Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Gua Maria Sendangsono: Menelusuri Lourdes-nya Indonesia
14 Januari 2024 3:53 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menurut informasi dari kas.or.id, Gua Maria Sendangsono adalah sebuah tempat ziarah yang berada di Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Pengelolaan gua ini berada di bawah tanggung jawab Paroki St. Maria Lourdes di Promasan, yang terletak di barat laut Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Tempat ini menjadi tujuan peziarah dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya pada bulan Mei dan Oktober. Selain untuk berdoa, banyak peziarah yang mengambil air dari sumber di tempat ini, dengan keyakinan bahwa air tersebut memiliki kemampuan penyembuhan.
Sejarah Gua Maria Sendangsono Kulon Progo
Gua Maria Sendangsono berdiri sejak 14 Desember 1904, ketika Romo Van Lith membaptis 171 warga setempat dengan air dari dua pohon Sono. Proses ini diawali dengan pembaptisan Barnabas Sarikromo, yang sembuh dari penyakit setelah bertemu dan dirawat oleh Romo Van Lith.
Pada 8 Desember 1929, Sendangsono diresmikan menjadi tempat peziarahan oleh Romo JB Prennthaler SJ. Patung Bunda Maria dari Ratu Spanyol diangkat oleh umat dari Desa Sentolo ke Kalibawang.
ADVERTISEMENT
Puncaknya adalah pada 1945, ketika Pemuda Katolik Indonesia membawa batu dari Lourdes, Prancis, dan menanamkannya pada patung Bunda Maria di Sendangsono, menjadikannya sebagai Lourdes versi Indonesia.
Pembangunan Sendangsono dimulai tahun 1974 dengan desain dari Romo YB Mangunwijaya, yang menggabungkan nuansa Jawa dan material ramah lingkungan. Pada 1991, kompleks ini mendapat penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesia sebagai arsitektur terbaik dalam kategori bangunan khusus.
Biaya Masuk, Fasilitas, dan Informasi Lainnya
Mengunjungi Gua Maria Sendangsono tidak memerlukan biaya masuk. Namun, bagi pengunjung yang membawa mobil, dikenakan biaya parkir Rp10.000, dan Rp2.000 untuk sepeda motor.
Gua Maria ini buka selama 24 jam. Namun, tetap disarankan untuk tidak datang pada waktu malam atau setelah hari gelap, karena akses jalan yang berkelok-kelok lebih aman ditempuh saat masih terang.
ADVERTISEMENT
Bagi yang ingin menghabiskan waktu lebih lama atau menginap di Sendangsono, tersedia homestay di sekitar gua. Selain itu, di jalur masuk juga banyak penjual cendera mata, mulai dari lilin, kalung, hingga kuliner khas Kulon Progo yang patut dicoba.
Tip Wisata Rohani
Ketika mengunjungi Gua Maria Sendangsono, penting untuk memilih waktu yang tepat untuk memaksimalkan pengalaman ibadah. Seperti sudah disebutkan di atas, tempat ini biasanya lebih ramai pada bulan Mei dan Oktober, yang dikenal sebagai bulan Maria, serta di bulan Desember menjelang Natal.
Pengunjung disarankan untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan sopan. Sepatu adalah pilihan yang bijak, terutama setelah hujan, karena jalanan bisa licin. Sangat penting juga untuk menjaga ketenangan dan tidak membuat kebisingan, mengingat tempat ini adalah lokasi untuk berdoa dan beribadah. Selain itu, juga wajib menjaga kebersihan.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa untuk membawa air suci, yang umumnya tersedia dalam botol plastik. Pengambilan air dibatasi maksimal dua botol per orang, diambil dari sendang atau mata air yang ada di lokasi.
Dengan kekayaan budayanya yang melimpah, tempat ini mengundang siapa saja untuk mengenal lebih dekat warisan budaya dan keagamaan Indonesia. Sebagai destinasi yang memadukan kekudusan, sejarah, dan keindahan, Gua Maria Sendangsono tetap menjadi tempat ziarah yang menginspirasi dan menyentuh hati banyak orang. (CR)