Dampak Perang Rusia dan Ukraina Terhadap Ekonomi Dunia

Shafhi Vannur
Mahasiswa UIN Jakarta, Prodi Ekonomi Syariah
Konten dari Pengguna
15 Desember 2022 14:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shafhi Vannur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perang : https://www.pexels.com/id-id/foto/man-holding-signal-smoke-264146/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perang : https://www.pexels.com/id-id/foto/man-holding-signal-smoke-264146/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serangan Rusia ke Ukraina yang digencarkan oleh presiden Rusia telah menyebabkan perang terbesar di tanah Eropa sejak tahun 1945. Krisis saat ini ancaman terbesar perang nuklir lebih besar daripada ancaman perang nuklir antara Kuba dan Amerika.
ADVERTISEMENT
Perang Rusia melawan Ukraina telah menyebabkan peningkatan konsumsi energi dan makanan di tanah Eropa. Pecahnya krisis ekonomi menyebabkan inflasi yang cukup tinggi di beberapa negara. Karenanya munculnya tantangan ekonomi di zaman modern ini. Kedamaian dan stabilitas ekonomi dunia yang harus dipertahankan kini dirusak oleh peperangan.
Perang tersebut menimbulkan banyak akibat yang mengerikan bagi masyarakat dunia. Antara lain, harga bahan baku naik tajam dan juga mengubah sistem perdagangan energi global. Ditambah dengan kenaikan harga energi dan barang, serangan Rusia ke Ukraina, negara pemasok makanan. Akibatnya, kekurangan pangan mengancam dan dapat mempengaruhi kelaparan di komunitas global. Saat ini perang telah mempengaruhi banyak negara di dunia, seperti kenaikan harga pangan dan pupuk.
Sanksi PBB terhadap Rusia atas tindakannya telah memaksa Rusia untuk membatasi ekspor energinya dan bahkan mungkin menghentikan ekspor ke Eropa sama sekali. Faktanya, Rusia adalah pemasok global utama beberapa komoditas energi seperti minyak, batu bara, dan gas. Ini adalah senjata utama Rusia dalam perang ekonomi. Ketergantungan negara-negara Eropa pada energi Rusia membuat sebagian besar industri tidak akan bertahan dalam semalam. Hal ini tentu saja memaksa pemerintah mengeluarkan anggaran miliaran untuk mempertahankan diri dan bersaing memperebutkan sumber energi baru. Dan semua ini dalam satu tahun dimana dampak perubahan iklim dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat global.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari CNBC Indonesia. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, hingga kuartal I-2022, produksi LNG Indonesia telah mencapai 42 kargo. Produksi tersebut berasal dari Kilang Tangguh sebanyak 21.6 kargo dan sisanya berasal dari Kilang Bontang yakni 20,4 kargo.
Kabar menggembirakan dari sektor hulu migas ditengah masih tingginya harga minyak dunia adalah penemuan lapangan migas baru di tahun 2022 yang semakin banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pencapaian reserve replacement ratio (RRR) dalam 4 (empat) tahun terakhir mencapai diatas 100% menunjukkan bahwa cadangan migas nasional dapat dijaga dengan baik dan menjadi pondasi yang kuat bagi peningkatan produksi minyak dan gas dalam jangka panjang.
Sebagai puncak dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai asosiasi di sektor hulu migas, SKK Migas bersama KKKS akan menyelenggarakan International Convention Indonesia Oil and Gas (ICIOG) di akhir November 2022. “SKK Migas berharap bahwa rangkaian pembahasan dalam rangka meningkatkan produksi migas nasional dan transisi energi yang telah dilakukan oleh berbagai entitas dan asosiasi di sektor hulu migas, akan lebih ditajamkan lagi dalam kegiatan ICIOG 2022, sehingga di sisa tahun 2022 industri hulu migas sudah menyelesaikan hal-hal yang harus diperbaiki dan menyiapkan peluang 2023 untuk dapat dijalankan lebih baik”, pungkas Kemal.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sebagai negara dengan produksi energi yang melimpah, sudah selayaknya kita menjual sebagian pasokan energi kita. Tujuannya adalah untuk membantu meringankan krisis energi yang dialami dunia saat ini. Selain itu, dengan menjual pasokan energi tentunya dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.