Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hak Cipta dan Perbandingan yang Dihadapi dalam Proses Penciptaan Karya Seni
10 April 2021 21:26 WIB
Tulisan dari Ivanodei tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dibalik sebuah karya, terdapat sebuah proses yang menarik untuk diamati. Proses penciptaan sebuah karya membutuhkan ide dan inspirasi dari mana saja, terkadang bisa dari lingkungan sekitar, isu-isu, permasalahan, perasaan, dan bahkan kita bisa mendapatkan inspirasi dari karya orang lain. Membutuhkan pengamatan khusus dalam proses pembuatan sebuah karya, sehingga kita bisa terinspirasi untuk melakukannya. Keberhasilan sebuah karya tersebut dapat menyentuh hati dan perasaan pendengar tanpa perlu menyinggung orang lain.
ADVERTISEMENT
Maraknya fenomena musisi menciptakan sebuah lagu terinspirasi dari mahakarya orang lain, memang merupakan pro dan kontra. Misalkan saat ini para produser atau bahkan vokalis dalam proses pembuatan melodi atau lirik terinspirasi dari lagu tahun 60an- 80an, sehingga dalam lagu tersebut terdengar seperti adanya kemiripan dari karya orang tersebut. Fenomena ini sudah diperlihatkan oleh seniman dari dalam hingga luar negeri.
Menariknya, untuk menjadi pendengar yang baik, sudah menjadi sebuah kemustahilan. Kebiasaan para pendengar yang baik sudah berubah dikarenakan adanya kebiasaan untuk membandingkan atau menyamakan dengan karya orang lain. Hal ini terjadi karena adanya kemiripan dalam pembuatan lagu tersebut, biasanya bentuk melodi, progresi nada, dan isi lirik lagu tersebut. Memang, saat ini tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan ini.
ADVERTISEMENT
Saat ini kemudahan dari perkembangan teknologi sudah dirasakan oleh masyarakat, termasuk musisi. Modernisasi di mana-mana membantu dalam pekerjaan masyarakat, sehingga memberikan kemajuan di bidang perekonomian. Kemunculan media sosial dapat dikatakan menjadi sarana promosi bagi para musisi untuk memperluas pendengarnya dan juga membantu dalam proses penciptaan musik. Namun, disisi lain kemunculan media sosial disalahgunakan oleh para pendengar musik.
Komentar netizen memberikan rasa ketakutan tersendiri bagi para seniman dan musisi dalam memposting karyanya. Seakan-akan kolom komentar sudah menjadi neraka bagi para seniman dan musisi, karena terdapat beberapa opini-opini yang tidak logis dan menggunakan kata-kata yang kasar, bahkan menyinggung perasaan orang lain. Tanpa disadari, mereka sedang mencoba karier sang musisi atau seniman tersebut.
ADVERTISEMENT
Membandingkan dengan karya orang lain seringkali dapat ditemui dalam kolom komentar di Youtube, bahkan mereka sering menyamakan karya seseorang dengan karya orang lain. Ini menjadi suatu keburukan dari pendengar musik, bahkan bisa dikatakan sudah menjadi kebiasaan pendengar musik di Youtube. Percayalah, semua orang memiliki inspirasi dari berbagai referensi musik.
Beberapa tahun terakhir, permasalahan ini dinilai biasa saja oleh pendengar lain, namun, lama-kelamaan sudah makin membesar. Bahkan, Genius, sebuah kanal YouTube berisikan musik dan produksi sebuah lagu, menjelaskan bahwa adanya potongan-potongan dari karya orang lain. Bukan untuk menyontek, namun untuk memperindah lagu tersebut. Bagi seorang produser, hal itu bisa dibuat sebuah producer tag dalam proses penciptaan melodi dan nada dalam lagu.
ADVERTISEMENT
Hal ini tidak hanya terjadi dalam proses penciptaan lagu, bahkan terjadi di dalam proses penciptaan karya seni lukisan. Biasanya hal ini terjadi kemiripan dalam bentuk visualnya, sehingga bagi penikmat karya seni yang sok kritis suka membandingkannya tanpa didasari oleh dasar dan bukti yang tepat. Dari setiap lekukan yang dilukis, bahkan dapat menciptakan sesuatu yang baru bagi mereka yang mengerti.
Jean Michel Basquiat, seorang pelukis kenamaan asal Amerika Serikat, merupakan seorang pelukis ekspresionis dan neo-primitif. Ia menggunakan gaya abstraction dan figuration dalam melukis. Setiap karyanya memfokuskan “dikotomi sugestif”, sehingga dalam setiap karyanya menggambarkan penggabungan dari sinergi perampasan, gambar puisi, lukisan dengan teks dan gambar, abstraksi dan figurasi, kemudian informasi yang digabungkan dengan kritik kontemporer.
ADVERTISEMENT
Gaya pelukisan dari Basquiat dinikmati oleh para penikmat seni dan pelukis lainnya, sehingga memberikan inspirasi bagi seniman lain. Setiap karyanya memiliki makna yang dalam dan keindahannya dapat memberikan semangat yang baru. Mungkin bisa dikatakan, pelukis lain menggunakan teknik melukis Basquiat dalam menciptakan karyanya. Untuk saat ini, hal tersebut sudah tidak lazim lagi.
Alipjon, seorang pelukis asal Indonesia, menggunakan teknik melukis Basquiat dalam melukis karyanya. Bagi ia, inspirasi dalam menciptakan sebuah karyanya dari kesalahan dan dosa yang pernah ia lakukan. Keistimewaannya dalam pemilihan warna yang terkesan suram dan juga seram, sehingga dalam lukisan yang ia buat mampu menyampaikan penyesalan dan kesedihannya yang pernah ia lakukan.
Bagi netizen, melihat adanya kemiripan dalam lukisan Alipjon dan Jean Michel Basquiat, sehingga mereka langsung menilai dan berkomentar buruk atas karya tersebut. Disisi lain saya melihat adanya prinsip ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi), yang digunakan dalam proses penciptaan, namun seringkali bagi masyarakat menilai prinsip ini sering disalahgunakan oleh para seniman dan wirausaha.
ADVERTISEMENT
Memang prinsip ini membawa pro dan kontra di kehidupan masyarakat, karena terbukti dengan adanya penjiplakkan dalam penciptaan sebuah karya seni. Sehingga, mengakibatkan penilaian yang buruk terhadap seniman di Indonesia, bahkan di mata orang asing kita hanya sebatas penipu. Sungguh fatal sekali, jika terjadi permasalahan ini.
Dengan adanya hak cipta, membuat para seniman untuk berhati-hati dalam menciptakan sebuah karya. Jika terjadi pelanggaran hak cipta, seniman tersebut bisa dihukum pidana minimal lima tahun bahkan sampai sepuluh tahun penjara dan denda hingga miliaran rupiah.
Baru-baru ini di Twitter, terjadi kasus pelanggaran hak cipta oleh selebgram bernama Awkarin dan musisi bernama Pamungkas. Mereka melakukan pelanggaran dalam pembuatan clothing line dan cover album dengan menggunakan lukisan orang lain tanpa izin persetujuan. Sehingga, sang penciptanya pun menegur kedua orang tersebut, dan akhirnya menjadi trending di Twitter. Kedua orang tersebut telah melakukan jalan tengah dalam permasalahan tersebut dan bikin klarifikasi permintaan maaf kepada netizen dan seniman tersebut.
ADVERTISEMENT
Memang saat ini dunia semakin menyeramkan, ada saja orang yang melakukan hal yang sama seperti di atas. Manusia melakukan apa saja demi ketenaran, sehingga mereka dapat merugikan orang sekitar mereka. Bisa dikatakan, karya seni dinilai identitas dari seorang seniman.
Sering kali seniman tidak tahu harus bagaimana, seakan-akan identitas mereka sedang dicuri. Memang nasib seniman sudah terjamin, dengan adanya Undang-Undang No.28 Tahun 2014, berisikan tentang Hak Cipta. “Seniman yang baik meminjam, seniman besar mencuri.” -Pablo Picaso.