak terdapat atasan. Wanita akan menggunakan kemben atau jarik yang dililit dari bagian dada sampai bawah. Kain dodot digunakan sebagai bawahan.
Pada kepala, rambut akan disanggul dan diberi hiasan rangkaian bunga. Selain itu, basahan juga dilengkapi dengan kalung.
Sementara pria akan bertelangjang dada dengan menggunakan kain dodot untuk bagian bawahnya. Pada kepala, biasanya digunakan kuluk dan tambahan keris untuk aksesori pelengkap.
Basahan mempunyai makna yang mendalam, karena pengantin yang mengenakannya disimbolkan sebagai bentuk penyerahan diri kepada Tuhan. Selain itu, pakaian ini turut menunjukkan harapan untuk kelancaran dan keharmonisan rumah tangga.
Demikian pakaian adat Jawa Tengah yang menunjukkan identitas dan keunikan dari budaya Jawa Tengah. Pakaian tersebut menonjolkan kesan elegan dan anggun untuk siapa saja yang mengenakannya. (YD)
ADVERTISEMENT