Konten dari Pengguna

Fungsi Lawang Sewu Dulu dan Sekarang, Bangunan Bersejarah Ikonik di Semarang

Seputar Semarang
Artikel yang membahas info seputar kota Semarang.
19 November 2024 12:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Semarang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fungsi Lawang Sewu Dulu dan Sekarang. Foto adalah Lawang Sewu. Sumber: Pexels/Jeffry Surianto
zoom-in-whitePerbesar
Fungsi Lawang Sewu Dulu dan Sekarang. Foto adalah Lawang Sewu. Sumber: Pexels/Jeffry Surianto
ADVERTISEMENT
Fungsi Lawang Sewu dulu dan sekarang sering menjadi pertanyaan pengunjung yang datang untuk melihat langsung bangunan ikonik paling bersejarah di Semarang ini. Sebab, terdapat lokomotif besar di halaman samping yang sangat menarik perhatian.
ADVERTISEMENT
Banyak cerita beredar bahwa Lawang Sewu dahulu menjadi sentra perkeretaapian di Kota Semarang. Arsitektur bangunannya yang sangat ikonik dengan banyak pintu dan jendela menjadi daya tarik lain dari destinasi wisata populer di Semarang ini.

Fungsi Lawang Sewu Dulu dan Sekarang, Gedung Pusat Kereta Api hingga Museum

Fungsi Lawang Sewu Dulu dan Sekarang. Foto adalah Lawang Sewu. Sumber: Pexels/Alfin Auzikri
Fungsi Lawang Sewu dulu dan sekarang memang tidak lepas dari cerita sejarah panjang gedung ini. Bangunan ini didirikan pada sekitar tahun 1900an, dan menjadi saksi bisu dari pecahnya Pertempuran Lima Hari di Semarang pada tahun 1945 silam.
Perang terjadi antara tentara Jepang dengan Angkatan Pemuda Kereta Api (AMKA). Situs kemenparekraf.go.id menyebutkan, Lawang Sewu memiliki arti seribu pintu. Namun, jumlah pintu dan jendela yang ada di gedung ini sebenarnya hanya 928 buah.
ADVERTISEMENT
Semula, salah satu gedung paling bersejarah yang ada di Semarang ini difungsikan sebagai kantor kereta api Belanda, yang bernama Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Desain gedung ini pun dibuat oleh arsitek yang berbeda.
Lawang Sewu sebenarnya terdiri dari lima bangunan. Proses desain awalnya dilakukan oleh Ir. P. de Rieu, seorang arsitek dari Belanda. Gedung C menjadi bangunan yang pertama kali dibuat, berfungsi sebagai kantor untuk mencetak karcis kereta api di tahun 1900.
Sepeninggal Ir. P. de Rieu, pembangunan Lawang Sewu dilanjutkan oleh Prof. J. Klinkhamer dan B.J. Oundag. Pembangunan gedung A yang menjadi bangunan utama NIS pun mulai berlangsung, dilakukan pada tahun 1904 dan selesai di tahun 1907.
Seiring waktu, kantor kereta api tersebut mengalami perluasan dengan dibangunnya gedung penunjang pada tahun 1916 hingga 1918. Gedung tersebut adalah gedung B, D, dan E.
ADVERTISEMENT
Rancangan gedung B masih dilakukan oleh dua arsitek terakhir, sedangkan gedung D dan E didesain oleh Thomas Karsten. Thomas menjadi arsitek paling muda yang merancang bangunan gedung bersejarah ini.
Lawang Sewu sempat terbengkalai selama berpuluh-puluh tahun, menyisakan cerita mistis dari balik gelapnya pintu dan jendela. Banyak kisah beredar, semakin membuat orang penasaran dan ingin merasakan langsung suasana seram yang ditonjolkan.
Namun, pemerintah akhirnya melakukan renovasi dan pemugaran besar-besaran, sehingga sekarang Lawang Sewu kembali megah dan cantik. Bangunan ini diaktifkan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah yang menampilkan koleksi dan cerita tentang kereta api.
Pengunjung dapat melihat langsung alat komunikasi, seragam yang digunakan oleh masinis pada masa lalu, karcis kereta kuno, lemari karcis edmonson, alat hitung friden, hingga mesin cetak tanggal untuk karcis.
ADVERTISEMENT
Jadi, fungsi Lawang Sewu dulu dan sekarang masih berkaitan erat. Dahulu, bangunan ini sangat megah sebagai kantor kereta api pemerintah Belanda, dan sekarang menjadi museum kereta api yang sungguh ikonik. (YD)