Brightburn: Superman yang Jahat

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
15 Mei 2019 19:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
★☆☆☆☆ | Shandy Gasella
Brightburn movie. (brightburn.movie)
Brightburn melalui berbagai media promosinya dijual sebagai film yang diproduseri oleh James Gunn. Informasi itu jelas tertera di poster filmnya, “From visionary filmmaker behind Guardians of the Galaxy (Dari sineas visioner di balik film Guardians of the Galaxy)".
ADVERTISEMENT
Perlu saya akui, Gunn merupakan sutradara yang memang cukup mumpuni, tetapi menurut saya belum sampai pada taraf “visioner”. Lagi pula, memang kenapa kalau film ini diproduseri olehnya? Toh, penulis naskah dan sutradaralah yang paling menentukan kualitas filmnya sendiri.
Transformers diproduseri Steven Spielberg, tetapi apakah filmnya jadi sebagus film-film Spielberg? Tetap saja, Michael Bay yang paling menentukan bahwa film yang dibuatnya berakhir menjadi sampah rongsokan yang nirfaedah.
Lantas, bagaimana Brightburn yang diproduseri James Gunn ini?
Film ini dibesut oleh David Yarovesky, sutradara film horor The Hive (2014), film horor yang tak dikenal dan memiliki rating 5,2 di situs IMDb. Penulisnya adalah dua orang saudara kandung James Gunn sendiri yakni Brian Gunn dan Mark Gunn—keduanya pernah menulis skrip Journey 2: Mysterious Island, film rilisan 2012 yang amit-amit jeleknya.
ADVERTISEMENT
Sedari awal, saya sudah mengira bahwa Brightburn bakal berakhir menjadi film tak bermutu. Namun, ia ternyata melebihi ekspektasi saya. Film ini bahkan lebih jelek dari yang saya duga sebelumnya!
Plot film ini berangkat dari sebuah premis sederhana, yakni bagaimana jika Superman ternyata jahat. Sebagai sebuah gagasan, itu bukan hal yang baru, tetapi dengan mengemasnya sebagai film horor, saya akui itu merupakan langkah yang cukup bernyali.
Horor dikombinasikan dengan sedikit sentuhan fiksi ilmiah dan elemen superhero. Secara teori, mestinya film ini jadi suguhan yang keren dan edgy. Barangkali bisa menjadi film yang secara tema mirip Chronicle (Josh Trank, 2012), tetapi dengan bumbu horor, tentu film ini akan menjadi sesuatu yang lain.
ADVERTISEMENT
Dan jawabannya, ya, film ini menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang sulit ditandingi dalam hal kejelekan.
Meminjam kisah awal mula Superman datang ke Bumi. Alkisah di Kansas, Amerika, hiduplah sepasang suami istri, Kyle Breyer (David Denman, 13 Hours, Logan Lucky) dan Tory Breyer (Elizabeth Banks, Pitch Perfect 3, Love & Mercy) yang mandul tak dikaruniai anak. Hingga satu malam, sebuah pesawat luar angkasa terdampar tak jauh dari pekarangan rumah mereka.
Pesawat tersebut membawa seorang bayi yang lantas diadopsi oleh mereka. Bayi itu diberi nama Brendon Breyer (Jacson A. Dunn, Shameless, Glow). Pada usia 12 tahun, Brendon menyadari bahwa dirinya mempunyai kekuatan super. Ia merasa bahwa tujuannya hidup adalah untuk menguasai dunia, dengan cara menjadi psikopat dan membunuh sanak famili dan orang-orang terdekat.
ADVERTISEMENT
Tone, pengadeganan, dan pembabakan film ini carut marut bukan main. Pangkalnya berasal dari gaya penyutradraan yang berusaha mengejar pakem horor, tetapi aspek tentang alien dan kekuatan super, belum lagi soal dinamika hubungan antar anggota keluarga Breyer, justru menghambat film ini untuk bercerita dengan lancar.
Pembuat film ini, dalam setiap kesempatan, terasa sekali seolah-olah terus mengingatkan kita bahwa mereka sedang berusaha membuat film horor. Sering kali, setiap adegan diakhiri dengan keheningan untuk kemudian kita dikagetkan oleh gerakan kamera yang tiba-tiba berganti fokus atau oleh suara bising—apa pun itu, pokoknya yang penting berisik. Niat si pembuat film tentu untuk membangun tensi, tetapi yang ada justru malah membuat jengkel.
Adegan-adegan film ini hadir lebih kurang, seperti berikut: orang berjalan dengan perlahan menuju sesuatu atau seseorang, lalu hadirlah jump scare. Terus berulang hingga berkali-kali. Dan pergantian adegan selalu didahului oleh suara-suara bising.
ADVERTISEMENT
Film ini bahkan masih memiliki adegan jump scare yang disembunyikan sebagai adegan mimpi—yang kita tahu bahwa itu memang adegan mimpi bahkan sebelum adegan tersebut berakhir. Mana kaget kalau jump scare-nya tertebak dan murahan begitu.
Beberapa adegan gore (adegan sadis berdarah-darah, ditampilkan secara eksplisit) juga ada di film ini. Di antaranya tampil cukup impresif, tetapi bumbu gore tersebut seolah ada hanya untuk menjustifkasi rating dewasa film ini dan agar dianggap sebagai film horor yang serius.
Secara paket film ber-rating dewasa, ia tak memiliki adegan 'dewasa'. Sebenarnya ada satu sih, yakni adegan bercinta di awal film. Itu pun terbilang masih cukup aman disaksikan remaja belum akil baligh, dan anehnya dialognya itu penuh sopan santun, tak ada umpatan dan sumpah serapah. Sebagai film horor ber-rating dewasa, nanggung sekali.
ADVERTISEMENT
Film ini sama sekali tak terasa horor. Entah, apakah karena paduan beberapa elemen lain yang ditulis setengah matang atau memang pembuat film ini yang tak punya skill. Sebagai film horor, Brightburn gagal total. Sebagai film antitesis superhero, malah lebih tidak karu-karuan.
Saudara kandung James Gunn yang menulis naskah film ini jelas tak memiliki bakat sedikit pun! Skrip yang mereka tulis amat cetek dan tak ada gagasan apa pun yang bisa mereka karang untuk menambah bobot cerita yang idenya sendiri merupakan contekan dari kisah mitologi Superman dan barangkali film Chronicle ini. Karakter-karakter film ini tampil tanpa dimensi dan setiap tindakan mereka nihil motivasi—bila pun ada, lebih sering tak masuk akal.
Misalnya, karakter orang tua Brendon yang sok tidak memahami lantas berpaling dari kenyataan bahwa anak mereka itu bukan manusia yang sedang tumbuh dewasa menghadapi masa pubertas. Mereka tahu ia alien, tetapi bertingkah seolah-olah Brendon layaknya anak kecil biasa. Padahal, tanda-tanda ketidakberesannya terlihat nyata.
ADVERTISEMENT
Pada satu titik, saya memahami bahwa mungkin rasa cinta orang tua terhadap anak angkatnya ini mengaburkan pandangan mereka akan kenyataan sesungguhnya yang dihadapi Brendon. Namun kemudian, tanpa tedeng aling-aling, mereka bisa dengan begitu saja berniat membunuh Brandon dengan darah dingin. Sangat tak konsisten.
Kombinasi antara naskah skenario yang lemah, teknis penyutradaraan yang amatir, dan akting para pemain yang biasa-biasa saja membuat film ini menjadi gampang terlupakan, kecuali bila Anda orangnya dendaman, mungkin bisa jengkel juga selama berhari-hari.
Brightburn terasa seperti film horor ber-budget murah dan dibuat oleh orang-orang amatiran yang tak memiliki skill. Inilah contohnya, bahwa terkadang bisa juga Hollywood membuat film sejelek ini.