Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
'Hit & Run': Film Aksi dan Komedi yang Nyata, Bukan Fatamorgana
6 Juni 2019 16:05 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
★★★☆☆ | Shandy Gasella
Film campuran laga dan komedi, atau biasa disingkat “lakom” — hehehe bercanda, istilah yang lazim adalah action comedy — bukanlah hal baru di perfilman Indonesia. Tapi, bila kita dipaksa mengingat-ingat apa film Indonesia terakhir dengan genre action comedy yang kita tonton yang mengesankan, saya kok kesulitan mengingatnya ya.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa sebab genre action (laga) dan komedi dikawinkan lantas membentuk sebuah subgenre tersendiri. Action yang baik pasti dapat memberikan ketegangan kepada penonton, nah unsur komedilah yang kemudian berperan menurunkan tensi ketegangan barang sesaat, sebelum pada akhirnya penonton dibuat tegang kembali. Sebab, tegang terus kan enggak enak.
Dan, bukan tanpa alasan pula bahwa genre action comedy ini jarang dibuat. Selain karena idealnya film genre ini membutuhkan budget (biaya produksi) yang cukup mumpuni, pembuat filmnya juga tak cukup bermodalkan pede saja bahwa ia dapat meramu action sekaligus melucu. Tetapi mesti betul-betul memiliki bakat tersebut yang diperlukan dengan takaran di atas rata-rata.
Sutradara Ody C. Harahap sudah teruji cukup handal kala membesut film-film komedi. Baik yang naskah skenarionya dia tulis sendiri (misalnya Kapan Kawin?) maupun bikinan orang lain (misalnya Orang Kaya Baru). Tetapi, sebagai sutradara film laga ia belum berpengalaman.
ADVERTISEMENT
Lantas film ini ditulis oleh Upi, yang saya anggap belum fasih amat menulis komedi, tetapi tampaknya mulai serius di genre ini (dua film My Stupid Boss, Sweet 20, Gila Lu Ndro, dan Laundry Show) bersama debutan Fajar Putra S. Tetapi, kerja kolaboratif mereka (sutradara, penulis, kru lainnya dan juga cast) ternyata berhasil membuat Hit & Run sebagai film action comedy yang gokil.
Joe Taslim dan Yahan Ruhian kembali berduel mati-matian setelah The Raid (Gareth Evans, 2011), dan komedinya sendiri juga cukup cair berkat penampilan Chandra Liow, Jefri Nichol, Tanta Ginting, dan Joe Taslim pun secara mengejutkan bisa gila-gilaan. Tatjana Saphira tampil menggemaskan seperti biasa.
Film dibuka dengan sekuen pembebasan Coki (Yayan Ruhian, The Raid, Wiro Sableng), bos mafia narkoba, oleh para anak buahnya yang membobol bilik penjara menggunakan ekskavator (mesin pengeruk). Entah bagaimana caranya mereka masuk ke kompleks penjara tanpa ketahuan, pokoknya begitulah.
ADVERTISEMENT
Coki berhasil dibawa kabur menaiki ekskavator tersebut yang ukurannya tidaklah terlalu besar. Lalu beberapa mobil polisi mengejar mereka di jalanan ibukota dan Boom! Satu mobil polisi meledak. Seperti di film barat itu lho. Konyol sih, tapi seru.
Lantas kita dikenalkan pada sesosok polisi bernama Tegar (Joe Taslim, The Raid, La Tahzan) yang sedang melakukan razia di sebuah klub malam. Sambil segala tindak tanduknya direkam dua juru kamera untuk tayangan reality show. Bagaimana kedua juru kameranya mesti loncat sana-sini mengikuti pergerakan Tegar dan target incarannya demi mendapatkan shot yang bagus cukup menggelitik.
Dan bagaimana kemudian Tegar menutup aksinya dengan memberi sepatah dua patah kata pesan positif ke arah kamera, sambil berusaha keras terlihat keren. Kalau tidak tertawa, hati-hati barangkali Anda sudah terkena gejala struk.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, di klub malam tersebut Tegar menangkap Lio (Chandra Liow, Youtuber terkenal itu lho) dengan tuduhan sebagai pengecer narkoba, padahal Lio hanyalah seorang penipu. Ketika diinterogasi di markas kepolisian, ketahuan bahwa Lio pernah berfoto bareng dengan Coki. Maka, ditugaskanlah Tegar oleh atasannya (diperankan Mathias Muchus, Toba Dreams, 22 Menit) untuk memburu Coki, ditemani Lio yang dianggap memiliki petunjuk untuk misi perburuan tersebut.
Petualangan Tegar dan Lio lantas membawa mereka bertemu karakter-karakter lain seperti Jefri (Jefri Nichol, Dear Nathan, Dread Out), abege alay yang perangainya terlihat seperti salah seorang warga Ciganjur, tapi ganteng. Dan maka dari itu penampilannya di film ini, walau singkat, meninggalkan kesan yang tak terlupakan.
Lalu muncul pula tokoh biduan EDM (Electronic Dangdut Music) bernama Meisa (diperankan Tatjana Saphira, Sweet 20, I Am Hope, aktris favorit saya nih), yang karakternya di film ini merupakan parodi Syahrini. Sayang, kostum yang ia kenakan kurang gonjrang-gonjreng, walau ia berusaha berdialog dengan gaya bicara khas Syahrini yang manja-manja menjengkelkan itu. Tetapi Tatjana terlalu cantik dan menggemaskan hingga kesan norak itu tak pernah betul-betul mencuat.
ADVERTISEMENT
Namun, saya memujinya lantaran mau dan berusaha tampil senorak mungkin untuk film ini, dan suaranya ketika menyanyi memang boleh juga lho. Setelah menyanyi betulan di film Sweet 20, kali ini ia nyanyi betulan lagi. Lagu dangdut aliran dugem kota pinggiran berjudul Bukan Taman Safari yang dibawakannya nancep seketika di kepala. Sehabis menonton film ini, saya langsung buka Youtube untuk mendengar ulang dan ikut berdendang, “Ku bukan Taman Safari/ yang selalu kau datangi/ untuk menghibur hati/ ku bukan Taman Safari yang selalu kau singgahi/ setelah itu kau pergi...” Cieee ikutan nyanyi kan?
Setelah menjadi pemeran pendukung dalam The Raid, Joe Taslim sempat dipercaya menjadi pemeran utama dalam film drama penguras air mata berjudul La Tahzan (Danial Rifki, 2013), lalu kebagian peran kecil dalam film produksi Hollywood Fast & Furious 6, enam tahun kemudian setelah La Tahzan.
ADVERTISEMENT
Ia baru dipercaya kembali untuk menjadi pemeran utama lewat Hit & Run produksi Screenplay Films & Legacy Pictures ini, dan penampilannya sungguhlah fenomenal. Ia menunjukkan kualitas seorang aktor utama; likeable, karismatik, jangkauan kemampuan akting yang luas, cukup ganteng, bisa beladiri, kurang apa lagi?
Mestinya ia bisa lebih sering tampil dalam lebih banyak film lagi. Tak mesti film action, tapi jika pun demikian, kenapa tidak.
Bukan film yang sempurna, Hit & Run memiliki kelemahan terutama dalam hal plot cerita. Spoiler alert!!! Jangan baca jika belum menonton. Saya ulangi, spoiler alert!
Soal motivasi sang atasan Tegar memerintahkan dirinya untuk menangkap Coki misalnya, bila disambungkan dengan ending film ini ketika sekonyong-konyong sang atasannya itu muncul dan mengakui dirinya sebagai backing gembong narkoba. Padahal tak ada situasi yang mengharuskannya muncul apalagi menjelaskan siapa dirinya sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Tetapi demikianlah, amat saya sesalkan pilihan pembuat film ini memunculkan cerita tersebut, barangkali tujuannya untuk memberi efek kejut. Sayang kita tak dibekali petunjuk-petunjuk sebelumnya hingga ending tersebut tidak terasa sebagai pelunasan atas apa pun.
Padahal Karina Suwandi sudah cukup meyakinkan sebagai karakter jahat bos mafioso. Walaupun karakternya sendiri kurang dikembangkan lebih jauh dan durasi kemunculannya yang kurang banyak. Amat saya sesalkan pula bahwa di penghujung film kita diberi kenyataan bahwa karakter yang diperankan Karina Suwandi ini merupakan ibunda dari seorang cewek yang dipacari Jefri! Ya ampun, enggak perlu gitu juga keles! Tetapi, demikianlah adanya.
Terlepas dari kekurangannya yang saya anggap minor, secara keseluruhan, Hit & Run solid sebagai film hiburan dengan tawaran spektakel yang besar nan seru. Adegan berantemnya tampil wah luar biasa hingga klasifikasi penonton film ini dibanderol untuk kategori 17 tahun ke atas.
ADVERTISEMENT
Satu sekuen action yang menampilkan sebuah truk melaju tak terkendali lantas menabrak banyak sekali rumah, walaupun rumahnya kaleng-kaleng (ini kaleng betulan lho, harfiah!). Bukan rumah yang terbuat dari tembok yang kokoh yang tentu saja mahal jika sengaja dibangun untuk kemudian dihancurkan.
Saya melihat sekuen tersebut sebagai penghormatan (atau justru parodi?) pembuat film ini terhadap film action Hollywood, sekuen tersebut diakhiri pula oleh ledakan yang bombastis.
Komedi dan action diramu dengan takaran yang pas. Satu lagi favorit saya adalah adegan penyanderaan Meisa di sebuah minimarket, Tegar berusaha menyelamatkannya dari dua begundal yang salah seorang di antaranya diperankan Tanta Ginting. Bila Anda tidak tertawa menyaksikan adegan ini, saya sarankan Anda untuk segera check up ke rumah sakit terdekat, barangkali ada urat syaraf Anda yang putus.
ADVERTISEMENT
Saya ingin film bergenre action comedy seperti film ini konsisten dibuat seserius ini, ditangani oleh pembuat film yang mumpuni, juga diisi cast yang bukan sembarangan. Hit & Run memberi aksi dan komedi yang nyata, bukan fatamorgana!