Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Jalan Tunjungan Surabaya, dari Perjuangan sampai Modernisasi
18 November 2024 14:18 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Surabaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jalan Tunjungan dikenal sebagai jantung Kota Surabaya dan menjadi kawasan yang menarik perhatian para wisatawan. Di sisi lain, jalan ini juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Surabaya. Sejarah Jalan Tunjungan Surabaya ini bermula dari masa penjajahan Belanda.
ADVERTISEMENT
Saat berkunjung ke Jalan Tunjungan, wisatawan akan menjumpai berbagai bangunan bersejarah yang berjejeran. Selain itu, Jalan Tunjungan kini telah berkembang menjadi kawasan hiburan yang ramai oleh wisatawan.
Sejarah Jalan Tunjungan Surabaya sebagai Saksi Perjuangan
Jalan Tunjungan adalah pusat Kota Surabaya yang mempunyai banyak bangunan bersejarah sekaligus kawasan hiburan. Jalan ini juga menyimpan sejarah yang tak terlepas dengan masa perjuangan para pahlawan.
1. Perobekan Bendera Belanda
Berdasarkan buku bertajuk Meluruskan Sejarah dan Riwayat Hidup Wage Rudolf Soepratman. Anthony C. Hutabarat, (2001: 74), peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Majapahit terjadi di Jalan Tunjungan pada 19 September 1945.
ADVERTISEMENT
Dulunya, hotel ini bernama Hotel Oranje semasa penjajahan Belanda dan Hotel Yamato di masa kependudukan Jepang. Peristiwa perobekan dilakukan pemuda-pemuda Surabaya yang memiliki semangat juang dengan merobek kain warna biru pada bendera, sehingga menjadi bendera Merah Putih.
2. Pembangunan Gedung Siola
Pemerintah Belanda juga membangun sejumlah gedung di kawasan Jalan Tunjungan, seperti Gedung Siola pada 1920-an sebagai pusat grosir terlengkap dan pertokoan terbesar di masa Hindia Belanda. Pembangunan gedung tersebut dilakukan oleh Robert Laidlaw, orang berkebangsaan Inggris.
3. Inspirasi Lagu dan Pusat Rekreasi
Di samping itu, Jalan Tunjungan juga menjadi inspirasi terciptanya lagu "Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan", karena telah dikenal sebagai pusat rekreasi dari abad 20-an. Banyak pertokoan yang dulu berdiri di Jalan Tunjungan dan kini telah menjadi perhotelan serta pusat perbelanjaan.
ADVERTISEMENT
Kawasan jalan ini juga menjadi pusat komersial dan perdagangan, sehingga sudah terkenal sejak dulu. Hal ini dipengaruhi oleh rute Krian-Wonokromo-Jembatan Merah yang menjadi jalur lintasan perdagangan.
Modernisasi Jalan Tunjungan di Masa Kini
Jalan Tunjungan yang menyimpan sejarah tersebut kini telah mengalami modernisasi dengan tetap merawat sejumlah bangunan bersejarahnya, hingga mampu menjadi kawasan wisata . Berikut bentuk modernisasi Jalan Tunjungan di masa kini.
1. Menjadi Kasawan Bisnis
Jalan Tunjungan menjadi jalan utama yang menghubungkan kawasan Surabaya Timur dan Utara. Bukan hanya itu, jalan ini juga menjadi penghubung antara kawasan Jembatan Merah dengan permukiman di Gubeng, Darmo, Ketabang, serta Sawahan.
Wisatawan akan menjumpai bangunan-bangunan megah yang menjadi area bisnis, pusat perbelanjaan, kantor, dan perhotelan di Jalan Tunjungan. Hal ini membuat Jalan Tunjungan menjadi salah satu jalan terbesar di Surabaya.
ADVERTISEMENT
2. Wisata Bangunan Bersejarah
Meskipun menjadi kawasan bisnis, area bersejarah di jalan ini tetap bertahan, seperti Gedung Siola, Hotel Majapahit, hingga Monumen Pers. Menurut situs resmi surabaya.go.id, Gedung Siola kini berkembang menjadi Mal Pelayanan Publik dan Museum Surabaya yang diresmikan tahun 2015.
Demikian informasi seputar sejarah Jalan Tunjungan Surabaya dan modernisasinya di masa kini. Saat ini, wisatawan bisa menikmati kawasan ini untuk berwisata sejarah maupun mencari hiburan. [ENF]