Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Kota Yogyakarta, Kerajaan Besar yang Tumbuh sebagai Daerah Istimewa
17 Oktober 2023 15:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Selain pariwisatanya, sejarah Kkota Yogyakarta sangat menarik untuk dipelajari. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota paling bersejarah. Tidak hanya dikenal sebagai pusat kebudayaan, tetapi juga sebagai pusat kekuasaan kerajaan.
ADVERTISEMENT
Yogyakarta dulunya dijuluki sebagai Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Islam. Semula, Kerajaan Mataram Islam yang berpusat di wilayah Kotagede, Yogyakarta pindah ke sejumlah daerah yaitu Kerta, Pleret, Kartasura dan Surakarta.
Sejarah Kota Yogyakarta berasal Dari Perjanjian Gianti
Perjalanan sejarah Kota Yogyakarta menurut laman jogjakota.go.id, Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada tanggal 13 Februari 1755 yang ditanda tangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel.
Perjanjian tersebut salah satunya menghasilkan kesepakatan terkait pembagian Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pembagiaan wilayah kerajaan tersebut juga memengaruhi bagian kepemimpinan. Surakarta dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwono III, sedangkan Yogyakarta dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I.
ADVERTISEMENT
Dalam perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.
Daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram atau Yogyakarta, Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu Madiun, Magetan, Cirebon, separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan.
Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, pada tanggal 13 Maret 1755 Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Awal Mula Kota Yogyakarta disebut Daerah Istimewa
Sejak Sultan memproklamasikan berdirinya Kesultanan Yogyakarta, pemerintah Hindia Belanda mengakui status keberadaan daerah tersebut.
Apalagi, keduanya memiliki kontrak politik yang berarti bahwa Kesultanan Yogyakarta tidak pernah tunduk kepada penjajah. Kontrak politik terakhir antara Kesultanan Yogyakarta dan Belanda tercantum dalam Staatsblad 1941 Nomor 47.
Atas dasar faktor sejarah dan ketersediaan dalam bergabung dengan Indonesia, pada 5 September 1945 Presiden RI Ir. Soekarno memberikan Piagam Penetapan yang mengesahkan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Status keistimewaan tersebut juga diperkuat dalam Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945.
Sebulan berselang, tepatnya tanggal 30 Oktober 1945, amanat kedua dikeluarkan yang menyatakan kepemimpinan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama dengan Badan Pekerja Komite Nasional.
ADVERTISEMENT
Sebagai daerah istimewa yang dipimpin secara turun-temurun, Yogyakarta memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus wilayahnya sendiri. Sebab, pemerintahan masih dipegang langsung oleh Sultan dan Adipati.
Penetapan Yogyakarta sebagai daerah otonom dengan status keistimewaannya itu juga kembali diperkuat dalam putusan Mahkamah Agung tentang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY.
Singkatnya, Kota Yogyakarta disebut sebagai Daerah Istimewa karena sudah memiliki pemerintahan sendiri sejak 1755, sebelum Indonesia merdeka dan dipimpin oleh kepala daerah yang merupakan penguasa monarki. Inilah sejarah kota Yogyakarta yang sangat penting untuk dipelajari.
Dengan status istimewanya, kota ini terus menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan yang memikat di Indonesia. Melalui pesona sejarah dan keberlanjutan budayanya, Yogyakarta tetap menjadi tujuan wisata yang sangat menarik dan berharga di Indonesia.(VAN)
ADVERTISEMENT