'DoReMi &You', Film yang Hadirkan Cerita dari Sudut Pandang Anak

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
21 Juni 2019 15:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
★★★☆☆ | Shandy Gasella
Film 'Doremi & You' Foto: Goodwork
Genre film anak-anak termasuk langka dibuat di negeri ini. Tak setiap bulan kita dapat menjumpainya. Pun ketika ada, belum tentu ia dibuat dengan semangat pakem film anak-anak. Film anak-anak yang penuturannya menggunakan sudut pandang anak-anak, lebih langka lagi keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Film yang menampilkan aktor cilik, bahkan sebagai peran utama, belum tentu termasuk ke dalam kategori film anak-anak. Kulari ke Pantai karya Riri Riza, atau Wonderful Life garapan Agus Makkie misalnya, keduanya menyuguhkan cerita yang di dalamnya terdapat karakter anak-anak, tetapi penuturannya lewat perspektif orang dewasa. Maka keduanya saya anggap gagal sebagai film anak-anak.
Film anak-anak selayaknya dibuat dengan pakem; selain karakter utamanya anak-anak, cerita harus dari sudut pandang mereka, dengan premis sederhana, dan dikemas penuh keriangan.
Poster Film DoReMi & You Foto: Official Film DoReMi & You
DoReMi & You hadir dengan cukup mendekati ekspektasi saya akan tontonan film anak-anak yang ideal. Saya merasa seperti inilah setidaknya film anak-anak mesti diperlakukan, tentu dengan beberapa catatan.
BW Purbanegara, produser/sutradara/editor/penata skrip sejumlah film pendek yang direkognisi para kritikus film seperti Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya (sebagai editor), Another Trip to the Moon (sebagai penata skrip), dan A Lady Caddy Who Never Saw A Hole in One (sebagai editor). Lantas ia menggebrak skema perfilman Tanah Air dengan menulis, memproduseri, sekaligus menyutradarai Ziarah, sebuah film yang selalu akan saya kenang sebagai salah satu artefak kesenian terbaik yang pernah dibuat.
ADVERTISEMENT
Tanpa pengalaman yang cukup dalam mengemas film arus utama yang cenderung ngepop, BW cukup berhasil menyuguhkan DoReMi & You sebagai film anak-anak dengan segala atribut yang semestinya melekat padanya, terlebih soal sudut pandangnya.
Alkisah ada empat sahabat, Putri (Adyla Rafa Naura Ayu, Naura & Genk Juara the Movie), Anisa (Nashwa Zahira), Imung (Fatih Unru, Orang Kaya Baru, Petualangan Menangkap Petir), dan Markus (Toran Waibro). Mereka anak SMP di sebuah sekolah di Yogjakarta, yang sedang disibukkan persiapan menjelang ujian akhir. Selain Imung, ketiganya menekuni hobi menyanyi dengan mengikuti ekskul paduan suara di sekolah.
Markus ceritanya kebagian tugas mengumpulkan uang patungan pembuatan jaket seragam paduan suara. Dalam sebuah kejadian, dia bersama ketiga temannya tak sengaja menghilangkan uang patungan tersebut yang telah terkumpul sebanyak tiga juta rupiah. Putri berinisiatif agar mereka ikutan kompetisi menyanyi yang bernama DoReMi & You, agar bila menang hadiahnya dapat dipakai untuk mengganti uang yang hilang tersebut.
ADVERTISEMENT
Ditulis oleh Jujur Prananto (Revan & Reina, Petualangan Menangkap Petir) bersama BW. Premis yang sederhana tadi sayangnya dijejali begitu banyak konflik, sehingga berpengaruh terhadap tone atau nuansa film secara keseluruhan. Film yang mestinya penuh keriangan ini juga terbebani drama mengharu biru yang tak perlu.
Babak pencarian seorang pelatih menyanyi bagi Putri dan kawan-kawan merupakan sebuah konflik berarti. Ketika sang pelatih yang dikehendaki, Reno (Devano Danendra, Dear Nathan Hello Salma, MeloDylan), siswa SMA yang jago menyanyi, ternyata ogahan-ogahan menolong mereka. Cara bagaimana Putri dan kawan-kawan meyakinkannya untuk mau menolong, mestinya bisa jadi fokus cerita yang bila dieksplorasi dengan baik dapat memunculkan narasi yang menarik.
Tetapi, BW dan Jujur merasa itu tidaklah cukup, sehingga perlu juga mereka menambahi konflik lainnya. Di antaranya, Reno ternyata menyembunyikan sesuatu dari Putri dan kawan-kawan yang dapat menimbulkan permusuhan, Putri dan kawan-kawan mesti mencuri waktu di sela-sela kesibukan belajar persiapan ujian, dan Anisa mesti keluar dari formasi grup lantaran ia dimarahi pamannya (dimainkan Teuku Rifnu Wikana).
ADVERTISEMENT
Adegan Anisa dimarahi ditampilkan dua kali, dan itu berlebihan. Sebab sekali saja, kita sudah dapat merasakan tekanan seperti apa yang dihadapi Anisa. Pengulangan adegan tersebut justru malah merusak intensi yang sedianya ingin dimunculkan oleh pembuat film, yakni gambaran betapa impian seseorang bisa sedemikian mudahnya dihancurkan oleh seseorang yang lain yang memiliki kuasa terhadapnya.
Sudah dilarang, tetapi Anisa malah mengulangi hingga diomeli lagi oleh pamannya. Pembuat film malah menyampaikan pesan tersendiri secara tersirat tentang bagaimana caranya anak-anak dapat membangkang terhadap orang tua atau walinya. Walaupun pada akhirnya si paman diperlihatkan, sepintas saja di penghujung film, mendukung Anisa. Namun itu hal yang lain. Sayang, pembalikan sikap sang paman dari awalnya melarang lantas mendukung Anisa tak tergambarkan sama sekali, padahal untuk pembelajaran pengembangan karakter, itu bakal menarik.
ADVERTISEMENT
Konflik lainnya adalah ketika Anisa mesti keluar dari grup, lantas Reno kecewa kepada Putri yang tak bisa menjaga keutuhan grup. Keluarnya Anisa berimbas pada kesia-siaan waktu yang selama ini telah ia curahkan dalam membantu mereka, lantaran lagu dan teknik bernyanyi mesti berubah lagi. Selain itu, masih ada konflik-konflik lainnya. Misalnya konflik yang dihadapi Markus dengan situasi pelik yang terjadi di dalam keluarganya, itu isu tersendiri yang lumayan berat juga. Rentetan konflik demi konflik tak pernah berhenti sepanjang film berdurasi 99 menit ini.
Lantaran dijejali begitu banyak konflik, ritme cerita jadi sering terseok-seok hingga temponya jadi terasa berlarut-larut. Untuk film anak-anak, tempo yang lambat tentu amat menguji kesabaran dan daya tahan menonton. Saya sendiri yang sudah cukup terlatih dalam menonton, lumayan kewalahan mengikuti babak demi babak. Ini semestinya jadi pekerjaan editor Kelvin Nugroho (Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, 22 Menit) untuk menjadikannya memiliki beat atau irama yang senada dengan semangat musikalitas yang up beat yang disematkan ke dalam film. Kelvin atau siapa pun yang menghendaki final cut film ini, mestinya dapat menjaga ritme film agar DoReMi & You jadi tak terasa seolah-olah berdurasi lebih dari dua jam.
ADVERTISEMENT
Andai saja hal-hal yang saya permasalahkan tadi tak terjadi, DoReMi & You dapat menjadi film anak-anak yang sempurna. Tetapi, barangkali BW punya prinsip bahwa kesempurnaan hanyalah milik yang di atas, hingga film ini masih memiliki kekurangan agar ia dapat terus menerus belajar menjadi sineas yang humble yang senantiasa diridai-Nya.
Saya suka bagaimana film ini dimulai dengan track lagu yang riang, lantas karakter-karakter utama bernyanyi dan menari dengan koreografi yang cukup impresif — membuktikan BW cukup serius menggarap film yang banyak menampilkan adegan-adegan menyanyi yang disertai koreografi layaknya film musikal.
Tetapi, DoReMi & You saya anggap bukanlah film musikal yang utuh, sebab seringkali atau bahkan hampir seluruh lagu yang ada, berdiri sendiri, tidak menggantikan dialog. Dialog-dialog masih hadir secara konvensional layaknya seperti dalam film drama pada umumnya. Dialog dalam musikal idealnya diucapkan sebaris dua baris kalimat saja, lantas digantikan oleh lagu yang bercerita secara spesifik mengantarkan maksud yang ingin dikatakan oleh si pengajar.
ADVERTISEMENT
Jika seluruh track lagu dihilangkan dalam film ini, secara garis besar kita masih dapat memahaminya. Dalam film musikal, lagu adalah dialog itu sendiri. Kehilangannya dapat meruntuhkan narasi secara menyeluruh.
Semua aktor-aktris cilik tampil baik, tingkah laku mereka di film ini amat dekat dengan keseharian di kehidupan nyata. Semua bermain lepas, padahal rata-rata merupakan masih pemain baru. Dan, semua lagu yang tampil dengan arahan musik dari Andi Rianto amat mengena dan nyantol di kepala, padahal sebagian besar lagunya baru pertama kali saya dengarkan.
Kekuatan utama film yang diproduseri Ridla An-Nuur (Gue Vs Koruptor) dan Lexy Mere (22 Menit) ini adalah sudut pandang dalam penyampaian ceritanya yang menggunakan sudut pandang anak-anak, penampilan luar biasa dari aktor-aktris utama, sedikit bumbu cinta monyet, dan lagu-lagunya yang catchy.
ADVERTISEMENT
Bila persoalan terlalu banyak konflik dan ritme alur ceritanya yang lambat dapat Anda atasi, dengan bersabar dan tawakal misalnya, film anak-anak setengah musikal ini masih amat layak untuk dijajal dan diapresiasi semaksimal mungkin. Jarang ada film anak-anak sebaik ini.