Konten dari Pengguna

Review Film: 'Alone', Thriller yang Menggedor Jantung

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
2 Oktober 2020 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
★★★1/2☆☆ | Shandy Gasella
Film ini tak berbasa-basi memperkenalkan karakter utamanya terlebih dahulu, karena kita bakal mengenalnya seiring durasi bergulir. Di awal film, Jessica (Jules Willcox, ‘Bloodline’, ‘On The Rocks’) mengemas perabotan rumah, memasukkannya ke dalam kontainer yang dicantolkan ke bumper belakang mobilnya. Lantas ia melaju menuju sebuah kota yang bakal ditempuhnya selama empat hari perjalanan. Di tengah jalan ia bertemu Sam (Marc Menchaca si pemeran Russ Langmore dari serial Netflix ‘Ozark’), seorang pembunuh berantai, yang terus mengikutinya sepanjang jalan, hingga pada akhirnya Jessica ia culik dan disekapnya di rubanah sebuah rumah di tengah hutan.
Jules Willcox sebagai Jessica yang ketiban sial dibuntuti seorang pembunuh berantai dalam 'Alone' | XYZ Films/KlikFilm
zoom-in-whitePerbesar
Jules Willcox sebagai Jessica yang ketiban sial dibuntuti seorang pembunuh berantai dalam 'Alone' | XYZ Films/KlikFilm
Ceritanya setipis itu. Dan tentu kita tahu bahwa nantinya Jessica mesti kabur, lantas terjadilah sekuen kejar-kejaran antara si pemburu dan yang diburu. Dan premis semacam ini sudah sering digarap hingga terkesan klise, terutama di Amerika. Menariknya, film yang disutradarai Jon Hyams ini merupakan remake dari film asal Swedia berjudul ‘Gone’ garapan Mattias Olsson dan Henrik JP Akesson yang dirilis pada tahun 2011. Mattias Olsson kemudian menulis naskah skenario film yang meremake filmnya sendiri tersebut. Hasilnya tak begitu cemerlang.
ADVERTISEMENT
Secara penulisan skenario, Mattias kurang imajinatif. Sekilas background yang ia berikan terhadap karakter Jessica ihwal dirinya yang baru ditinggal mati suami, tak memiliki dampak siginifikan terhadap cerita, dan terutama monolog yang diucapkan Sam ketika ia memaksa Jessica untuk keluar dari persembunyiannya benar-benar terdengar cupu, untuk tak menyebutnya sok keminter. Saya rasa andaikan tanpa dialog, film ini bakal jauh lebih seru dan lebih meninggalkan kesan.
Poster 'Alone' yang menggambarkan plot film secara jitu | Dok. XYZ Films/KlikFilm
Beruntung eksekusi Jon Hyams, dan terutama duet akting Jules Willcox dan Marc Menchaca memberi bobot lebih, hingga kita dibuat terpaku dan deg-degan; akankah Jessica dapat selamat dari cengkeraman si pembunuh berantai? Pertanyaan itu terus mengikuti karena Jessica digambarkan sebagai sosok perempuan biasa yang tak memiliki kemampuan bertarung atau survival laiknya karakter-karakter di film action. Saya menyukai bahwa sekuen kejar-kejaran yang mendebarkan di film ini digarap dengan kesadaran untuk menghadirkan realisme yang kuat. Dan itu yang membuat kita peduli akan nasib yang menimpa Jessica sang tokoh utama kita, kita peduli untuknya dapat lepas dari kesialan yang menimpanya, sambil berharap agar si pembunuh berantai mendapatkan ganjaran yang setimpal.
Marc Menchaca sebagai Sam sang pembunuh berantai dalam 'Alone' | Dok. XYZ Films/KlikFilm
Film semacam ini memang tak butuh banyak dialog, semakin sederhana semakin asyik, dengan catatan sutradara mesti memahami betul bagaimana membangun tensi setahap demi setahap dan koreografi sekuen action yang gahar, dipadu sinematografi dan musik latar yang unik nan mencekam, ‘Alone’ memiliki itu semua. Sedari film bermula hingga berakhir selama satu setengah jam, tak sedetik pun saya mengalihkan perhatian, dan selama itu saya terus dibuat geregetan. Tandanya film ini berhasil sebagai sebuah thriller.
ADVERTISEMENT
Di pengujung film, momen ketika Jessica menghubungi istri Sam lewat ponsel, dan ia menceritakan siapa Sam kepada istrinya tersebut yang mengira bahwa sang suami sedang berdinas di luar kota, padahal ia sedang berusaha membunuh orang, sedikit banyak mengingatkan saya pada ‘Madus Anomali’ karya Joko Anwar yang memiliki tema mirip juga dengan latar cerita yang sama-sama di hutan.
‘Alone’ barangkali bukanlah sebuah masterpiece, tetapi kita butuh lebih banyak film seperti ini, terutama sekarang, saat orang-orang butuh pelarian sejenak dari rutinitas yang kian menjemukan dan menyebalkan selama pandemi. Menyaksikan film yang memacu adrenalin dan melibatkan emosi kita, menyaksikan sosok lemah yang pada akhirnya berhasil melewati cobaan berat, bisa menjadi katarsis yang kita butuhkan agar tetap waras.
ADVERTISEMENT
‘Alone’ tayang di platform streaming KlikFilm.