Konten dari Pengguna

'Chhapaak', Mengubah Kisah Pilu Menjadi Sebuah Perayaan Kemanusiaan

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
13 Januari 2020 16:08 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Chhapaak Foto: IMDB
zoom-in-whitePerbesar
Chhapaak Foto: IMDB
ADVERTISEMENT
★★★☆☆ | Shandy Gasella
Chhapaak’ menuturkan sebuah kisah yang menyentuh, namun ia tak jatuh menjadi melodrama yang menye-menye ala film-film Bollywood kebanyakan. Di tangan sutradara Meghna Gulzar ('Talvar', 'Raazi'), cerita yang berdasarkan kejadian nyata dari kisah malang yang menimpa Laxmi Agarwal; wajahnya disiram air keras hingga rusak baik fisik dan psikologisnya, berpotensi sekali untuk menjadi drama yang cengeng. Tetapi, Meghna menggarap isu tersebut dengan kedewasaan yang jarang sekali ditemukan pada kebanyakan sutradara Bollywood lain. Ia tak menjadikan subyek film, Malti (Deepika Padukone, 'Padmaavat', 'Bajirao Mastani'), sebagai tokoh menderita yang perlu dikasihani.
ADVERTISEMENT
Skenario juga tak berlarat-larat menceritakan penderitaannya pasca disiram air keras. Cerita justru berfokus pada bagaimana Malti dapat bangkit dari kemalangan yang menimpanya, dan berusaha, lewat lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan pengacaranya, membantu orang-orang yang bernasib sama sepertinya untuk melewati masa-masa trauma dan terus melanjutkan hidup.
Tepat di awal film kita diberikan gambaran bagaimana Malti ketika sedang berjalan di sebuah trotoar di pagi hari, diserang oleh seseorang yang menyiramkan air keras ke wajahnya. Seorang pria tua yang kebetulan berada tak jauh darinya menghampiri untuk menolong, mengucurkan air mineral ke wajahnya. Malti berteriak kesakitan. Lantas ia dibawa ke rumah sakit.
Setahap demi setahap kita melihat perubahan wajahnya menjadi rusak, hingga perlu tujuh kali operasi bedah untuk memperbaiki wajahnya, itu pun tidak sampai membuatnya tampak seperti sedia kala.
Chhapaak Foto: IMDB
Keputusan yang berani nan cermat dari duo penulis naskah Atika Chohan (‘Margarita with a Straw’, ‘Waiting’) dan Meghna Gulzar (‘Talvar’, ‘Raazi’) yang meramu kisah film ini dengan tidak menjadikannya cerita tentang Malti seorang, tetapi latar belakang kisah Malti tersebut digunakan untuk mendorong narasi yang lebih besar, yakni menyoroti fakta bahwa meskipun ada tren peningkatan serangan terhadap para perempuan di India menggunakan air keras, bahan kimia tersebut masih dijual bebas, dan negara tidak berbuat apa-apa terhadap itu.
ADVERTISEMENT
Bertemulah ia dengan Amol (Vikrant Massey, ‘Crimnal Justice’, ‘Dharam Veer’), seorang aktivis sebuah LSM yang berusaha agar pemerintah melarang penjualan air keras secara bebas. Kisah mereka tak hadir bak di film-film kebanyakan yang menghadirkan kisah cinta dua sejoli, yang antara lain sering dipenuhi adegan penuh dialog manis berupa rayu-rayuan, atau adegan-adegan dengan latar-latar romantis. Di film ini sub-plot kisah asmara mereka digarap dengan nuansa yang sama sekali tak tradisional, bahkan ada dialog yang secara meta mengomentari hal tersebut, lewat Amol yang berujar kepada Malti, “Cerita seperti itu hanya ada di film-film.”
Chhapaak Foto: IMDB
Kalimat di atas dilontarkan manakala Malti mengadakan pesta atas sebuah kemenangan yang baru saja diraihnya. Ia mengundang banyak orang untuk berkumpul, berdansa diiringi musik riang, lantas Amol yang datang belakangan terlihat tak senang atas perilaku 'hura-hura' tersebut.
ADVERTISEMENT
“Aku yang disiram air keras, bukan kamu. Tetapi, sikapmu seolah-olah kamulah yang menjadi korban. Aku ingin senang-senang hari ini,” ujar Malti kepada Amol yang tertegun kemudian.
Itulah sikap pembuat film yang saya kagumi dalam menggarap film ini, walaupun bertutur tentang cerita kemalangan, tetapi pada dasarnya ‘Chhapaak’ adalah sebuah film yang merayakan semangat kemanusiaan, tentang keberanian, dan bagaimana para perempuan yang menjadi korban menolak agar hidup mereka tak ditentukan oleh nasib sial yang menimpa mereka.
Alih-alih jualan melodrama dengan berfokus pada Malti seorang, film ini justru dipenuhi adegan-adegan prosedural bagaimana kepolisian menangani kasus yang menimpa Malti, juga adegan-adegan persidangan dalam upaya membuat hukum di India memberikan ganjaran yang paling maksimal terhadap pelaku penyiraman air keras. Ironis bahwa hukum di India menganggap tindakan penyiraman air keras, yang dapat menghancurkan hidup seseorang secara permanen, dianggap tak ada bedanya dengan, misalnya tindakan seseorang yang menyiramkan secangkir kopi panas terhadap orang lain.
Chhapaak Foto: IMDB
Didukung make-up prostetik yang amat meyakinkan, dan tentu saja dengan usaha terbaiknya, Deepika Padukone hilang, melebur ke dalam tokoh yang diperankannya nyaris tanpa cela. Tak ada satu momen pun yang membuat saya menyadari bahwa sosok dalam film adalah sang superstar Padukone, misalnya seperti lewat ‘padmaavat’, secara sadar saya masih melihatnya sebagai Padukone as is sang superstar, bukan Padmavati, tokoh yang ia perankan di film tersebut.
ADVERTISEMENT
Chhapaak’ juga memberi kita ending, epilog lebih tepatnya, salah satu yang paling mengejutkan yang pernah saya saksikan dalam beberapa tahun terakhir. Saat saya tersenyum menyaksikan kemenangan yang digapai sang tokoh protagonis kita, namun kemudian kita dijejali fakta yang sungguh-sungguh membuat kita ambyar! Dan itu menghantui saya hingga berhari-hari.