Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
'Har Kisse Ke Hisse: Kaamyaab', Hikayat Seorang Aktor Pendukung yang Terlupakan
10 Mei 2020 14:54 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Poster film Har Kisse Ke Hisse: Kaamyaab | Red Chillies Entertainment/Netflix](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1589096774/oxep8jmlxeedscc03aht.jpg)
ADVERTISEMENT
"Pada masa itu, kentang memang sedang laku-lakunya.” Ujar Sudheer (Sanjay Mishra, ‘Dilwale’, ‘Masaan’), seorang aktor pendukung kawakan, kepada seorang reporter yang sedang mewawancarainya. “Kentang?” Tanya sang reporter dengan dahi yang berkerut. “Ya, maksud saya... aktor watak seperti saya disebut sebagai kentang pada masa itu. Kentang melengkapi setiap hidangan, bisa dimasak dengan daging, dengan sayur, digoreng, direbus. Tak peduli komedi, thriller atau cerita cinta, siapa pun pemeran utamanya, kentang seperti saya cocok-cocok saja diikutsertakan.” Lanjut Sudheer, mengucapkannya dengan nada datar dan dengan wajah tertekuk sendu, seolah usahanya selama puluhan tahun sebagai aktor tak berarti apa-apa.
ADVERTISEMENT
“Oh tidak, hanya para bintang yang mendapat tempat di hati penonton. Kami tak punya keistimewaan itu.”
Sudheer hidup menyendiri di sebuah apartemen sederhana, sesekali di kala senggang, di kala sedang waras — tidak sedang mabuk whiskey, ia mengunjungi putrinya yang telah berkeluarga dan memiliki seorang anak perempuan. Sudah seringkali putrinya itu memintanya untuk tinggal bersama di kediamannya yang cukup mewah, dan seringkali pula ditolak mentah-mentah oleh Sudheer dengan alasan; “Aku punya kehidupan sendiri, Nak!”
Sudheer selama ini tak menyadari berapa film telah ia bintangi, hingga sang repoter kemudian menyebutkan data yang diperolehnya dari IMDb (Internet Movie Database), situs yang berisi kumpulan informasi mengenai film, televisi, dan setiap orang yang berprofesi di kedua bidang tersebut. Ia terkejut ketika mengetahui bahwa dirinya, menurut catatan IMDb, telah tampil dalam 499 judul film, sebagai peran pendukung dalam hampir semua karakter yang pernah ada di film; polisi, dokter, pengacara, politikus, penjudi, pemerkosa, perampok, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Perjumpaannya dengan sang reporter seketika memantik kembali semangat hidup dan keaktorannya. Dan, untuk pertama kalinya ia merasa bahwa dirinya kini mempunyai sebuah tujuan hidup yang dapat ia banggakan, yakni melengkapi filmografinya agar genap berjumlah 500 film.
Api semangat kembali bergelora dalam dirinya. Rambutnya yang sudah penuh uban ia tutupi dengan wig perlente seperti penampilannya di masa muda, dengan kemeja yang tak dikancing, celana cutbray dan sepatu pentofel mengkilap, berangkatlah ia menemui seorang casting director demi menemukan peran ke-500-nya.
Film yang diproduseri Shahrukh Khan ini bukan jenis masala, itu lho yang ada adegan nyanyi dan joget-jogetnya, berdurasi satu setengah jam, ‘Kaamyaab’ merupakan sejenis film yang jarang dibuat di Bollywood, dan juga kurang diapresiasi oleh penonton India pada umumnya. Situasi yang lumrah sebetulnya di belahan dunia mana pun, film dengan pemeran utama yang bukan ‘bintang besar’ acapkali dipandang sebelah mata, atau bahkan tak dipandang sama sekali.
ADVERTISEMENT
Hardik Mehta menyutradarai sekaligus menulis debut film panjangnya ini dengan keterampilan yang bukan main, tak nampak bahwa ini merupakan karya perdananya. Caranya mengarahkan para aktor yang relatif tak dikenal oleh penonton awam, termasuk Sanjay Mishra yang pernah ikut bermain dalam ‘Dilwale’ yang dibintangi Shahrukh Khan — memang siapa yang ingat padanya di film itu? Tetapi, aktor-aktor film ini dapat tampil dengan begitu luwes dan menunjukkan apa yang jarang kita dapatkan dari kebanyakan film Bollywood yang serba lebay itu.
Hampir setiap aktor di film ini berakting natural, menginjak bumi, dengan realisme dunia hiburan yang dibangun sedemikian meyakinkan, menonton film ini memberikan kesan yang serupa laiknya menonton film dokumenter tentang tokoh-tokoh di balik dunia hiburan industri film di India.
ADVERTISEMENT
Sanjay Mishra, aktor utama film ini, menurut catatan IMDb, telah bermain dalam 180 judul film, termasuk tayangan TV sejak 1990. Adalah bohong jika saya katakan telah mengenal namanya sejak lama. Namanya masihlah asing bagi saya, tak seperti Nawazuddin Siddiqui atau Irrfan Khan yang jauh lebih tenar misalnya.
Perannya sebagai Sudheer yang diceritakan tak dikenal awam, kecuali bagi para kaum sinefil, menjadi meta, seolah film ini adalah tribut bagi karirnya, juga aktor-aktor lain yang bernasib sama sepertinya.
Memang tak selamanya aktor-aktor pendukung tak dikenal orang, Anupham Kher misalnya atau Amrish Puri — Anda pasti mengenalnya sebagai Si Tuan Takur di sejumlah film India zaman baheula, atau yang kekinian seperti Nawazuddin Siddiqui yang acap dapat peran pendukung, namanya langsung menjulang, berkat bermain di sejumlah film dengan reputasi yang baik.
ADVERTISEMENT
Sudheer, tokoh utama kita, dikisahkan seringkali menjadi peran pendukung dalam film-film kelas B dan bahkan kelas C, watak yang diperankan pun itu-itu saja dari satu film ke film lain. Jika diibaratkan aktor tanah air, barangkali ia mirip dengan Diding Boneng, Bokir, Malih Tongtong, atau HIM Damsyik misalnya, yang selalu kebagian peran-peran tipikal. Coba perhatikan film-film yang mereka bintangi, kostum bisa berubah-ubah dari satu film ke film lain, tapi watak yang mereka perankan ya itu-itu saja.
Nah, begitulah Sudheer, walau sudah bermain dalam 499 film, karirnya mandeg, dan kemampuan aktingnya memang nol besar. Agar tampil percaya diri di depan kamera saja ia perlu menenggak whiskey terlebih dahulu. Tanpa itu ia grogi, lupa dialog, terbata-bata, bak aktor amatiran.
Dalam sebuah adegan audisi untuk peran ayah dari seorang raja yang hendak pergi berperang, casting director memintanya untuk berdialog natural kepada sang anak, tidak over the top, namun berkali-kali ia teriak-teriak, tak memahami apa yang semestinya ia lakukan. Setelah minta waktu untuk istirahat sejenak, yang tentu saja ia manfaatkan untuk menenggak whiskey kesukaannya, saat kembali berdiri di depan kamera, ia latihan dialog, dan casting director tak menyadari itu sebagai latihan — dikiranya ia memang sedang kembali mencoba berakting seperti yang diinginkannya.
ADVERTISEMENT
“Nah, seperti itu! Luar biasa!” Puji sang casting director. Sudheer setengah bingung kemudian menjawab, “Itu yang kau maksud dengan akting natural? Baiklah, kucoba sekali lagi ya, kali ini akan lebih bagus dari yang barusan.” Sudheer sepanjang karirnya ternyata tak memahami seni berperan. Selama ini ia tak memahami bagaimana caranya berakting yang tak komikal.
‘Kaamyaab’ bukanlah film yang meromantisasi sosok para aktor pendukung yang kurang diapresiasi, bukan pula penggambaran ironi antara bintang film dengan figuran. Film ini secara tegas memberi ilustrasi bahwa untuk menjadi aktor, tak peduli aktor utama atau pendukung, diperlukan kerja keras dan bakat. Dua hal itu sayangnya tak dimiliki Sudheer. Kasihan ia, merasa diri seorang aktor watak sekelas De Niro, padahal kenyataannya lebih mirip Danny Trejo.
ADVERTISEMENT
Film ini dapat Anda saksikan di platform streaming Netflix.