Bodyguard Ugal-ugalan: Padahal, Pembuat Filmnya yang Ugal-ugalan

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
11 Juli 2018 20:10 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bodyguard Ugal-ugalan (Foto: Facebook.com/Bodyguard Ugal-ugalan)
zoom-in-whitePerbesar
Bodyguard Ugal-ugalan (Foto: Facebook.com/Bodyguard Ugal-ugalan)
ADVERTISEMENT
☆☆☆☆☆ | Shandy Gasella
Bikin film itu gampang-gampang susah. Begitu kata beberapa sineas kenamaan dan bereputasi yang saya kenal di tanah air bilamana saya tanyakan apakah sulit atau tidak membuat film di tanah air yang kita cintai ini.
ADVERTISEMENT
Gampang bilamana proses kreatif, sumber daya manusia, dan modal memadai. Susah bilamana salah satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut tak tersedia. Maka, setiap kali kita menemukan sebuah film yang luar biasa baik, apresiasi yang tinggi perlu kita berikan.
Proses kreatif dalam pembuatan film di mana di dalamnya termasuk proses penulisan naskah, penyutradaraan, dan desain produksi misalnya lebih bergantung kepada kapasitas kecerdasan, kreativitas, selera, dan insting artistik individual. Mereka adalah modal utama yang perlu ada terlebih dahulu, sebelum urusan modal biaya produksi yang "gampang-gampang susah" dicari --tergantung kecakapan pembuat film (produser) mengambil hati pemodal.
Nampaknya, yang paling menonjol dari pembuat film 'Bodyguard Ugal-ugalan' barangkali adalah kecakapan mereka dalam menggaet hati pemodal, sedangkan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan daya kreatif nihil. Saya ulangi, N-I-H-I-L.
ADVERTISEMENT
Tidak mengejutkan sebenarnya bahwa rumah produksi sebesar MD Pictures yang kantornya begitu megah mentereng di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, bisa terjerumus dalam kekhilafan demi kekhilafan, setelah sebelumnya memproduksi film 'Kembang Kantil' (ulasannya di sini) yang amburadul, kini mereka kembali memberikan lampu hijau lantas memodali pembuatan film ini yang sama sekali tidak meninggalkan jejak bukti apa pun bahwa ia adalah buatan manusia yang memiliki akal.
Jumpa pers Film Bodyguard Ugal-ugalan. (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Jumpa pers Film Bodyguard Ugal-ugalan. (Foto: Munady)
Apakah tidak ada seorang pun dari para petinggi MD Pictures yang membaca dengan seksama naskah skenario tulisan Ferdy K ('Security Ugal-ugalan') ini dan treatment sutradara Irham Acho Bahtiar ('Epen Cupen the Movie', 'Lost in Papua') lantas mempertanyakan kewarasan mereka, ataukah memang selera mereka sama dan selaras dengan kedua sineas tersebut? Atau jangan-jangan mereka terlalu menyepelekan dan menghina kewarasan penonton hingga tega-teganya film 'Bodyguard Ugal-ugalan' ini dibuat sedemikian rupa, dan kita dimintai uang untuk menyaksikannya di bioskop?
ADVERTISEMENT
Film dibuka oleh Inces --sapaan manja Syahrini ('Basahhh...', 'Baik Baik Sayang'), memerankan dirinya sendiri, berbicara kepada kita, penonton, sambil mempertunjukkan bakat luar biasanya bermaju-mundur-maju-mundur-cantik-cantik. Seperti itu. Lalu muncullah tulisan judul 'Bodyguard Ugal-ugalan'. Transisi fade to black.
Fade out. Kita diperkenalkan kepada seorang tokoh, Boris (Boris Bokir, 'Toba Dreams', 'Komedi Moderen Gokil'), bersetelan jas hitam lengkap dengan kaca mata hitamnya, sedang menemani seorang pria Arab bermain golf. Si pria Arab ini meleset terus ketika hendak memukul bola dengan stiknya, malah mengenai tanah berkali-kali. Sampai kemudian tiba-tiba ada minyak mentah muncrat keluar dari tanah lapangan golf, dan si pria Arab jingkrak-jingkrak kegirangan, berteriak, "Oil! Oil!" Kita diminta tertawa. Haha. Fade in.
Fade out. Acho (Muhadkly Acho, 'Yowis Ben', 'Dimsum Martabak'), juga bersetelan jas hitam, sedang menyetir di jalanan sepi, sampai kemudian ia menemui seorang pengemis di pinggir jalan, lantas ia turun dari mobil untuk memberikan sedekah. Sewaktu turun, mobilnya lantas dibawa kabur oleh si pengemis, ia lantas mengeluarkan ponsel untuk meminta pertolongan, apes, seseorang kemudian malah mencuri juga ponselnya tersebut. Di sini kita diminta ketawa lagi. Haha. Fade in.
Bodyguard Ugal-ugalan (Foto: Youtube.com)
zoom-in-whitePerbesar
Bodyguard Ugal-ugalan (Foto: Youtube.com)
Kita, generasi pengguna internet, sudah tentu pernah melihat parodi tersebut berseliweran di media sosial seperti Youtube, Facebook, Twitter, Instagram, dan bahkan TikTok. Sungguh durjana dan tak tahu malu, penulis naskah film ini yang begitu pemalas meniru mentah-mentah adegan tersebut yang notabene cukup populer dengan banyak versi di dunia maya. Dua kali pula adegan tersebut diulang.
ADVERTISEMENT
Fade out. Lolox (Lolox, 'The Underdogs', 'Ngenest'), bersetelan jas hitam, tengah mengemudi, kemudian ia melihat seorang cewek cantik yang bajunya terjepit pintu mobilnya sendiri ketika dia baru turun dari mobilnya. Lolox pun turun dari kursi kemudi, menghampiri si cewek, hanya untuk perhatiannya teralihkan dan seseorang mencuri mobil yang ditinggalkannya untuk sesaat itu. Lolox menangis. Kita kembali diminta untuk tertawa. Tetapi, kenapa? Apanya yang lucu? Fade in.
Lalu ada Anyun (Anyun Cadel, 'Flight 555', 'Dimsum Martabak'), dan Jessica (Melayu Nicole, 'Ayat-ayat Cinta 2', 'Modus') yang juga bersetelan jas hitam. Adegan perkenalan mereka saya lupa-lupa ingat. Namun, intinya, setelah para tokoh kita ini diperkenalkan, kita lantas dipertemukan dengan Bu Erin (Tamara Bleszynski, 'Air Terjun Pengantin', 'Issue'), seorang bos perusahaan jasa keamanan yang membawahi Boris, Acho, Lolox, Anyun, dan Jessica.
ADVERTISEMENT
Akibat kejadian-kejadian konyol yang menimpa mereka, Bu Erin memutuskan untuk memecat mereka, kecuali Lolox yang mesti pasrah dimutasi jabatan menjadi sopir. Padahal, Lolox itu memang sopir! Kan mobil perusahaan yang dikendarainya dicuri sewaktu dia lengah, gimana sih ini, Penulis Naskah!
Bodyguard Ugal-ugalan (Foto: Youtube.com)
zoom-in-whitePerbesar
Bodyguard Ugal-ugalan (Foto: Youtube.com)
Lalu datanglah Inces, akibat rumahnya disatroni penyusup, ia berinisiatif mendatangi Bu Erin, yang ternyata merupakan teman seangkatannya waktu kuliah dulu. Syahrini dan Tamara ternyata seumuran, Gaes! Nah, Inces meminta agar Bu Erin dapat memberikannya beberapa orang bodyguard untuk menjaga keamanannya, atas pilihan sendiri dan tanpa paksaan dari pihak manapun, Inces meminta Boris dan kawan-kawan yang menjadi bodyguardnya. "Saya pengen bodyguardnya yang lucu-lucu, jangan yang serem dong, ntar yang ada malah aku yang ketakutan." Ya, seperti itu, Inces berkata.
ADVERTISEMENT
Dari sini kemudian cerita bergerak liar, seenaknya sendiri, menampilkan reka ulang dari klip-klip komedi curian yang bertebaran di media sosial.
Mendapati fakta bahwa film se-amburadul dan seasal-asalan ini dapat diproduksi, padahal rumah produksi lain tengah berlomba menaikkan standar dan kualitas mereka, saya menyimpulkan bahwa memang semudah itu untuk membuat film, bila hasil akhirnya memang diniatkan sekonyol film ini.
Tak ada secuil pun hal yang dapat diapresiasi, sebab bila kita mengapresiasi film ini sama saja halnya secara tidak langsung kita mendukung dan turut andil melestarikan budaya plagiarisme, dan mengagungkan sikap bermalas-malasan; malas untuk menjadi kreatif, malas untuk susah payah mencurahkan segala daya pikiran dan keahlian, malas untuk berkarya demi harga diri.
ADVERTISEMENT
Sudah sepatutnya film seperti ini tak dibuat lagi di negeri ini, di mana penonton semakin cerdas, referensi semakin luas. Hanya segelintir orang yang tak tahu malu saja yang masih berani melakukannya. Dan, kita sebagai warga negara Indonesia yang masih waras wajib mengingatkan mereka, untuk bertaubat dan menjauhi kesesatan. Sebab membuat film yang baik itu tidaklah mudah, yang mudah itu jualan bakwan.