First Man: Memanusiakan Neil Armstrong

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2018 11:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
★★★★1/2☆ | Shandy Gasella
Adegan di film 'First Man'. (Foto: YouTube/Universal Pictures.)
Kita, yang pernah mengenyam bangku sekolah, tentu masih ingat bahwa Neil Armstrong, Edwin 'Buzz' Aldrin Jr, dan Michael Collins merupakan tiga astronot Amerika Serikat yang telah pergi ke bulan dengan menaiki Apollo 11 pada 16 Juli 1969.
ADVERTISEMENT
Michael memang tak sampai menginjakkan kakinya di bulan, sebab ia kebagian 'jaga kandang' di dalam modul perintah di atas orbit bulan, Neil dan Buzz-lah yang menapakkan kaki dan berjalan-jalan di permukaan bulan selepas Modul Eagle yang mereka kemudikan lepas dari modul perintah.
Nama mereka tercatat dalam sejarah dunia, dan saya yakin banyak di antara kita pada satu masa pernah bercita-cita ingin menjadi astronot lantaran membaca sejarah perjalanan ke bulan lewat buku IPA sewaktu SD dulu.
Eh, pas kita sadar bahwa kita WNI dan di negara ini tak ada badan antariksa seperi NASA barulah kita mengubur cita-cita tersebut, ya kan?
Neil Armstrong saat menjejakkan kaki di bulan 1969. (Foto: NASA)
Kecuali bila Anda penganut teori bumi datar dan tak percaya manusia pernah ke bulan, ngapain baca ulasan ini? Sana, baca kembali saja buku-buku teori konspirasi Amerika dan Yahudimu!
ADVERTISEMENT
Damien Chazelle yang baru menggarap dua film panjang, Whiplash dan La La Land — baru dua film tetapi kelas Oscar, kali ini menggarap First Man dengan tanpa naskah yang ia tulis sendiri. Josh Singer, penulis naskah yang sempat diganjar piala Oscar lewat Spotlight kebagian kredit menulis dengan mengadaptasi novel karya James R. Hansen bertajuk First Man: The Life of Neil A. Armstrong.
Damien, sutradara termuda peraih Oscar ini, lagi-lagi membuktikan bahwa ia seorang talenta yang, meminjam sepotong dialog dari film ini, "out of this world".
ADVERTISEMENT
Bagaimana sutradara umur 30-an ini dapat konsisten berkarya dengan kualitas di atas rata-rata produksi Hollywood benar-benar tak dapat dipercaya! Di tangannya, kisah bersejarah perjalanan ke bulan bukan hanya menjadi soal teknis, pamer visual ala Hollywood seperti yang kebanyakan ada, tetapi First Man juga menjadi sebuah film yang personal, intim, sebuah studi karakter, dan di atas segalanya; tentang menjadi manusia.
Pada umumnya kita barangkali tak mengetahui bagaimana sosok Neil Armstrong dalam kehidupan nyata, apalagi bagi kita yang sebatas tahu lewat buku-buku pelajaran sekolah. Lewat film biografi seperti inilah kita berharap dapat tahu dan menyelami kehidupannya lantas merefleksikannya kembali pada kehidupan kita masing-masing, bisa sebatas hanya cukup tahu, atau syukur-syukur merenungkannya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya sudah ada film tentang astronot yang bagus seperti misalnya Apollo 13 (Ron Howard, 1995) dan The Right Stuff (Philip Kaufman, 1983). Tetapi, hanya sedikit saja yang berhasil memukau, bukan oleh kehebatan efek visual, tetapi oleh kemampuan sutradara yang dapat membuat kita merasakan emosi yang tak terhapuskan selepas menontonnya, seperti film ini.
Karakter Neil Amstrong dan istrinya berdansa (Foto: Universal Pictures via PEOPLE)
Bagi Neil Armstrong (Ryan Gosling, La La Land, Drive) sendiri, tujuh tahun merupakan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan dari mulai persiapan hingga pada akhirnya ia ke bulan dan kembali ke bumi, dipenuhi dengan kehilangan sejumlah orang terdekatnya, pengorbanan, dan kegagalan-- tiga hal yang tidak pernah kita pikirkan ketika dahulu membaca buku sejarah mengenai perjalanannya ke bulan.
ADVERTISEMENT
Neil dan istrinya, Janet (Claire Foy, The Crown, Breath), baru kehilangan putri kecil mereka, Karen, karena kanker. Lantas dua putra mereka yang sedang tumbuh, Mark dan Rick, harus menghadapi kemungkinan bahwa ayah mereka bisa saja mati di luar angkasa sana.
Tetapi, Neil sebagai pilot terbaik NASA begitu teguh pendiriannya dan siap melaksanakan apa pun perintah yang diberikan para atasannya kepadanya, ironisnya, kehebatan dalam pekerjaan justru membuat ia mesti mengalami kerugian emosional pada dirinya dan keluarganya sendiri.
Kematian Karen meninggalkan luka yang teramat dalam bagi Neil, begitu dalam hingga ia menutup diri untuk tak membicarakannya sekali pun, bahkan kepada istrinya sendiri. Ryan Gosling menggali perasaan terdalamnya untuk mewujudkan keberanian dan duka hati dari seorang pria pendiam yang tidak dapat selalu mengartikulasikan emosinya.
ADVERTISEMENT
Penampilannya benar-benar menjadi landasan yang kuat bagi kisah film untuk berpijak, memberi kesan nyata yang begitu mencengkeram. Bagi saya ini merupakan capaian akting terbaiknya setelah The United States of Leland (Matthew Ryan Hoge, 2003).
Ryan Gosling memakai seragam NASA (Foto: Universal Pictures via PEOPLE)
Ada rasa gemas manakala kita menyaksikan babak demi babak perjalanan hidup yang dilewati Neil.
Di awal film, walau sepintas, kita sempat melihatnya bahagia manakala ia menghabiskan waktunya bermain dengan Karen. Selepas kematian Karen, ia menjadi begitu murung, menutup pintu hatinya bahkan terhadap istri dan kedua anak laki-lakinya! Ia bergaul cukup baik dengan sesama astronot NASA, bahkan hingga berkawan dekat.
Tetapi tragedi rupanya tak mau jauh-jauh darinya, ia pun mesti kehilangan beberapa kawan dekatnya. Sibuk dalam pekerjaan yang menyita waktu dan emosinya, ia barangkali tak menyadari bahwa sesungguhnya pun ia belum pergi ke bulan dan meninggalkan bumi ratusan ribu kilometer, ia sudah begitu jauh, begitu berjarak dengan istri dan kedua putranya.
ADVERTISEMENT
Maka, ketika Janet yang pada akhirnya memberanikan dirinya untuk 'menampar' Neil — dan Claire Foy tampil luar biasa di film ini, secara blak-blakan penuh emosi memberitahu suaminya itu untuk berbicara kepada kedua putranya tentang bahaya dari misinya ke Bulan.
"Aku muak!" katanya, dengan tegas, tidak mau menanggung beban sendirian. Menyaksikan adegan tersebut, saya pun ikut merasa sesak, dan kegemasan saya untuk menampar Neil terwakili sudah.
Duo Damien Chazelle dan Ryan Gosling mengempaskan kita jauh-jauh dari romansa musikal La La Land, mereka, lagi-lagi, dengan begitu hebatnya kini menjejali kita sebuah studi karakter yang fenomenal ini dalam realisme yang ditampilkan sedemikian keras, nyaris tanpa kompromi.
NASA melakukan uji peluncuran pesawat luar angkasa (Foto: Universal Pictures via PEOPLE)
Pada mulanya program antariksa NASA ada akibat ulah pemerintah Amerika Serikat sendiri yang kompetitif dan tak mau kalah dengan Rusia yang sudah lebih dulu merintisnya.
ADVERTISEMENT
Para politikus kala itu menyebut program astronot membuang-buang uang negara saja, dan masyarakat pun lewat lagu satir Whitey on the Moon yang dibawakan Gil Scott-Heron mempertanyakan bagaimana perjalanan ke ruang angkasa yang menghabiskan ratusan juta dolar dapat mempengaruhi kehidupan di muka Bumi.
Film ini juga sesungguhnya bertanya-tanya, menanyakan pertanyaan provokatif di setiap kesempatan, namun dengan jawaban yang tak gamblang. Kita diminta memahaminya secara lebih baik lewat bahasa gambar dan suara yang menghantui yang dibuat oleh tim produksi, termasuk sinematografer Linus Sandgren (La La Land, Battle of the Sexes), editor Tom Cross (Whiplash, La La Land) dan komposer Justin Hurwitz (La La Land, Whiplash).
Untuk beberapa orang, film ini mungkin terasa terlalu monoton atau bahkan membosankan. Maka dari itu, sutradara Damien Chazelle meminta kita untuk melihatnya dengan lebih 'dekat'. Dus, bingkai-bingkai kamera medium shot dan extreme medium shot menjadi pilihan utamanya mengantarkan kisah film.
ADVERTISEMENT
First Man menekankan betapa hebatnya apa yang telah dicapai oleh manusia dalam waktu singkat sejak manusia relatif belum lama memulai peradaban di muka bumi ini, dan memperingatkan bahwa lebih banyak lagi yang perlu kita lakukan, misalnya, sebelum pergi jauh ke luar, kita perlu juga melakukan perjalanan diri menuju diri sendiri, menjadi manusia.