Konten dari Pengguna

Tuhan Cinta bila Manusia Saling Mencintai

Shiyam Fajriyanti
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Prodi Tarjamah.
4 Desember 2022 20:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shiyam Fajriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku Kenali Dirimu, Temukan Tujuan Hidupmu: dari Allah, untuk Allah, hanya Allah, oleh : Royhan Firdausy (Sumber : Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Buku Kenali Dirimu, Temukan Tujuan Hidupmu: dari Allah, untuk Allah, hanya Allah, oleh : Royhan Firdausy (Sumber : Dokumen Pribadi)
Sumber : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pixabay
ADVERTISEMENT
Pernahkah kita melihat sebuah perusahaan yang berkembang dan maju serta sukses secara ekonomi seperti omzet terus meningkat, karyawan semangat bekerja, jujur dan amanah, serta hampir tidak ada potensi bangkrut? Perlu kita mengetahui bahwa ada satu faktor kunci di balik semangat dan kejujuran tersebut yaitu keharmonisan antara satu karyawan dengan karyawan Iainnya. Berangkat dari rasa kebersamaan itulah yang disebut dengan prinsip "berat sama dipikul ringan sama dijinjing". Namun dampaknya, pimpinan mereka begitu senang ketika melihat kerukunan, kebersamaan, dan kekompakan yang dilakukan oleh karyawan satu sama lain dan tentunya pimpinan tersebut tidak segan-segan memberikan bonus besar setiap kali mendapatkan keuntungan. Pada akhirnya, bukan perusahaan tersebut yang sukses dan jaya, akan tetapi para pekerjanya pun akan merasakan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan lainnya, jika sebuah perusahaan tidak menjalin keharmonisan di antara satu sama lain, maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti saling menjatuhkan, mengadu domba, memfitnah, bekerja untuk kepentingan diri sendiri, dan sering terjadi praktik cari muka atau menjilat di hadapan pimpinannya. Dalam situasi ini, mungkinkah kita dapat bekerja dengan baik dan mungkinkah juga perusahaan tersebut akan maju? Tentu saja tidak. Semua itu tergantung bagaimana mereka bekerja, apabila pimpinan mereka tahu dengan kondisi tersebut dan bagaimana mungkin juga kesejahteraan mereka akan bertambah.
Demikian juga dalam kehidupan manusia di dunia ini, kita semua adalah karyawan yang bekerja untuk Allah dan mengemban tugas tersebut untuk mengelola bumi. Kita tidak mungkin bisa melaksanakan tugas tersebut dengan sendirian, akan tetapi kita membutuhkan semua manusia untuk bekerja sama dalam mengelola bumi. Tujuannya hanya satu yakni menjadikan pekerjaan di dunia sebagai bekal di kehidupan selanjutnya. Untuk apa? Agar mendapatkan bekal sebanyak-banyaknya sampai tidak ada cara lain, seperti kita saling tolong-menolong dalam kebaikan dan saling memberikan nasihat ketika ada yang sedang lalai.
ADVERTISEMENT
Seperti perusahaan, bumi akan rusak ketika di antara kita tidak bisa menjaga hubungan dengan baik, seperti adanya ego yang selalu mengedepankan demi kepuasan diri sendiri, tidak ada simpati ketika seseorang membutuhkan pertolongan, dan lebih mementingkan diri sendiri. Pertanyaannya, mungkinkah Tuhan menyukai kita dalam keadaan seperti itu? Mungkinkah Rahmat Allah akan turun kepada kita yang hanya memikirkan diri sendiri? Mungkinkah Tuhan mencintai hamba-Nya yang memiliki hati yang keras? Tentu saja tidak, karena Tuhan cinta bila manusia saling mencintai dan penduduk langit akan sayang bila kita saling menyayangi.
Rasulullah saw. bersabda, "Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, niscaya kalian akan disayang oleh makhluk-makhluk di langit."
Melalui hadis ini, Islam memerintahkan kita untuk saling menyayangi demi mendapatkan Rahmat Allah Swt. Islam memang tidak membatasi untuk saling menyayangi di golongan tertentu saja atau kepada kaum muslimin saja, akan tetapi cinta dan kasih sayang sudah seharusnya diberikan kepada seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi ini baik itu manusia, binatang, tumbuhan, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Mencintai manusia tanpa memandang status agama, golongan, organisasi, aliran, dan sebagainya itu dapat membuat hati kita lebih tentram, sebab cinta adalah perasaan halus yang ada dalam hati dan muncul tanpa ada batas ruang, waktu, dan aturan. Cinta ibarat burung, semakin ia terbang bebas, semakin ia bahagia. Apa jadinya bila burung dikurung dalam sangkar kendati tersedia banyak makanan? Apa jadinya bila cinta diluapkan hanya pada satu golongan? Tentu saja tidak ada. Maksudnya, tidak ada cinta tersebut, karena cinta sejatinya membahagiakan bukan menyengsarakan. Cinta butuh kebebasan bukan dibatasi atau dikerangkeng. Belajarlah cinta kepada Tuhan yang membentangkan cintanya untuk seluruh alam. Allah Swt. berfirman:
اَلَّذِيْنَ يَحْمِلُوْنَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهٗ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُوْنَ بِهٖ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۚ رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَّعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَابُوْا وَاتَّبَعُوْا سَبِيْلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيْمِ
ADVERTISEMENT
"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka." (QS. Ghafir [40]: 7)
Ayat ini menjelaskan tentang keluasan Rahmat atau kasih Allah Swt. yang merata di alam semesta, saling menyayangi, berlaku baik hingga bertoleransi yakni pantulan dari Rahmat Allah yang dititipkan melalui makhluk-Nya.
Muhammad al-Ghazali berkata, "Orang yang lemah lembut dan tenggang rasa terhadap rakyat jelata yang lemah adalah orang yang paling banyak mendapatkan Rahmat Allah, sedangkan orang-orang yang zalim, penjahat, dan sombong mereka adalah penghuni neraka." Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya manusia yang paling jauh dari Allah ialah manusia yang keras hatinya."
ADVERTISEMENT
Hati yang keras lazimnya terdapat pada orang-orang yang tidak mempunyai sikap atau rasa kepedulian terhadap orang lain, seperti hanya membiarkan orang dalam kesusahan dan membiarkan dirinya dalam kebatilan tanpa memberikan nasihat. Jarak kita dengan sesama manusia menjadi sebuah penentu jarak kita terhadap Sang Pencipta, oleh karena itu, cinta kita terhadap manusia sebagaimana menentukan cinta kita terhadap Tuhan dan begitu juga dengan sikap terhadap manusia sebagaimana menentukan sikap kita terhadap Tuhan, Oleh karena itu, jika kita menginginkan segala sesuatu kebaikan oleh Tuhan, maka kita akan menebarkan kebaikan kepada manusia.
Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang merendahkan diri kepada Allah maka Allah akan meninggikannya. Barang siapa yang menyombongkan diri maka Allah akan merendahkannya. Barang siapa yang banyak berzikir kepada Allah maka Allah akan mencintainya hingga Allah menjadi pendengarannya yang digunakan untuk mendengar." Kata berzikir kepada Allah mencakup tiga hal, yaitu berzikir dengan hati, lisan, dan perbuatan.
ADVERTISEMENT
Manusia mempunyai hati bertujuan untuk selalu mengingat Allah dan supaya mendatangkan Allah dari diri kita sendiri, sehingga kita merasa dekat dengan-Nya dan dia pun merasa dekat dengan kita, sebagaimana firman Allah Swt.
فَاذْكُرُوْنِيْۤ اَذْكُرْكُمْ وَا شْکُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
“Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS al-Baqarah [2]: 152)
Berzikir dengan lisan secara terus-menerus dapat menunjukkan seberapa besar cinta kita kepada-Nya, sebab salah satu ciri pencinta sejati adalah sering menyebutkan nama yang dicintainya, sedangkan berzikir dengan cara perbuatan adalah cara pembuktian yang paling nyata seperti beribadah dan beramal saleh, karena orang yang memang benar-benar dilanda cinta akan melakukan sesuatu yang disenangi kekasihnya dan mendekatkan diri kepada yang dicintainya.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana dengan hadis yang lain juga, Rasulullah saw. bersabda, "Manusia yang paling dicintai oleh Allah ialah yang sering memberikan manfaat kepada selainnya. Amal yang paling disukai oleh Allah ialah membuat bahagia muslim lainnya, membantu kesusahan orang lain, meringankan utang dan laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan, itu lebih aku cintai daripada iktikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) selama satu bulan penuh."