Konten dari Pengguna

Letters to Iwojima: Patriotisme Prajurit Jepang

Sintia Viana
Saya adalah mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Lampung. Saya tertarik dengan Bahasa Inggris, sejarah, dan feminis. Saya juga suka menonton film dan menulis puisi.
10 Juli 2024 18:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sintia Viana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Letters from Iwo Jima merupakan sebuah film bertema perang yang diproduksi pada tahun 2006. Film ini berlatarbelakang Perang Dunia II yang berlangsung pada tahun 1939 sampai dengan 1945. Seperti yang kita tahu bahwa pada masa tersebut, terdapat dua kubu negara besar, yakni sekutu dan poros. Pihak sekutu yang berisi Amerika, Britania Raya, Perancis, Uni Soviet dan pihak musuhnya, yakni Jepang, Italia, dan Jerman.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sejarah, setelah bubarnya perjanjian Versailles yang dikhianati oleh Jerman karena menduduki Polandia secara brutal, tercatat pada 1 September 1939 dimulainya Perang Dunia II. Awalnya, Inggris dan para sekutunya mengalami kesulitan dalam menghadapi serangan Italia dan Jerman. Namun semakin hari, semua medan perang yang berlokasi di Eropa dan sekitarnya kian meluas ke wilayah Pasifik. Peristiwa Pearl Harbor yang terjadi pada 7 Desember 1947 ternyata menjadi pembuka pintu bagi Jepang untuk turut berpartisipasi dalam perang ini.
Ilustrasi peristiwa Pearl Harbor (Sumber: https://unsplash.com/photos/three-monoplanes-squadron-in-world-war-2-oyGmigXV030)
Menariknya, film ini diangkat berdasarkan kisah nyata antara perang Jepang melawan Amerika di sebuah pulau bernama Iwo Jima. Sudut pandang film ini diceritakan dari sudut pandang Jepang sebagai pihak poros yang melawan Amerika dari pihak sekutu. Latar belakang tempat kejadian film ini adalah Gunung Suribachi di mana mereka membuat terowongan untuk mengelabui tentara Amerika. Di sana mereka bertahan hidup demi memenangkan perang melawan Amerika. Selain itu, yang menarik dari film ini adalah kata letters dalam judul film merujuk pada tentara-tentara Jepang yang setiap harinya menulis surat kepada keluarga, teman, saudara, kekasih, dan lainnya namun tak tahu entah kapan surat itu akan sampai kepada yang tercinta.
ADVERTISEMENT
Film ini cocok dijadikan rekomendasi film sejarah yang tidak membosankan karena terdapat nilai kekeluargaan dan patriotisme di dalamnya. Pada akhir film, salah satu pemeran utama yang berhasil bertahan memutuskan untuk pergi menjauhi Iwo Jima karena telah jatuh ke tangan Amerika. Mengingat surat-surat yang ditulis kerabatnya, dia kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan semua surat tersebut. Perjalanan panjang yang melelahkan membuatnya tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan sambil membawa banyak surat, terlebih lagi sang pemeran utama terkena luka tembak. Surat-surat ini kemudian dikubur di tanah agar kelak generasi selanjutnya menemukan dan menyampaikanya pada alamat dan nama-nama yang tertulis. Adegan ini berhasil membuat penonton merasa iba dengan apa yang dilakukan tentara Jepang, mengingat Amerika melakukan kejahatan perang pada adegan yang telah disebutkan di atas. Sisi lain film ini adalah menunjukkan budaya Jepang bahwa kemenangan adalah harga mati, jika tidak bisa menang maka jangan pernah memilih untuk kalah.
ADVERTISEMENT