Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Cinta Beda Suku
16 Juni 2022 22:06 WIB
Tulisan dari SIH BELQIS AL HANIF KHAMBALI PUTRI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menikah dengan orang yang dicintai merupakan dambaan setiap manusia. Namun, tidak semua insan dapat menikah dengan pujaan hatinya hanya karena sebuah perbedaan.
ADVERTISEMENT
Di era modern, perbedaan suku sebenarnya bukan masalah yang besar. Akan tetapi, masih banyak keluarga yang kental dengan adat istiadatnya. Salah satunya tidak memperbolehkan sang anak untuk menikah beda suku bahkan memilih jodohnya sendiri.
Inilah kisah Westri, anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara. Ketika beranjak dewasa dan menginjak bangku perkuliahan di salah satu universitas yang ada di pamulang. Ia mulai tertarik dengan teman kelasnya.
Lima hari dalam seminggu ia bertemu dengan orang yang dikaguminya. Tidak dapat dipungkiri, waktu membuat rasa kagum itu berubah menjadi rasa cinta.
Mata kuliah Bahasa Inggris membuat mereka saling mengenal. Mengerjakan tugas kelompok dan presentasi bersama membuatnya semakin dekat dengan laki-laki itu.
Ternyata, Uji juga menganggap Westri sebagai gadis yang baik. Takdir Tuhan yang membuat mereka berbincang ternyata jawaban doa Westri selama ini.
ADVERTISEMENT
Tugas kelompok telah usai. Namun, tanpa disangka Uji tetap melanjutkan perbincangannya dengan Westri karena merasa wanita itu asyik diajak berdiskusi.
Setelah satu semester dilewati, mereka harus berpisah kelas. Akan tetapi, komunikasi tetap berjalan baik hingga mereka lulus dan bekerja. Sahabat Westri pun mendukung hubungannya karena ia juga mengenal sifat Uji.
Ketika Westri berulang tahun di usianya yang ke dua puluh empat. Hal tak terduga terjadi, Uji melamarnya. Wanita berkerudung itu terdiam kemudian menangis. Ia meminta Uji untuk datang ke rumah bertemu dengan orang tuanya.
Uji pun melamarnya di depan orang tua Westri. Namun, jawaban yang cukup menyakitkan untuk hubungan mereka saat sang Ayah mengatakan ia tidak menyetujui hubungan anaknya itu.
ADVERTISEMENT
“Ayah tidak merestui hubungan kami saat itu hanya karena perbedaan suku, Uji Betawi dan Aku dari Yogyakarta yang masih keturunan ningrat, walau garis keturunan itu sebenarnya sudah jauh,” ucapnya.
Tidak ingin cinta mereka kandas sampai di situ. Uji terus mendatangi rumah sang kekasih. Sekitar delapan bulan, ia terus meyakini bahwa dirinya serius mencintai Westri. Hingga akhirnya muncul keyakinan dari diri sang Ayah.
Di sela-sela perbincangan mereka, muncul pertanyaan dari Ayah Westri mengenai adat yang akan digunakan ketika menikah. Uji pun berpikir tanpa menjawab dan memutuskan untuk kembali kerumahnya. Sepanjang perjalanan ia memikirkan hal itu, karena keluarganya asli Betawi dan pernah berpesan jika ia menikah harus dengan adat khas Betawi.
Ketika sampai di rumah ia langsung membahas masalah adat pernikahan dengan kedua orang tuanya. Ia juga menjelaskan perasaannya terhadap Westri. Tanpa berdebat, kata-kata bijak keluar dari mulut kedua orang tuanya yang mengizinkan apapun keputusannya anaknya.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, sebelum matahari terbenam, Uji mendatangi rumah sang kekasih bersama orang tuanya. Ia melamar Westri secara resmi serta membicarakan adat pernikahan yang sudah di tentukan oleh Ayah Westri sebelumnya.
Persiapan pernikahan di mulai. Namun, tanpa disangka Ayah Westri menyampaikan sesuatu kepada anak gadis yang ia cintai.
“Pas hari pertama saya mulai mempersiapkan pernikahan, tiba-tiba Ayah bilang kalau dia mengizinkan saya untuk menikah dengan adat Betawi. Kabar ini langsung saya sampaikan ke mas Uji dan kami memutuskan untuk mengadakan pernikahan dua adat. Akad adat Jawa Tengah dan resepsi adat Betawi,” pungkasnya.
Pesta pernikahan pun berjalan sesuai rencana. Mulai dari upacara siraman pengantin pria dan wanita sebelum akad, upacara malam midodareni, upacara akad nikah, upacara penyerahan pengantin pria, upacara panggih hingga tradisi lempar telur yang dilakukan oleh kedua mempelai.
ADVERTISEMENT
Setelah tradisi Jawa Tengah selesai, masuk ke resepsi adat Betawi. Mulai dari peralihan baju adat, riasan, adanya palang pintu, roti buaya hingga sore menuju malam yang diisi dengan kemeriahan nuansa musik dangdut.
(Oleh: Sih Belqis Al Hanif)