Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Dari Jalan Arteri hingga Gedung Baru: Merekam Output Nyata Anggaran Negara
26 April 2025 10:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sigid Mulyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pagi itu, ketika saya berjalan kaki melewati sebuah kantor pemerintah, langkah saya terhenti. Ada sesuatu yang menarik perhatian. Di belakang gedung lama, tampak menjulang sebuah gedung baru—lebih besar, lebih modern, lebih representatif. Sekilas, saya membayangkan masa depan kantor ini: ketika gedung lama akhirnya dirobohkan, area ini akan memiliki halaman yang lebih luas, tempat parkir yang lebih memadai, dan tentu saja, fasilitas pelayanan publik yang lebih nyaman bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Gedung baru itu dibangun menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ia menjadi simbol nyata dari pembangunan yang bukan hanya tercatat di atas kertas, tapi hadir dalam wujud fisik yang bisa dilihat, disentuh, dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kehadirannya bukan hanya menjawab kebutuhan kantor yang lebih representatif, tetapi juga menjadi bukti bahwa anggaran negara memang sedang bekerja.
Sebelum sampai di kantor itu, saya melewati sebuah jalan baru yang kita sebut saja sebagai jalan arteri. Jalan ini dibangun dengan menggunakan anggaran dari pemerintah daerah. Dengan hadirnya jalan arteri ini, terbuka pula akses baru ke wilayah perkampungan dan perumahan. Sebuah papan proyek berdiri di sudut pertigaan jalan, memuat informasi tentang pelaksana proyek, nilai anggaran, serta lama pekerjaan. Di seberang jalan, saya melihat jalur baru yang tampaknya akan menjadi jalan tembus ke permukiman lain.
Baik gedung baru maupun jalan arteri itu adalah contoh konkret dari belanja modal, khususnya di sektor infrastruktur. Mereka bukan hanya sekadar proyek pembangunan, tetapi juga manifestasi dari kebijakan anggaran yang menghasilkan output dan outcome nyata bagi masyarakat. Ini menjadi wajah dari pelaksanaan APBN dan APBD: transparan, fungsional, dan berdampak.
ADVERTISEMENT
Pada pelaksanaan APBN, setiap satuan kerja (satker) diwajibkan mencatat capaian output secara terukur. Artinya, kita tidak hanya tahu anggaran sudah terserap sekian persen, tapi juga bisa mengetahui: sudah jadi apa uang itu? Berapa kilometer jalan yang sudah dibangun? Berapa sekolah yang direnovasi? Berapa fasilitas kesehatan yang diperbarui?
Mekanisme pelaporan seperti ini adalah bentuk akuntabilitas yang sehat. Ia juga membuka ruang partisipasi publik yang lebih luas. Ketika masyarakat bisa melihat dan memahami hasil nyata dari pelaksanaan anggaran, maka kepercayaan terhadap pemerintah pun akan tumbuh dengan sendirinya.
Mekanisme ini sebenarnya bisa ditiru oleh pemerintah daerah dalam pelaksanaan APBD. Tidak cukup hanya merilis angka penyerapan anggaran, akan jauh lebih baik jika pemerintah juga menyajikan informasi tentang output-nya. Misalnya: berapa jembatan diperbaiki dalam satu tahun? Berapa kilometer drainase dibersihkan? Berapa unit pasar rakyat yang direnovasi?
ADVERTISEMENT
Hal serupa juga sangat relevan diterapkan di tingkat desa. Saat ini, kita sering melihat baliho besar berisi informasi APBDes di awal tahun—tentang perencanaan belanja desa. Tapi akan lebih menarik jika ada pula baliho serupa di akhir tahun, yang menjelaskan apa saja yang sudah jadi dari anggaran tersebut. Misalnya, berapa kilometer jalan tani yang telah dibuka, berapa rumah warga yang mendapatkan bantuan renovasi, atau berapa kali kegiatan posyandu berhasil digelar.
Semua ini bukan semata-mata untuk memenuhi tuntutan transparansi. Lebih dari itu, ia menjadi cara untuk mendokumentasikan prestasi. Menginventarisasi hasil kerja dalam satu tahun anggaran. Dengan begitu, kerja keras pemerintah bisa dilihat dan dinilai secara lebih adil dan objektif.
Narasi tentang anggaran negara sejatinya bisa menjadi lebih dekat dan bermakna bagi masyarakat. Ketika kita mulai membicarakan output dan outcome yang konkret, anggaran tidak lagi hanya berupa deretan angka, tetapi berubah menjadi cerita. Cerita tentang kemajuan, pelayanan yang membaik, dan wujud nyata kehadiran negara dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Sebagai warga negara, kita tentu berhak tahu: ke mana perginya uang pajak yang kita bayarkan. Akan tetapi, lebih dari sekadar tahu, kita juga ingin melihat hasilnya. Dan pagi itu, di depan sebuah kantor dan sepanjang jalan baru yang saya lewati, saya melihatnya—anggaran yang bekerja.
Paus Fransiskus wafat di usia 88 tahun pada Senin pagi (21/4) akibat stroke dan gagal jantung. Vatikan menetapkan Sabtu (26/4) sebagai hari pemakaman, yang akan berlangsung di alun-alun Basilika Santo Petrus pukul 10.00 pagi waktu setempat.