Rompis: Roman Picisan yang Tak Picisan

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2018 20:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemain film Roman Picisan. (Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain film Roman Picisan. (Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan)
ADVERTISEMENT
★★★★☆ | Shandy Gasella
Jauh sebelum kemunculan 'Ada Apa dengan Cinta?' (Rudi Soedjarwo, 2001), sebelum sosok Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastro) menjadi idola para ABG di zaman milenium -- hampir dua dekade silam, lebih jauh ke belakang lagi, tepatnya di tahun 1980, sosok Roman (Rano Karno) dan Wulandari (Lydia Kandou) lebih dulu ngehits lewat film 'Roman Picisan' garapan Adisoerya Abdy.
ADVERTISEMENT
Saya bahkan menduga ada kemungkinan yang sangat besar bahwa 'Ada Apa dengan Cinta?' bisa jadi merupakan rip-off alias remake tak resmi dari film 'Roman Picisan' yang diangkat dari novel berjudul sama karangan Eddy D Iskandar tersebut.
Baik 'Roman Picisan' maupun 'Ada Apa dengan Cinta?' mengisahkan drama asmara ABG sepasang anak SMA; Roman dan Rangga sama-sama ganteng, pintar, dan jago menulis puisi. Wulandari dan Cinta sama-sama cantik tapi sengak, pintar, orang kaya, dan sama-sama dianggap nyebelin oleh Roman/Rangga. Paralel kedua film tersebut demikian kentara, hingga rasanya apa yang saya tuduhkan cukup beralasan.
ADVERTISEMENT
Nah, 'Rompis' karya terbaru Monty Tiwa ('Mendadak Dangdut', 'Critical Eleven') ini adalah sekuel atau bisa juga dianggap film buat ulang dari 'Roman Picisan' yang edar 38 tahun lalu itu. Tetapi, lebih pas rasanya bila kita menganggap film ini sebagai sekuel lantaran Roman dan Wulandari kini dikisahkan sebagai anak mahasiswa baru, bukan anak SMA lagi.
Alkisah Roman (Arbani Yasiz, 'Heart Beat', 'Surat Untukmu') dan Wulandari (debut Adinda Azani) TTM-an sejak SMA, hingga kemudian setelah lulus SMA, Roman mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Belanda ditemani sahabat karibnya, Sam (Umay Shahab, 'The Tarix Jabrix 2', 'Heart Beat'), sementara Wulan tetap tinggal di Jakarta. Maka, LDR-an lah mereka.
Pemain Film Rompis (Foto: Munady/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Film Rompis (Foto: Munady/kumparan)
Di Belanda, lewat sebuah insiden, Roman berkenalan dengan mahasiswi asal Indonesia bernama Meira (Beby Tsabina, 'Dear Nathan', 'Susah Sinyal') yang tengah menyelesaikan studi S2-nya, dan mereka kemudian menjadi cukup akrab. Meira membantu Roman mengerjakan tugas kuliahnya, dan sebagai ganti balas jasanya ia memintanya untuk menuliskan sebuah puisi untuk dirinya.
ADVERTISEMENT
Tak sengaja ketika Wulandari menghubungi Roman lewat video call, sosok Meira terlihat di layar ponselnya. Cemburu, ia pun terbang ke Belanda demi mencari tahu sendiri duduk persoalan yang sebenarnya.
Premis yang sederhana, dibuat dengan treatment sederhana pula, tetapi juga dibekali naskah skenario tulisan Haqi Achmad ('Ada Cinta di SMA', 'Sajen', Monty Tiwa dan Putri Hermansjah yang begitu kaya akan dialog-dialog yang tak hanya membumi tetapi juga ditulis dengan penuh ketelitian dengan memerhatikan pewatakan karakter-karakternya, ritme alur, pembabakan, maka narasi film mengalir dengan lancar dari awal hingga akhir membuat durasi 99 menitnya begitu padat tanpa kemunculan adegan-adegan yang tak perlu.
Justru film sederhana seperti ini biasanya sulit dikerjakan, Monty adalah sutradara kawakan dengan puluhan filmografi -- di antara sekian filmnya yang, mohon maaf, kurang baik, sekali dua kali ia sempat juga membuat film keren manakala menyutradarai film yang naskah skenarionya apik seperti misalnya 'Test Pack: You are My Baby' dan 'Sabtu Bersama Bapak' misalnya, nah 'Rompis' menambah satu lagi daftar filmografinya yang dapat ia banggakan.
ADVERTISEMENT
Sejak debutnya menulis naskah 'Poconggg Juga Pocong' (Chiska Doppert, 2011), dan belasan naskah skenario lain, baru lewat 'Ada Cinta di SMA' (Patrick Effendy, 2016) Haqi Achmad menunjukkan potensi sesungguhnya sebagai penulis skenario yang menjanjikan, dan lewat 'Rompis' ia menunjukkan seolah bakat menulisnya terasah oleh waktu. Dan saya berharap padanya agar konsisten menjaga keahliannya tersebut lantaran penulis skenario yang baik di skena perfilman kita jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari pada dua telapak tangan kita.
Arbani Yasiz. (Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Arbani Yasiz. (Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan)
Sudah naskahnya baik, jajaran pemain pun tampil sama baiknya. Padahal, aktor-aktris film ini tergolong para pendatang baru. Sebagai Roman, dapat memberikan pesona dan karisma yang menyamai Rano Karno di era 80-an, potongan rambutnya yang setengah gondrong menutupi telinga bahkan sama persis dengan potongan rambut Rano Karno kala memerankan Roman dalam 'Roman Picisan'.
ADVERTISEMENT
Jarang ada aktor debutan yang dapat memperlihatkan kemampuan akting dan pembawaan yang semeyakinkan yang ditunjukkan Arbani lewat film ini.
Pun Adinda Azani yang berperan sebagai Wulandari, juga sama baiknya membawakan karakternya hingga kita percaya dan dapat ikut menyelami segala perasaan yang ia perlihatkan pada kita. Saya bahkan berani menilai bahwa penampilannya sebagai Wulandari jauh lebih baik ketimbang apa yang dicapai Lydia Kandou dalam peran yang sama.
Adinda Azani menghadiri gala premiere film 'Rompis' di Kota Kasablanka, Selasa (14/8). (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Adinda Azani menghadiri gala premiere film 'Rompis' di Kota Kasablanka, Selasa (14/8). (Foto: Munady)
Umay Shahab sebagai Sam dan Beby Tsabina sebagai Meira adalah dua nama yang juga patut diperhitungkan dalam dunia perfilman kita, bila konsisten, kelak mereka dapat menjadi bintang besar yang tak hanya jual tampang, tetapi juga dapat memberikan suguhan penampilan yang gak kacangan.
ADVERTISEMENT
"Lo kan tahu dia anak orang kaya, sedangkan gue.. Sekarang gue udah bukan anak SMA, Sam. Gue udah gak bisa ngasih puisi-puisi buat Wulan..." Keluh Roman yang lantas ditimpali setengah becanda oleh Sam, "Dalem, Mamen...!"
Ketika skenario mulai terdengar terlalu serius dan "berat", dengan sendirinya ia sadar lantas seolah mengejek diri sendiri seperti yang terlihat dari dialog tadi (dialog persisnya lebih panjang lagi, dan lebih jenaka). Saya membayangkan, lantas menyesal, idealnya, sekuel 'Ada Apa dengan Cinta?' semestinya dapat tampil selayaknya film ini, mengambil latar kisah masa-masa kuliah dengan karakter-karakternya yang masih setengah naif, lugu, tanpa mesti kehilangan bumbu-bumbu romansa menggemaskan ala cerita cinta anak muda. Tapi, ya sudahlah ya.
Kita kerapkali menjumpai komentar-komentar seperti "Kok kita gak bisa sih bikin film cinta-cintaan remaja ala ala film Thailand yang lucu-lucu menggemaskan..." Nah, inilah salah satunya, film drama cinta remaja yang enggak kacangan yang lucu menggemaskan, bahkan semestinya film ini dapat mendulang angka penonton yang sama dengan 'Dilan 1990' -- andaikan saja tingkat literasi terhadap film cukup tinggi di negara yang kita cintai ini. Tapi, ya sudahlah ya.
ADVERTISEMENT
'Rompis', paling tidak, akan saya kenang sebagai salah satu film romansa remaja terbaik dalam satu dekade terakhir. Maka, begitulah pujian saya terhadap film ini.