Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Tumbuhnya Industri Kopi di Tiongkok : Menggeser Budaya Teh?
11 Desember 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Shiddiq Nur Rohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Membicarakan mengenai budaya Tiongkok tak lepas dari salah satu budaya yang sangat melekat bagi masyarakat di sana, yaitu budaya meminum teh. Budaya meminum teh sendiri sudah berkembang beribu tahun lamanya. Teh sudah ditemukan sejak tiga ribu tahun yang lalu. Perkembangannya mengikuti zaman, berasosiasi dengan perkembangan budaya, ekonomi, dan masyarakat. Di Tiongkok, meminum teh pada dasarnya merupakan sebuah budaya yang berkembang dari kalangan kerajaan. Budaya ini menurun diwariskan dari dinasti ke dinasti hingga sekarang tak lekang oleh zaman.
ADVERTISEMENT
Sejak zaman dinasti Zhou, dinasti Qin, dan dinasti Han, budaya meminum teh hanya dikenal oleh segelintir bangsawan Tiongkok. Budaya ini merepresentasikan simbol religi dan kelas sosial yang tinggi sehingga tidak populer di kalangan masyarakat awam. Barulah semenjak masa dinasti Tang, budaya meminum teh berkembang dikalangan masyarakat umum. Perkembangan ini bersamaan dengan berkembangnya banyak budaya lain, termasuk budaya gerabah. Masyarakat menggunakan teh untuk berbagai macam kebutuhan, mulai dari pengobatan, simbol rasa hormat, hingga sarana bersosialisasi. Teh menjadi sarana untuk dapat berdiskusi satu sama lain, mulai dari diskusi ringan seperti obrolan di rumah hingga diskusi berat seperti negosiasi bisnis.
Datangnya Raksasa Merek Kopi di Tiongkok
Meskipun Tiongkok lebih didominasi dengan budaya meminum teh, namun gebrakan berani muncul dari salah satu raksasa gurita bisnis kopi di dunia, yaitu Starbucks. Starbucks berani memasuki pasar Tiongkok, mengenalkan budaya kopi yang selama ini cenderung kurang diminati di sana. Tindakan ini tidak serta merta dilakukan sembarangan. Starbucks memahami bahwa budaya teh lebih mendominasi dan hal ini akan menjadi tantangan berat bagi mereka. Saat memasuki pasar Tiongkok, Starbucks melakukan penyesuaian dengan budaya masyarakat lokal. Mereka memahami bahwa kultur kuat yang tertanam di masyarakat Tiongkok harus ditanggapi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Starbucks sukses menyesuaikan merek mereka dengan preferensi konsumen di Tiongkok. Mereka menyediakan berbagai varian teh, membuat konsumen menjadi lebih nyaman untuk beradaptasi dengan merek tersebut. Mulai dari latte rasa teh hijau, latte rasa buah, teh herbal rasa jeruk bali, teh ringan pir, hingga teh herbal rasa mangga menjadi menu-menu yang disediakan Starbucks untuk menyesuaikan diri dengan pasar lokal. Tak hanya itu, Starbucks juga menjual kue bulan tradisional setiap tahun untuk merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur. Seluruh adaptasi yang dilakukan Starbucks tergolong berhasil untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat Tiongkok terhadap merek tersebut. Sejak membuka gerai pertamanya pada tahun 1999 di Beijing, Starbucks telah berkembang hingga sekarang berhasil memiliki 7.594 outlet di seluruh Tiongkok.
Bertumbuhnya Merek Kopi Lokal Tiongkok
Perkembangan merek Starbucks di Tiongkok juga memicu berbagai merek lokal untuk hadir. Menanggapi pasar konsumen kopi yang semakin membesar, berbagai merek lokal berhasil menjadi kompetitor dari Starbucks. Tercatat pada tahun 2022 terdapat beberapa merek lokal Tiongkok yang berhasil bersaing dengan pangsa pasar Starbucks, antara lain Luckin Coffee, HEYTEA, hingga NAYUKI. Seluruh merek ini berkembang menciptakan pasar yang lebih besar dan menumbuhkan budaya kopi di masyarakat Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Perkembangan budaya kopi juga tercermin dari pertumbuhan jumlah outlet spesialis kopi dan teh di Tiongkok yang menembus angka 72% pada tahun 2023. Angka ini jauh melampaui pertumbuhan outlet kopi dan teh di kawasan Asia bahkan di seluruh dunia. Pertumbuhannya tergolong fantastis, mengingat budaya kopi pada dasarnya bukanlah budaya yang berasal dari Tiongkok dan kalah dominan dengan budaya teh di sana. Sektor industri kopi yang terus berkembang dengan pesat menimbulkan pertanyaan apakah budaya tersebut akan menggantikan budaya meminum teh yang selama ini ada di Tiongkok.
Akankah Budaya Kopi Dapat Menggeser Budaya Teh?
Berbicara mengenai budaya meminum teh di Tiongkok memanglah bukan hal yang sederhana. Budaya ini melekat kuat, mengakar pada keseharian masyarakat Tiongkok. Budaya yang berkembang bersamaan dengan berkembangnya masyarakat Tiongkok, menjadikan budaya ini sangat berarti bagi masyarakat di sana. Budaya ini melibatkan lebih dari sekedar komoditi lokal maupun preferensi konsumen, namun juga mencerminkan kekuatan emosional dan penghargaan akan sejarah panjang yang dilalui oleh masyarakat Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Budaya Tiongkok yang menyajikan teh sebagai sarana bersosialisasi dengan kerabat maupun kolega membawa keistimewaan sendiri hingga sekarang. Masyarakat Tiongkok menganggap meminum teh bukan hanya sekedar memuaskan dahaga maupun rasa ingin tahu, namun lebih dalam mendalam pada tradisi yang jauh lebih berharga. Masyarakat Tiongkok memiliki gaya tersendiri dalam meminum teh. Menyeduh secara perlahan, menikmati setiap tegukan teh, menghargai kenikmatan dan waktu yang dilalui bersamaan dengan teh yang dikonsumsi. Berbagai varian teh pun juga muncul di Tiongkok, mulai dari teh herbal hingga teh hijau maupun teh putih yang memiliki cita rasa yang berbeda-beda. Semua hadir sebagai simbol perkembangan masyarakat sejak zaman dahulu.
Rasanya sangat sulit membayangkan masyarakat Tiongkok akan kehilangan budaya meminum teh. Memang benar bahwa sejak kedatangan Starbucks hingga sekarang, industri kopi menjadi berkembang sangat pesat. Namun teh lebih dari sekedar sektor industri pangan di sana. Pergeseran budaya meminum teh menjadi budaya meminum kopi sangat mustahil terjadi. Bagaikan kehilangan jati diri, budaya meminum teh tak akan pudar dan akan selalu menemani setiap kultur masyarakat sosial di Tiongkok. Budaya kopi akan hadir melengkapi budaya teh yang sudah ada. Menemani sisi lain kehidupan masyarakat Tiongkok. Namun pada akhirnya budaya meminum teh akan terus dikenang dan diwariskan di seluruh lapisan generasi masyarakat Tiongkok.
ADVERTISEMENT