Konten dari Pengguna

Politisi Millenial Ini Ingin Reformasi Polri dan Jaksa

Sigit Budi
Blogger, travel, kuliner, wisata founder komunitas koperblogg
25 Desember 2017 23:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sigit Budi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Politisi Millenial Ini Ingin Reformasi Polri dan Jaksa
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2045, Indonesia akan dipimpin oleh generasi Millenials yang saat ini masih dalam tahap pematangan diri. Ironisnya, tidak banyak generasi ini yang berminat untuk terjun ke dunia politik dengan berbagai alasannya.
ADVERTISEMENT
Tak heran bila generasi Millenials sering dianggap "apolitis", kurang peduli terhadap bangsa dan negera. Ternyata tidak demikian, setidaknya ketika saya berbincang - bincang dengan Rian Ernest, politisi muda dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Siapakah Sosok Rian Ernest? Wajah "indo"nya beberapa kali menghiasi layar televisi sebagai narasumber. Wakil Ketua PSI DPD Jakarta, sambil menempuh pendidikan Master-nya di Lee Kuan Yew School of Public Policy di Singapura.
Sangat menarik dan inspiratif menggali sosok Ryan. Diawali rasa tertariknya untuk bekerja melayani masyarakat, Rian menjadi relawan di Indonesia Mengajar di NTT.
Rian adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), rupanya karir profesionalnya tidak mengobati kegundahan batinnya untuk melayani masyarakat, sampai akhirnya masuk sebagai salah satu staf magang Gubernur DKI Jakarta, Basuki Cahya Purnama.
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan dengan Rian di acara media gathering caleg PSI Jakarta, Rian menceritakan keinginannya saat ini dan harapannya terhadap politik Indonesia.
Apa yang mendorong terjun ke dunia politik ?
Setelah lulus SMA ingin masuk militer (Akmil) tapi ditolak karena dari jurusan IPS. Lalu ikut SPMB dan diterima di Fak. Hukum UI, saat kuliah sempat ingin jadi Jaksa, ketika tanya-tanya alumni gaji Jaksa untuk "fresh gradute" saat itu adalah 2 juta rupiah. Pantesan ada istilah "corruption by need", udahlah nggak usah, akhirnya kerja di kantor hukum swasta. Tapi kegelisahan untuk membantu publik itu ada, lalu ada program "Indonesia Mengajar", daftar dan diterima. Saya satu tahun menjadi guru SD Daepapan, Rote Ndao di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) 2011 - 2012. Di situ saya merasakan kenikmatan bantu publik. Lokasi SD mengajar di kampung, bukan di tengah kampung, tapi di tengah padang. Letaknya di antara 3 desa yang tidak mempunyai SD. Tetua adat desa memutuskan membangun gedung SD di tengah padang yang terletak di tengah tiga desa itu. Letaknya di ujung berung, tidak ada kantin. Selama 6 bulan awal masih dapat makan siang dari penjaga sekolah di mess guru. Saya bayar dapat makan siang sekedar nasi, ikan, nasi daun kelor masih dapat. Enam bulan terakhir saya tidak dapat makan, istri penjaga sekolah hamil besar, ia turun ke desa untuk siap - siap melahirkan. Dulu makan siang saya biskuit gandum, sekarang kalau menemui produk itu super market saya trauma. Saya sering lapar banget, tapi kalau mengajar saya lupa, karena batin itu senang, happy, fullfill. Saya merasa panggilan saya memang melayani orang tapi mediumnya apa saya tidak tahu. Tentara nggak bisa, Jaksa nggak bisa, jadi guru setahun. Meski senang jadi guru setahun tapi bukan bentukan. Lalu kerjalah sama Ahok, satu hari menemani kampanye beliau di 2012. Di situ saya merasa keren juga nihh pejabat. Balik lagi ke kantor hukum swasta, lalu ditarik lagi oleh kolega di Ahok dan ditarik jadi staff.
ADVERTISEMENT
Disitu saya merasa bantu pejabat publik itu mulia, impact ke masyarakat itu luar biasa. Saya dapat fullfill lagi, tapi saya sadar pejabat publik yang lempeng kaya Ahok ini sedikit. Maka saya rasa nggak bego - bego amat, saya terpanggil masuk dunia politik. Jadi bukan sehari semalam dapat wangsit, tapi melalui proses panjang sejak 2012 sampai hari ini.
Apa yang ingin diperjuangkan di dunia politik?
Saya yakin akar masalah di dunia politik adalah korupsi. Benahi korupsi darimana ? Tentu dari aparat penegak hukumnya, saya ingin bila jadi anggota DPR masuk Komisi III untuk reformasi hukum membenahi Polri dan Jaksa. Saya akan perjuangkan renumerasi tinggi, tapi timbal baliknya sistim SDM jelas. Rekrutmen jelas dengan tatap muka, setiap level di Polri dan Jaksa jelas Key Performance Indicators (KIP) nya. Siapa yang naik jabatan harus "merit base", dia yang memenuhi KIP dia yang naik. Bukan karena dia itu cantelan geng siapa, kubu mana, dulu kerja sama siapa. kalau kita buat sistim SDM bagus, gaji lebih dari cukup, saya yakin pemberantasan korupsi kita akan lebih galak lagi. Kalau sekarang berpaku pada KPK saja, padahal penyidik KPK cuma 100 orang. Sedangkan PNS kita saja ada 4 juta orang. Kita tidak bisa berpaku pada KPK saja, tapi juga membikin penegak lain maju dengan bagus.
ADVERTISEMENT
Kondisi seperti apa yang ingin dicapai dengan perjuangan tersebut dalam 5 tahun ke depan?
Saya ingin sistim KPI ada saja di institusi Polri dan Jaksa. Standar kinerja di Polri dan Jaksa itu sudah ada menurut saya sudah bagus sekali.
Siapa yang menjadi inspirasi di dunia politik ?
Dua orang, satu Anies Baswedan, kedua Ahok. Kenapa Anies ? Ia sangat inspiratif omongannya, dia mengatakan : "Anak muda sekarang kalau tahu ada masalah di sistim publik, kenapa cuma mengeluh? Kenapa tidak masuk sistim?". Ini yang harus saya akui menginspirasi saya, tapi inspirasi terbesar sampai hari ini adalah Ahok, karena sudah membuktikan bagaimana berpolitik transparan, bersih dan profesional. Bagaimana mereformasi birokrasi, saya pikir adalah cara - cara yang bisa diadopsi dari politisi penerus, yakni cara - cara Pak Ahok memimpin politik dan pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara mencapai goal dari perjuangan politik ?
Jujur, kalau boleh milih saya maunya langsung duduk sebagai eksekutif atau Kepala Daerah. Tapi umur saya masih 30 tahun, pengalaman masih minim. Bantu Pak Ahok selama 2 tahun pengalaman masih kecil. Saya ingin menjadi anggota DPR dulu, kerja 5 tahun, belajar sebanyak mungkin, selanjutnya saya ingin menjadi kepala daerah. Daerahnya dimana, jujur saya belum tahu dimana, tapi saya ingin lebih mengerti dulu tentang dinamika partai politik seperti apa. Karena kalau saya menjadi kepala daerah, mitra kerjanya dengan parpol di parlemen. Saya ingin mengerti cara kerja dan dinamika politik di dalam, bukan transaksi politik tapi struktur di dalam seperti apa.
Adakah peran dan dukungan keluarga dalam politik ?
ADVERTISEMENT
Jujur saya nggak ada, keluarga saya dari etnis Cina, keluarga saya tidak ada yang menyentuh politik. Mereka paling karyawan swasta atau pengusaha UKM. Jujur bingung, ibu saya juga bingung dan pernah bertanya: Ryan, mengapa kamu kok mau kerja di politik, public center ? Jujur tidak ada peran keluarga, saya juga tidak pernah meminta bantuan keluarga ketika terjun ke dunia politik. Saya sadar betul di Indonesia yang iklim politiknya begitu kasar seperti saat ini, kalau keluarga ikut mendukung, konflik kepentingan menjadi banyak, dan lawan politik bisa menjebak lewat keluarga lebih tinggi peluangnya.
Target jangka pendek dan panjang di dunia politik ?
Saya membayangkan begini, Indonesia ini negara hebat, kaya, orangnya juga pintar - pintar, jangka panjang saya bayangkan ada kepercayaan terhadap para politisi, mereka percaya bahwa politisi - politisi ini adalah orang - orang kompeten, jujur dan berintegritas dan mempercayakan nasib kita di tangan mereka. Dalam jangka menengah, saya ingin aparat penegak hukum murni, berintegritas, dan profesional. Sebab kebijakan publik apapun bila aparat penegak hukum belum maksimal akan susah pelaksanaannya di lapangan. Target jangka pendek adalah menjadi politisi yang benar, dekat dengan masyarakat, masyarakat merasa memiliki Ryan yang memperjuangkan haknya.
ADVERTISEMENT
Semoga makin banyak yang menyusul jejak Rian !!