Konten dari Pengguna

Pandemi Covid-19 dan Propaganda Kim Jong Un

Sherina Oktavia
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Andalas.
1 Juli 2022 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sherina Oktavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Pandemi Covid-19 di Korea Utara : shutterstock - 1843658446)
zoom-in-whitePerbesar
(Pandemi Covid-19 di Korea Utara : shutterstock - 1843658446)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi Covid-19 menjadi permasalahan setiap negara di seluruh dunia. Korea Utara merupakan salah satu negara yang dengan tanggap melakukan upaya dalam meminimalisir penyebaran virus Covid-19 pada awal masa pandemi, yaitu dengan melakukan penguncian nasional. Hal ini menyebabkan Korea Utara sebagai salah satu negara pertama yang menutup perbatasannya pada Januari 2020 setelah virus pertama kali muncul di China. Media Korea Utara juga menggambarkan virus tersebut sebagai masalah kelangsungan hidup nasional dan menyatakan bahwa pandemi tidak boleh memasuki Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, ramai diberitakan di berbagai media internasional bahwa Korea Utara telah memulangkan warga negara asing yang berada di negara mereka. Para diplomat yang menjadi perwakilan negara mitra di Korea Utara, dan berbagai pekerja bantuan internasional juga dikembalikan oleh pemerintah ke negara asal. Itu menjadi strategi pertama Pemerintah Korea Utara pada awal pandemi Covid-19 yang mendapatkan perhatian dunia Internasional. Kim Jong Un pada saat itu juga secara tegas melakukan pemblokiran perjalanan keluar masuk negara dan melakukan isolasi ketat selama lebih dari dua tahun masa pandemi Covid-19.
Meskipun strategi isolasi ketat selama dua tahun yang diterapkan oleh Kim Jong Un dinilai berhasil, namun pada pada tanggal 13 Mei 2022, Korea Utara umumkan kematian pertama akibat Covid-19. Pengumuman pertama tersebut diikuti dengan ribuan kasus Covid-19 di tanggal yang sama. Pada tanggal 13 dan 14 Mei 2022, Media Korea Utara melaporkan 174.400 dan 260.000 kasus Covid-19 beserta sebanyak 21 dan 15 kasus kematian. Meskipun mengalami banyak sekali kasus Covid-19, Korea Utara tetap menjadi salah satu dari dua negara di dunia yang belum mengadopsi inisiatif vaksinasi Covid-19 hingga saat sekarang ini. COVAX, sebuah program vaksin global, telah mengajukan beberapa permintaan untuk bekerjasama dengan pemerintah Korea Utara, dan Korea Utara tetap menolak tawaran ini.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, media Korea Utara melaporkan bahwa sekitar 1,3 juta orang dikerahkan untuk memerangi penyebaran pandemi. Negara telah berusaha meyakinkan orang-orang bahwa sebagian besar kematian akibat Covid-19 sejauh ini adalah akibat dari orang-orang yang kurang hati-hati dalam meminum obat, bukan karena virus itu sendiri. Selain itu, media yang dikontrol pemerintah Korea Utara juga menggunakan ungkapan “orang yang demam”, alih-alih menggunakan sebutan pasien virus Corona. Disini dapat dilihat kurangnya alat penguji virus Corona dan peralatan lain yang bisa digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi. China juga telah berusaha untuk meyakinkan Pyongyang tentang bantuannya dalam memerangi wabah virus Corona, namun Korea Utara menolak bantuan tersebut.
Setelah satu bulan berlalu, dan dengan tegas menyangkal kasus apapun selama lebih dari dua tahun, pada 15 Mei 2022, Pemerintah Korea Utara telah menyatakan kemenangan melawan Covid-19. Banyak ahli yang menyangkal bahwa kurang dari satu bulan Korea Utara mampu menang melawan Covid-19 tanpa perawatan yang baik, infrastruktur kesehatan yang kurang memadai, dan tanpa vaksinasi Covid-19. Meskipun demikian, banyak yang percaya bahwa apa yang terjadi di Korea Utara lebih berkaitan erat dengan propaganda untuk meningkatkan kepemimpinan Kim Jong Un.
ADVERTISEMENT
Angka virus yang disiarkan melalui media tidak sesuai dengan gambaran sebenarnya terkait yang terjadi di negara tersebut. Pemberitaan dari media yang dikontrol pemerintah menciptakan situasi tak terhindarkan bahwa negara itu telah mengalahkan virus yang telah menewaskan lebih dari 6,3 juta orang di dunia. Dan prestasi ini tentu saja akan dikaitkan dengan kepemimpinan Kim Jong Un yang kuat dan cerdas.
Para pengamat politik melihat adanya pemanipulasian statistik Covid-19 melalui berita yang disiarkan oleh media pemerintah, dan hal tersebut merupakan bentuk propaganda yang dilakukan oleh Pemerintah Korea Utara. Meskipun selama hampir satu bulan Pemerintah Korea Utara telah berjuang untuk mengendalikan wabah Covid-19 di negaranya, namun banyak pengamat politik yang menyatakan bahwa wabah yang terjadi di negara tersebut juga memberikan peluang emas bagi Pyongyang untuk meningkatkan propaganda bagi rezim yang sedang berkuasa.
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui, Rezim Kim yang berkuasa selama tiga generasi di Korea Utara merupakan refleksi pemerintahan otoriter dan salah satu kediktatoran dinasti terlama di dunia. Kekejaman Kim Jong Un dan kepemimpinannya yang otoriter sudah bukan hal yang baru lagi di dunia internasional. Untuk melihat bagaimana reputasi Korea Utara dan kepemimpinan Kim Jong Un, Teguh Santosa, seorang Ketua Himpunan Persahabatan Indonesia dan Korea Utara, dalam dokumentasi Majelis Kritis GSC dengan tajuk “Understanding North Korea”, ia menjelaskan bahwa di era kepemimpinan Kim Jong Un kebijakan militer tetap dipertahankan.
Seperti yang diberitakan di berbagai media internasional, di bawah kepemimpinan Kim Jong Un kapasitas militer Korea Utara semakin berkembang dengan pesat. Dalam dokumentasi Majelis Kritis GSC juga dijelaskan bahwa Kim Jong Un merupakan pemimpin yang lebih mengedepankan konfrontasi militer, serta pemimpin yang tegas terhadap rakyatnya. Seperti salah satu contoh kasus pada Desember 2013, Kim Jong Un melakukan eksekusi mati terhadap pamannya Jang Sok Thaek yang telah melakukan korupsi dan menyebarkan rahasia negara. Tindakan tegas Kim Jong Un tersebut pada akhirnya semakin melekatkan label “kejam” terhadap reputasinya. Oleh karena itu, propaganda ini dilakukan oleh Pemerintah Korea Utara untuk memperbaiki citra Kim Jong Un dimata dunia.
ADVERTISEMENT
Untuk memahami apa yang terjadi di Korea Utara, dapat dilakukan dengan menganalisis konsep propaganda yang dijelaskan oleh Mohit Malhan dalam tulisannya yang berjudul “Propaganda as Communication Strategy: Historic and Contemporary Perspective”, dimana ia melihat propaganda sebagai bentuk alat yang ampuh dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi perubahan perilaku. Malhan juga menjelaskan bahwa propaganda dapat berperan sebagai alat yang membawa atau membentuk makna ideologi yang dominan di media massa. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan besar dalam teknologi dan penyebaran informasi telah memberikan peluang besar dalam menyebarkan propaganda.
Sementara itu, Katherine Fitzmaurice dalam tulisannya yang berjudul “Propaganda”, ia memulai pernyataan sederhana terkait propaganda dengan mencontohkan kurikulum sekolah yang tidak netral atau jamak. Fitzmaurice menjelaskan contoh sederhana dari propaganda melalui lembaga pendidikan di Amerika Serikat yang cenderung dipergunakan untuk mempromosikan sudut pandang politik, sejarah, dan sosiologis yang disukai oleh badan pemerintahan dan elitnya. Di akhir, Fitzmaurice menyimpulkan bahwa propaganda merupakan taktik perang di pertengahan abad kedua puluh yang tidak lagi menggunakan senjata, namun menggunakan alat kontrol sosial dan strategi mempengaruhi khalayak ramai.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, apa yang terjadi di Korea Utara merupakan bentuk propaganda yang dilakukan pemerintah melalui penanganan wabah Covid-19 yang dapat dinilai bertujuan untuk memperbaiki citra Kim Jong Un dimata dunia. Dimulai dari penyangkalan kasus Covid-19 selama dua tahun, Pemerintah Korea Utara juga diduga memanipulasi statistik angka penyebaran virus Corona di Korea Utara. Disiarkan melalui media yang dikontrol pemerintah, angka penyebaran Covid-19 periode Mei hingga Juni 2022 di Korea Utara dinilai dilebih-lebihkan, dan sebagai puncaknya, negara tersebut mengklaim kemenangan mereka atas Covid-19.
Propaganda ini lebih jelas lagi bertujuan untuk menekankan bahwa Kim Jong Un adalah pemimpin yang hebat dalam mengatasi pandemi yang telah membunuh banyak orang di dunia. Sesuai dengan konsep propaganda sebagai alat dalam mempengaruhi opini publik, klaim kemenangan atas Covid-19 merupakan penekanan bahwa Korea Utara tidak membutuhkan bantuan apapun dari negara manapun, apakah itu bantuan dalam bentuk infrastruktur kesehatan, obat-obatan, ataupun vaksinasi dalam mengatasi pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Fitzmaurice, Katherine. (2018). “Propaganda”. Brock Education Journal, Brock University. 27(2).
Malhan, Mohit. (2020). “Propaganda as Communication Strategy: Historic and Contemporary Perspective”. Academy of Marketing Studies Journal. Vol.24. Issue 4. 1528-2678-24-4-315.