Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Review 'Sobat Ambyar': Sebaik-baiknya Penghormatan terhadap Didi Kempot
16 Januari 2021 13:23 WIB
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak yang tak menduga, bahkan Didi Kempot sendiri, bahwa puncak karirnya sebagai musisi campur sari diperolehnya setelah 35 tahun ia berkiprah di blantika musik tanah air. Lagu-lagu Didi Kempot termasuk gelaran konser-konsernya meledak di tahun 2019. Dan di luar dugaan siapa pun, penggemar militannya ternyata bukan bapak-bapak ibu-ibu seumurannya yang lahir di tahun 60-an, melainkan para kaum Milenial, kelompok generasi yang lahir pada kurun 1981-1996. Dan mungkin banyak pula dari generasi Z yang baru menginjak usia 17-23 pada tahun 2021 ini, rentang umur masa-masa awal kenal cinta monyet dan patah hati.
Film 'Sobat Ambyar' arahan Charles Gozali dan Bagus Bramanti ini sebetulnya dibuat dalam momen yang pas, pada awal 2020 kala Didi Kempot semakin digandrungi, hingga kemudian Tuhan berkehendak pada 5 Mei 2020 ia mangkat ke Surga. Andaikan film ini jadi rilis di bioskop seperti yang direncanakan, dan pandemi covid-19 tak pernah ada, niscaya para sadboys dan sadgirls -- julukan penggemar Didi Kempot, dan Didi Kempot juga memiliki julukan sama kerennya yakni Lord Didi dan The Godfather of Broken Heart -- bioskop-bioskop bakal dipadati penonton dengan antusiasme yang sama seperti konser-konsernya yang selalu membeludak dipenuhi para penggemarnya yang senang bernyanyi dan bergojet bersama idolanya itu.
ADVERTISEMENT
Saya bisa bayangkan bagaimana suasana bioskop bakal riuh gembira, dan sesekali mungkin ada yang melempar umpatan dalam bahasa Jawa tentu saja (dengan atensi yang baik lho ya) andaikan film ini diputar dan disaksikan para pengagumnya di bioskop seluruh tanah air. Ah, ambyar hati saya membayangkan itu.
Sepanjang sejarah musik pop di dunia, tema lagu yang paling diminati orang itu hanya dua; tentang jatuh cinta dan patah hati. Begitu pula dengan film, tema romansa tak pernah usang untuk dikulik. Maka film yang kisahnya didasarkan pada lirik-lirik lagu ciptaan the Godfather of Broken Heart ini, yang kental dengan kepedihan ditinggalkan atau dikhianati kekasih, dengan penggarapan maksimal, tak main-main ada empat rumah produksi yang terlibat yaitu Magma Entertainment, Ideosource Entertainment, Paragon Pictures, dan Rapi Films, niscaya 'Sobat Ambyar' menjadi tontonan hiburan yang maut! Penggemar atau bukan, banyak alasan untuk menyukai film berdurasi 101 menit ini.
ADVERTISEMENT
Ceritanya cukup sederhana, Jatmiko (dimainkan dengan begitu mengesankan oleh debutan Bhisma Mulia), sedang berusaha membangun bisnis kedai kopi-nya yang terancam bangkrut, lantas ia bertemu Saras (Denira Wiraguna, 'Something in Between', 'Roh Fasik'), cewek ayu yang mendatangi kedai kopinya dalam rangka mencari tempat untuk mengetik skripsi yang sedang dikerjakannya. Jatmiko kesengsem, dan Saras memberi harapan. Mereka pun jadian. Tapi, bukan film yang terinspirasi lagu-lagu Lord Didi namanya bila akhirnya film ini bakal happy ending. Sedari awal kita tahu cerita cinta semacam apa yang bakal kita dapatkan.
Film yang naskah skenarionya ditulis Bagus Bramanti ('Kartini', 'Dear Nathan') bersama Gea Rexy ('Yowis Ben', 'Dear Nathan') ini tak mengadopsi pakem komedi romantis konvensional, untuk tak menyebutnya membalikkan pakem tersebut. Kita berkali-kali disodori sekuen tentang betapa bodohnya Jatmiko dan betapa manipulatifnya Saras, yang dalam teknis penulisan skenario populer a la Hollywood, apa yang ditulis penulis skenario bakal mudah dianggap sebagai sebuah kegagalan dalam membangun plot yang repetitif. Tetapi, barangkali hal itu memang disengaja, selain dalam rangka menerjemahkan lirik-lirik sejumlah lagu menjadi guliran plot, juga agar kisah cinta Jatmiko menjadi ambyar seambyar-ambyarnya.
ADVERTISEMENT
Adalah hal yang juga impresif bahwa departemen casting dapat menemukan wajah baru bernama Bhisma Mulia dan menjadikannya aktor utama. Ia terbilang nobody, sepengamatan saya, ia bukan seleb terkenal dengan follower jutaan, yang masih menjadi acuan kebanyakan produser ketika menentukan pilihan pemeran utama. Bhisma berhasil menunjukkan rentang emosi yang luas lewat ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya, dan juga karismanya yang kuat dengan personality yang mudah disukai.
Pemilihan Denira Wiraguna sebagai Saras sang pematah hati, walau bukan pendatang baru, tapi mungkin baru lewat film ini ia kebagian peran co-starring yang berdampak signifikan dan mencuri perhatian. Lewat pembawaannya, kita jadi mengerti kenapa Jatmiko bisa tergila-gila kepadanya.
Komedi begitu kental menjadi bumbu utama, saya yang bukan orang Jawa saja dibuat terpingkal-pingkal pada banyak adegan, apalagi orang Jawa yang pasti bakal mengapresiasi lebih secara sebagian besar dialog film diutarakan dalam bahasa Jawa. Dan komedi biasanya lekat dengan konteks dan kultur penuturnya. Favorit saya adegan Saras ketiduran di mobil lalu datang penjual nasi goreng yang kemunculannya mengagetkan. Juga adegan Jatmiko ngedate bareng tante Wulan (Asri Welas yang selalu tampil luar biasa).
ADVERTISEMENT
Tak cuma ngocol, duo penulis naskah juga cekatan membuat dialog-dialog yang berisi dan jarang saya dapatkan pada kebanyakan film lain, misalnya pada adegan Kopet (Erick Estrada, 'Yowis Ben', 'Laundry Show') mendatangi Jatmiko yang tengah terbaring di kamarnya untuk mengajaknya pergi ke konser Didi Kempot, Kopet berucap, "Mbok kowe omongan karo adhimu, Jat. Takon-takonan kabar. Mangan sak meja. Ben omah iki tetep dadi omah, Jat. Dudu gudang perabotan." ("Bicaralah dengan adikmu, Jat. Saling bertanya kabar. Makan semeja. Biar rumah ini tetap jadi rumah, bukan gudang furnitur"). Dialog tersebut apik tenan! Lahir bukan dari sembarang pemikiran.
Selain itu saya juga suka bahwasanya pembuat film tak fokus pada kisah Jatmiko-Saras tok. Kisah hubungan kakak-adik Jatmiko dan Anjani (debut Sisca JKT48) juga luar biasa dihadirkan walau hanya menjadi penggalan plot, tetapi berkat dialog dan juga penampilan Bhisma dan Sisca yang sama-sama kuat, justru hati saya ambyar pada adegan keduanya berantem lantas rekonsiliasi. Saya hanya menangis bercucuran air mata pada bagian itu.
Urusan Saras yang mematahkan hati Bhisma dan beberapa pengagumnya yang lain, salah seorang di antaranya dimainkan Emil Kusumo sebagai Anton yang mencuri perhatian, biarlah mereka saja yang ambyar. Kita yang menonton tak jogeti wae.
ADVERTISEMENT
Charles Gozali, kali ini didampingi Bagus Bramanti di kursi sutradara, sekali lagi membuahkan karya yang fenomenal. Film ini layak dirayakan semeriah-meriahnya baik oleh para sadboy dan sadgirl, maupun sinefil pada umumnya. 'Sobat Ambyar' memberikan sebaik-baiknya penghormatan terhadap Lord Didi Kempot alias The Godfather of Broken Heart atas kehadiran dan karya-karya musiknya. Saya yakin di Surga sana Pakde Didi tak henti-hentinya berucap matur nuwun, sebab begitulah semasa ia hidup, senang mengucap terima kasih kepada banyak orang.
'Sobat Ambyar' ditayangkan pada platform streaming Netflix.