Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Plengkung Gading Jogja: Menelusuri Filosofi, Sejarah, dan Info Lainnya
9 Januari 2024 15:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Plengkung Gading adalah salah satu bangunan bersejarah yang berada di sekitar Keraton Jogja . Bangunan ini bukan hanya berperan sebagai gerbang yang harus dilalui saat keluar dan masuk kawasan Jeron Beteng, atau kawasan di dalam benteng Keraton.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, bangunan ini juga menyimpan filosofi dan sejarah yang legendaris. Hal ini sekaligus menjadi bagian dari kekayaan pariwisata di Yogyakarta.
Filosofi Plengkung Gading
Bangunan Plengkung Gading mempunyai filosofi yang menarik untuk diulik. Mengutip buku Geger Sepoy, Lilik Suharmaji (2020), aslinya adalah Plengkung Nirbaya yang artinya tidak ada bahaya yang mengancam. Plengkung ini lebih familier disebut dengan Plengkung Gading karena terletak di kawasan Jalan Gading.
Selain itu, warna dari bangunan ini putih seperti gading, sehingga tidak heran disebut dengan nama demikian. Bangunan ini tergolong sebagai gapura yang dimanfaatkan sebagai pintu masuk ke jeron benteng Keraton Jogja.
Mengutip buku Stories of My Life oleh Miley Ann Hasneni (2018), tempat bersejarah ini termasuk satu dari lima plengkung yang terhubung dengan Keraton, yaitu Tarunasura, Madyasura, Nirbaya, Jaga Surya, dan Jagasekitarbaya. Adapun plengkung yang paling populer di antara kelimanya adalah Plengkung Nirbaya dan Plengkung Tarunasura.
ADVERTISEMENT
Sejarah Plengkung Gading
Plengkung Gading merupakan tembok keliling di Keraton Jogja yang didesain dan dibangun di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792).
Terdapat tangga menuju ke atas plengkung yang digunakan oleh prajurit keraton sebagai pos penjagaan. Dalam hal ini, prajurit dapat memantau kondisi yang terjadi di luar keraton.
Dulunya, plengkung ini mempunyai jembatan gantung untuk masuk ke dalam benteng. Jika ada musuh, jembatan akan ditarik ke atas dan digunakan sebagai pintu penutup plengkung.
Lalu, di plengkung ini juga terdapat parit yang berguna sebagai pertahanan jika ada serangan musuh. parit tersebut mempunyai kedalaman 3 meter dan lebar 10 meter. Namun, pada 1935 parit tersebut dihilangkan dan dijadikan jalan. Bangunan ini juga sempat diperbaiki ke bentuk aslinya pada 1986.
ADVERTISEMENT
Info Lain Plengkung Gading
Plengkung Gading berada di Jl. Patehan Kidul No.4, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya terletak di selatan Keraton Yogyakarta dan bisa ditempuh sekitar 300 meter jika berangkat dari Alun-alun Kidul.
Rute yang harus dilewati yaitu ambil arah selatan di Jalan Alun-alun Kidul ke Jalan Langenastran Kidul sejauh 120 m. Selanjutnya, belok kiri ke Jalan Gading sejauh 120 m. Tempat ini bisa dikunjungi kapan saja karena tidak ada batasan jam operasional.
Selain belajar sejarahnya, pengunjung dapat menikmati suasana malam di sekitar bangunan yang syahdu. Pemandangannya berupa lampu-lampu kota yang indah dan estetik. Suasana vintage sangat terasa saat menginjakkan kaki di sekitar bangunan ini, sehingga patut diabadikan ke dalam foto.
ADVERTISEMENT
Plengkung Gading adalah tempat yang mengandung nilai-nilai sejarah yang tidak hanya legendaris, tetapi juga indah. Hingga kini, bangunannya masih terjaga untuk mempertahankan keasliannya. (DLA)