Film 'Warkop DKI Reborn': Ketika Aliando 'Kesurupan' Dono

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
13 September 2019 12:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Shandy Gasella. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Shandy Gasella. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
★★★1/2☆☆ | Shandy Gasella
Dono, Kasino, dan Indro (Kasino wafat pada tahun 1997, disusul Dono pada tahun 2001) adalah trio pelawak legendaris yang tergabung dalam grup Warkop DKI. Film-film mereka senantiasa menemani masa kecil kita ketika liburan.
ADVERTISEMENT
Salah satu ciri khas mereka adalah ketiganya tidak pernah memerankan tokoh fiktif dalam film-film Warkop DKI. Mereka selalu memerankan karakter dengan nama mereka sendiri. Nama asli.
Namun tiga tahun lalu, lahir sebuah film berjudul Warkop DKI Reborn: Jangkrik, Boss! Part 1 besutan Anggy Umbara. Karakter Dono, Kasino, Indro difiktifkan dan diperankan oleh aktor-aktor pilihan dalam film rilisan Falcon Pictures itu.
Jangkrik Boss! Part 1, juga sekuelnya, membuka jalan agar Dono, Kasino, dan Indro bisa tetap lestari sebagai persona (karakter) atau tokoh fiktif laiknya James Bond misalnya, dengan segala ciri khas yang melekat pada mereka. Lantas sebagai tokoh fiktif, mereka dapat diperankan oleh siapa saja.
Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, dan Tora Sudiro menjadi yang pertama memerankan Dono, Kasino, dan Indro. Ketiga aktor tersebut memainkan peran trio pelawak legendaris itu dengan cukup apik. Setidak-tidaknya, bahkan bagi para haters sekalipun, secara tampilan, gestur, tak ada yang bisa menafikkan bahwa mereka memang cukup mirip.
Konferensi pers film 'Warkop DKI Reborn' di Senayan City, Jakarta Selatan, Kamis (5/9). Foto: DN. Mustika Sari/kumparan
Kini, hanya berselang dua tahun sejak Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 dirilis, muncul kembali film yang mengisahkan petualangan trio pelawak paling tenar dalam sejarah komedi Indonesia itu. Mereka di-reborn-kan lagi lewat film yang mengambil judul mirip dengan dua film sebelumnya: Warkop DKI Reborn. Alamakjang!
ADVERTISEMENT
Bedanya, sekarang tanpa embel-embel subjudul apa pun. Namun, tetap saja bikin saya keder. Sebab, dua film sebelum ini, judulnya terlalu panjang, sehingga sering saya singkat jadi Warkop DKI Reborn saja.
Kursi sutradara kini beralih kepada Rako Prijanto (Asal Kau Bahagia, D’Bijis). Para pemeran Dono, Kasino, Indro juga ikutan diganti. Aliando Syarief (Asal Kau Bahagia, Pertaruhan) menggantikan Abimana sebagai Dono, Adipati Dolken (Perburuan, #Teman tapi Menikah) menggantikan Vino G. Bastian sebagai Kasino, dan Randy Danistha (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck) menggantikan Tora Sudiro sebagai Indro.
Rako pernah bekerja sama dengan Aliando di Asal Kau Bahagia, juga dengan Adipati di #Teman tapi Menikah. Keputusan meng-casting ulang para pemeran Dono, Kasino, Indro pada awalnya cukup membuat saya pesimis. Sebab, tiga aktor sebelumnya saya anggap berhasil menghidupkan peran mereka masing-masing. Nah, bagaimana kali ini?
Indro 'Warkop' (kiri) bersama Adipati Dolken (Kasino)(kanan), Aliando (Dono) (kedua kanan), dan Randy 'Nidji' (Indro) Warkop DKI Reborn. Foto: Alexander Vito/kumparan
Singkatnya, film ini jauh, jauh lebih baik dari dua film sebelumnya, hampir dalam segala aspek!
ADVERTISEMENT
Aliando terlihat seperti kesurupan Dono. Ada baiknya mulai sekarang dia ganti nama jadi Aliandono. Dia tentu saja memakai gigi tonggos palsu dan tata rambut dengan jambul yang membuat tampilannya semakin mirip.
Namun miripnya tak hanya di tampilan. Olah tubuh, gaya bicaranya juga persis seperti Dono. Siapa yang sangka, Aliando yang ganteng itu, yang selalu kebagian peran karakter-karakter medioker sebelum ini, ketika diberi tantangan lebih dan materi yang baik, potensinya sebagai aktor keluar juga semaksimal itu.
Adipati sebagai Kasino, secara tampilan tak mirip (gimana mau mirip?), begitu juga Randy yang memerankan Indro. Mungkin bisa mirip banget kalau keduanya diberi makeup prostetik ala Luna Maya di film Suzzanna Bernapas Dalam Kubur.
ADVERTISEMENT
Namun, sesungguhnya yang dikejar pembuat film ini, juga aktor-aktornya, bukanlah soal siapa menjadi yang paling mirip dengan siapa secara fisik. Melainkan lebih ke semangat dan karakteristik Dono, Kasino, dan Indro versi dahulu yang sedang dilanggengkan berkat kerja kolektif penulis naskah, sutradara, dan terutama ketiga aktor utama. Mereka bukan menggantikan Dono, Kasino, Indro yang asli, tetapi meneruskan legacy (warisan) mereka dalam manner dan semangat yang sama.
Duo penulis naskah Anggoro Saronto (Sang Kiai, 7 Misi Rahasia Sophie) dan Rako Prijanto kembali ke akar Warkop DKI era 70-an dan 80-an, masa ketika film-film Warkop dibuat dengan cukup serius, baik dari sisi penulisan naskah juga sisi teknis penggarapan. Anggoro dan Rako menawarkan cerita baru, ada plot yang utuh kali ini, tak seperti dua film sebelum ini yang hanya jualan nostalgia dan homage (penghormatan belaka).
Aktor Indro Warkop, Randy Danistha, Adipati Dolken dan Aliando Syarief bernyanyi pada jumpa pers pemeran baru film Warkop DKI Reborn di Jakarta. Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Syahdan Dono, Kasino, dan Indro adalah para penyiar radio, hingga suatu ketika seorang komandan polisi rahasia (diperankan Indro Warkop) merekrut mereka untuk menjadi agen rahasia. Mereka diberi tugas menyelidiki money laundry yang disinyalir dilakukan oleh produser film bernama Amir Muka (diperankan dengan gokil oleh Ganindra Bimo).
ADVERTISEMENT
Lewat plot detektif yang berpadu dengan seluk-beluk di balik layar industri film, pembuat film ini menawarkan parodi yang segar nan jenaka, parodi tentang sosok produser stereotipe, maaf, peranakan India yang bossy nan menjengkelkan, parodi tentang seorang aktor-utama-yang-macho-di-benak-penonton-padahal-sesungguhnya-melambai-bok (Khiva Iskak cukup luwes menghidupkan sosok tersebut). Karakter Khiva bukan peran yang baru-baru amat di skena perfilman kita. Aktor lain sudah banyak dapat peran serupa, tetapi tetap saja lucu gila melihatnya.
Dan, ada pula parodi terhadap sejumlah film fenomenal kontemporer Indonesia, seperti Dilan, Pengabdi Setan, Bumi Manusia., sampai Ayat-ayat Cinta 2. Parodi yang tak hanya lucu, tapi juga cukup berani '"mengkritik” terhadap sejumlah film tersebut. Bahkan saya anggap lebih pedas dari kritikan para kritikus pada umumnya, terutama soal film Ayat-ayat Cinta 2 yang kena roasting habis-habisan.
ADVERTISEMENT
Kembali ke cerita film. Dono, Kasino, Indro dikisahkan ikut casting menjadi ekstra agar terlibat syuting film produksi Amir Muka yang dibintangi si aktor 'macho' tadi. Ndilalah, saat take sebuah adegan menari, produser Amir Muka yang sedang kunjungan ke set malah jatuh hati pada trio jagoan kita, yang tadinya sebatas ekstra lantas jadi aktor-aktor utama dan anak emas baru, seperti tiga aktor betulan di film ini. Hehehe.
Dari sini, cerita terus berjalan semakin menarik dan 'sangat Warkop'. Ada cerita rebutan cewek antara Dono dan Kasino, ada cewek-cewek bohay, dan highlight-nya adalah pergantian latar cerita yang lantas pindah ke Maroko.
Di sana, mereka beinteraksi dengan pendukuk lokal, lantas ada pergantian gaya humor dari slapstick (kejungkel dari tempat duduk, lari-larian, komedi semacam itu yang senantiasa hadir selama set di Jakarta) ke komedinya jadi lebih, ehem, intelek saat di Maroko. Sebab, mereka mesti bisa memahami Bahasa Arab. Bisakah, mereka?
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah, tak seperti film Ayat-ayat Cinta yang para tokohnya berbicara dengan Bahasa Indonesia padahal sedang di Mesir, hellooow. Dalam Warkop DKI Reborn, Aliando, Adipati, dan Randy cukup lihai berbahasa Arab, dengan fasih sekali ketika mesti berdialog dengan seseorang yang mereka temui di padang pasir (diperankan pendatang baru Dewa Dayana yang mencuri perhatian— teman nonton saya yakin banget bahwa dia adalah Bastian eks CJR, setelah saya berikan data valid dari internet bahwa sang aktor bernama Dewa Dayana, akhirnya dia mingkem juga).
Penata kamera Hani Pradigya (Wage, Asal Kau Bahagia) memberikan frame-frame yang sinematis, yang memberi alasan agar film ini sebaiknya memang ditonton di layar lebar, bukan televisi.
Filmnya dibagi dua, dan saya sih enggak begitu keberatan. Namun sayang saja, pemenggalannya terasa kurang pas. Kita tak diberi cliffhanger yang nonjok. Mestinya kita diberi situasi gawat di akhir film yang bakal membuat rasa penasaran kita terusik.
ADVERTISEMENT
Untung saja, di penutup film bagian pertama ini, kita diberi sebuah lagu yang asoy, yang nyenengin. Keluar bioskop saya sih merasa gembira. Sebuah perasaan yang seyogianya kita dapatkan selepas menyaksikan film-film Warkop.
Dengan tampilan sebaik dan sekocak ini, bila dua film Warkop DKI Reborn sebelumnya sukses gila-gilaan, mestinya Warkop DKI Reborn yang ini lebih sukses lagi diterima pasar. Saya ingin kualitas film yang baik berbanding lurus dengan tingkat apresiasi di masyarakat, bukan malah sebaliknya.
Seperti pepatah kuno dalam Bahasa Arab kuno yang mengatakan, “Halnotnot milf-milf gnay kiab raga saenis atik kopak nikib milf kelej” yang artinya: Tontonlah film-film yang baik agar sineas kita kapok bikin film jelek.