Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa 'Dealova 2' Mesti Ganti Judul Jadi 'Dealova' Aja, Mumpung Masih Sempat
14 September 2020 20:13 WIB
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada hari Minggu (13/9/2020) saya bersama beberapa rekan wartawan berkesempatan mengunjungi lokasi syuting film ‘Dea2ova’ — penggunaan angka 2 dibaca sebagai pengganti hurup ‘L’ sekaligus penanda bahwa ini merupakan film kedua atau sekuel. Maka, ‘Dea2ova’ dibaca ‘Dealova 2’. Keren ya, desain judul film ini visinya anak muda sekali. Ini saya tidak sedang meledek lho ya. Beneran muji.
ADVERTISEMENT
Ketika mengunjungi lokasi syuting siang hari kemarin, matahari di atas Cilincing, wilayah terluar paling utara di Jakarta, menyengat luar biasa. Bila saja saya tak pernah menginjakkan kaki di Cillincing, saya mungkin tak akan pernah tahu bahwa cuaca di Jakarta ternyata bisa segahar itu. Maklum, saya anak rumahan di Jakarta Selatan yang jarang main jauh-jauh.
Sebuah area pergudangan tempat penyimpanan ratusan peti-peti kemas bertumpuk disewa menjadi lokasi syuting, di tengah-tengah peti-peti kemas itu, set lapangan basket yang ditata sedemikian keren, sudah sesak dipenuhi pemain, puluhan extra (figuran) dan para kru yang hilir mudik. Teriakan “Action!” dan “Cut!” terdengar berkali-kali dari moncong TOA seorang Astrada. Semua orang di set yang saya temui, baik para pemain figuran maupun kru terlihat bersemangat dengan wajah-wajah sumringah, sama sekali tak mengeluh seperti saya yang kegerahan minta ampun. Kepada salah seorang PIC di lokasi syuting, saya sempat meminta sebotol bir dingin untuk melepas dahaga, tetapi tak diindahkan, entah dikiranya saya sedang bergurau atau memang mereka tak punya. Syukurlah di dapur umum tersedia jus jambu, lumayan juga, dua gelas habis saya teguk. Oya, protokol kesehatan semasa pandemi Corona untuk jaga jarak dan sanitasi dilaksanakan dengan baik di lokasi syuting. Semua orang bermasker, kecuali para pemain yang sedang diambil gambarnya.
Agenda kami para wartawan diundang ke sana adalah untuk wawancara bersama para pemain, sutradara dan produser. Setelah menonton proses syuting sejenak dan mengambil beberapa foto, kami digiring untuk bertemu dengan Dikta “Yovie & Nuno”, Harris Vriza, Givina dan Uus sang komika (para pemain), Ray Nayoan — sang sutradara, Rama Anugrah dan Andibachtiar Yusuf atau biasa disapa Ucup sebagai produser. Terus terang saya jarang menghadiri sesi meet & great atau tanya jawab bersama pemain dan kru baik sebelum perilisan film maupun setelah film diputar pada saat gala premiere misalnya. Sebab pertanyaan-pertanyaan yang biasa diajukan para wartawan kepada mereka pasti persoalan sekitar:
ADVERTISEMENT
- “Boleh diceritakan karakter Anda di film ini seperti apa?”
- “Apakah karakter yang Anda mainkan berbeda dari diri Anda?”
- “Apa tantangan terberat memainkan karakter Anda?”
- “Apa tantangan terberat menyutradarai film ini?”
- “Apa harapan Anda?”, dan seterusnya.
yang mana tak terlalu saya persoalkan, dan sering kali tak relevan. Saya lebih tertarik untuk mengobrol bersama pemain dan kru kala alat perekam tak saya hidupkan, agar mereka dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan secara blak-blakan saja, tidak diplomatis.
Saya sempat berbicara dengan Ucup, salah seorang produser film ini, off the record, salah satunya ihwal mengapa Jessica Iskandar (pemain ‘Dealova’ pertama) tidak dilibatkan di film lanjutannya ini. Dan, sayangnya jawaban Ucup tak dapat saya kutip dalam artikel ini, karena berpotensi tinggi untuk digosipkan Lambe Turah dan acara-acara gosip di TV nasional, bakal geger gila-gilaan dunia hiburan dan media sosial tanah air! Pertanyaan serupa pada akhirnya dilontarkan juga oleh rekan wartawan pada sesi wawancara, dan jawaban diplomatisnya adalah; “Kami berbeda pandangan kreatif, hingga dengan berat hati Jessica Iskandar tak dapat bergabung bersama kami.” Begitu tukas sang produser yang sempat punya andil mengantarkan Gading Marten mendapatkan Piala Citra pertamanya lewat film ‘Love for Sale’ yang disutradarainya itu. Padahal alasan sebenarnya, off the record, bukan itu. Tapi, dunia belum siap untuk mendengarnya.
ADVERTISEMENT
Lantas apa yang membuat Ray Nayoan, setelah dua tahun lalu membesut ‘Jelita Sejuba’ dengan bintang Putri Marino, dan produser Andibachtiar Yusuf pada akhirnya mau mengerjakan proyek film sekuel ini — yang mana mereka sama sekali tak terlibat dalam pembuatan film pertamanya. Jawaban diplomatisnya adalah; kenapa tidak? Bagi Ray Nayoan yang kebetulan seorang pemain basket, alasan dia menjadi sangat personal; lantaran cerita film ada olahraga basketnya, maka ia pun bersemangat penuh suka cita untuk menyutradarainya. Tapi, saya yakin alasan sesungguhnya tak sesederhana itu. Sayang, saya tak sempat ngobrol lebih banyak dengannya, karena ia sibuk di lokasi syuting mengarahkan pemain dan kru. Saya melihat dedikasinya yang tinggi dan menggebu-gebu pada proyek film ini.
ADVERTISEMENT
Syahdan, ‘Dealova’ adalah film drama ABG kisah kasih segitiga di sekolah, diperankan Jessica Iskandar sebagai Karra yang ditaksir Ben Joshua sebagai Dira dan Evan Sanders sebagai Ibel. Ketiga seleb ini sudah lama tak main film yang cukup diperhitungkan atau beredar di skena industri film tanah air. Jessica Iskandar terakhir kali main dalam ‘Kungfu Pocong Perawan’ ya ampun judulnya bikin perut mules, film itu tayang di tahun 2012. Evan Sanders sempat tampil dalam dua film yang dirilis tahun lalu, yaitu ‘Roh Fasik’ dan ‘Kelam’ — dua film yang benar-benar kelam secara harafiah. Ben Joshua lebih beruntung, ia sempat main dalam satu film yang lumayan produksi besar di tahun 2017, yakni lewat ‘Surat Kecil untuk Tuhan’ walau sebagai pemain pendukung. Rasanya masuk akal sekali jika dalam ‘Dealova 2’ ini kisah film move on dari mereka, tidak seperti ‘AADC?2’ misalnya yang kisah filmnya masih tentang mereka dan masih diperankan oleh mereka juga, para pemain film pertamanya.
ADVERTISEMENT
Kini dalam ‘Dealova 2’, Givina, Dikta, dan Harris — para pemain baru ini kebagian peran yang mirip yang dahulu dibawakan Jessica Iskandar, Ben Joshua, dan Evan Sanders. Film sekuel ini sebenarnya bukan lanjutan kisah tiga tokoh utama film pertamanya, tetapi tentang karakter-karakter baru dalam persoalan yang mirip, yakni cinta segitiga itu tadi. Bagi saya tempelan angka ‘2’ pada judul menjadi persoalan, pertama karena ini bukan lanjutan langsung film pertamanya, kedua calon penonton baru yang belum sempat atau sama sekali enggak ngeh dengan keberadaan film pertamanya bakal terkecoh, “Gue pengen nonton film Dealova 2 tapi belom nonton film pertamanya.”
Padahal sah-sah saja bila film ini masih menggunakan judul yang sama, ‘Dealova’ aja, tanpa diberi embelan angka 2. Perlakukanlah ia seperti remake (buat ulang) karena memang begitulah adanya. Dan, jujur saja saya sudah lupa jalan cerita film ‘Dealova’ yang rilis di tahun 2005, siapa coba yang masih ingat? — kecuali penulis skenarionya sendiri mungkin.
ADVERTISEMENT
Calon penonton yang berusia 17 tahun di tahun 2021 (jika dunia belum kiamat, atau manusia belum berubah menjadi zombi karena virus Corona yang bermutasi), mereka adalah batita-batita berusia 12 bulan ketika film ‘Dealova’ pertama dirilis. Maka, saya berasumsi film sekuel ini tak menyasar para moviegoer muda, melainkan mereka para om dan tante berusia 35 tahun keatas yang tengah memasuki fase puber kedua, itu pun jika mereka masih ingat dengan film pertama yang konon telah ditonton oleh 1,7 juta pasang mata! Tapi kemudian, film keduanya ini kan cerita baru, diperankan oleh pemain-pemain baru pula. Ah, mumet kan. Mestinya ini bukan urusan saya untuk menganilisis atau menentukan target penonton film ini.
Tetapi, saya doakan ‘Dealova 2’ atau apa pun judulnya nanti, bakal laku keras dan syukur-syukur dapat melampaui capaian film pertamanya. Sebagai penonton film nasional yang militan, saya sekadar mengingatkan dan berbagi pikiran saja demi film Indonesia yang bersinergi.
ADVERTISEMENT
‘Dealova 2’ diproduksi Capo Dei Capi Films, sedang merampungkan proses syutingnya, mengincar rilis pada akhir tahun depan.