Labirin Cinta (Bab 24)

Fransisca Susanti
Hai, nama panggilanku Sisca. Aku lulusan Teknik Kimia Universitas Jenderal Achmad Yani dan master graduate Manajemen Bisnis SB IPB. Sekarang kerja sebagai translator lepasan, kolaborasi blog, dropshipper tshirt, dan usaha preorder makanan waroenkmoe.
Konten dari Pengguna
11 Desember 2021 7:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fransisca Susanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pahlawan Kesiangan
Pasha (Sumber gambar: free use pixabay.com).
“Kau tak terluka?” Pasha berjalan cepat hendak memeluk Karin. “Aku sangat menyesal atas semua yang telah terjadi.”
ADVERTISEMENT
Karin sangat terkejut melihat kemunculan mantan kekasihnya. Tapi, Arai bertindak sigap, menarik Karin ke dalam pelukannya sehingga Pasha memeluk udara. “Karin sayang, maafkan aku datang begitu terlambat,” bisik Arai. Tubuh Karin terasa kaku seperti batang kayu.
Arai dan Karin (Sumber gambar: free use Canva).
Karin melepaskan diri dengan kasar dari pelukan Arai. Ia berjalan menjauhi Arai sehingga Pasha tersenyum puas. Pasha berpikir dengan penuh percaya diri bahwa masih ada harapan karena tampaknya Karin masih mencintai dirinya.
“Mengapa kau ada di sini, Pasha?” Tanya Karin kebingungan.
“Wajar saja aku berada di sini. Aku ingin memperbaiki hubungan kita karena aku tak bisa melupakanmu. Kau begitu berbeda dengan mantan tunanganku, Laura, yang kawin lari dengan sahabatnya. Aku tidak pernah mencintainya karena kau sebenarnya yang kucintai. Aku setuju bertunangan dengannya hanya karena desakan orangtuaku. Keluargaku berutang budi pada keluarganya. Kau mengerti kan kesulitanku?”
Karin (Sumber gambar: free use pixabay.com).
Karin mengerjap mendengar berita tersebut. Ia tidak lagi merasa dendam ataupun berpuas hati mendengar kemalangan kisah cinta pria yang mengkhianatinya. Belum sempat merespon pernyataan Pasha, Arai yang cemburu dengan Pasha, menyela, “Tolong simpan pernyataan cintamu, Pasha! Sekarang ini aku ingin membicarakan hal yang lebih penting dengan kekasihku, Karin.” Ia meneruskan, “Karin, jangan marah! Ini semua kami lakukan karena kurangnya bukti untuk menuntut Pak Agung. Kakak angkatmu, Mario, yang merancang semua ini. Bahkan, Bu Diana pun mengetahuinya. Kami ingin Pak Agung tidak bisa berkelit. Sejujurnya, aku tidak terlampau peduli apakah Pak Agung dipenjara atau tidak karena yang kuinginkan ialah uang ganti rugi atas perbuatannya yang mencemarkan nama baikku dan ibumu, juga segala perbuatan pidana yang ia lakukan, terutama terhadapmu. Aku dan ibumu sama-sama memerlukan uang. Aku perlu uang untuk melanjutkan bisnis real estate yang tersendat, sedangkan ibumu untuk biaya hidup dan keperluan berobat Riza. Kita harus menggunakan uang dari penjahat demi tujuan yang baik. Tapi, ada masalah teknis sehingga kami tidak bisa langsung menemukanmu walaupun sudah memasang penyadap di tasmu.”
ADVERTISEMENT
“Termasuk Farah yang memohon pertolonganku? Itu juga rencana kalian?”
Arai (Sumber gambar: free use pixabay.com).
Arai mengangguk dengan berat hati. Hatinya mencelos karena Karin memakai topeng dingin di wajahnya.
“Kakak egois. Aku sudah salah menyangka Kakak mencintaiku. Sebenarnya, Kakak tidak pernah mencintaiku karena Kakak hanya mencintai UANG dan akan selalu mencintai UANG. Kakak tidak pernah memprioritaskan keselamatanku. Aku tidak menyangka kalian semua tega berbohong padaku.”
Karin (Sumber gambar: free use pixabay.com).
Kata-kata Karin melecut tajam hati Arai. Tapi, Arai tetap mengalah dan membujuk dengan nada lembut, “Aku mohon maaf hingga menjerumuskanmu dan keluargamu dalam masalah ini. Tapi, tidak seperti yang kau sangka, aku sangat mempedulikan keselamatanmu. Mario menempatkan bawahannya untuk selalu menjaga keselamatanmu. Penjahat yang bertubuh gempal itu Mas Bowo, detektif yang menyamar.”
Mario (Sumber gambar: free use Canva dan pixabay.com).
Karin tertegun dan menoleh pada Mario untuk mencari kebenaran berita tersebut. “Tidak mungkin. Si Gempal juga bersikap jahat padaku.”
ADVERTISEMENT
“Jika ia bersikap baik, tentu penyamarannya akan segera terbongkar. Tapi, ada satu faktor X yang tak pernah kau bayangkan.”
“Apa?”
“Baru beberapa bulan ini Mas Bowo mengetahui bahwa ia memiliki anak tunggal yang menderita schizophrenia. Mas Bowo bercerai bertahun-tahun yang lalu dan istrinya tidak pernah memberitahu adanya seorang remaja pria, hasil buah pernikahan mereka. Nama anak tersebut Geo. Ia memiliki fotomu diam-diam di handphone dan menunjukkannya pada Mas Bowo sehingga ketika aku menunjukkan fotomu pada Mas Bowo, ia segera mengenalimu. Geo sering bercerita pada Mas Bowo bahwa ada perempuan cantik yang selalu memberikannya makanan enak ketika ia dirawat di ruang rawat jiwa. Perempuan itu kakaknya Riza yang merupakan teman sekamarnya. Hal tersebut sangat menyentuh hati Mas Bowo hingga membuat Mas Bowo berjanji padaku untuk membantu sepenuh hati.”
Karin (Sumber gambar: free use pixabay.com).
Karin menatap tak percaya. Ia tak menyangka kisah ini begitu penuh kejutan. Hal sederhana saja bisa mengubah alur cerita.
ADVERTISEMENT
“Mari kita pulang! Ibu sudah sangat kuatir menunggumu,” ajak Mario.
Karin menggangguk. Tidak peduli pada Arai yang sesendu alang-alang, Karin menghampiri penduduk desa.
“Terima kasih banyak untuk kalian semua. Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika kalian semua tidak menolongku,” ucap Karin penuh rasa haru. Ucapannya disambut dengan doa tulus dari para penduduk desa.
Arai (Sumber gambar: free use pixabay.com).
Sepanjang perjalanan pulang, Karin tampak lekat dengan Pasha yang terus berceloteh. Mau tak mau Mario merasa iba pada Arai yang terpaku seperti kehilangan nyawa. Ia terus saja mencuri pandang pada Karin. Mario sangat mengenal karakteristik adik angkatnya yang keras kepala. Hanya waktu yang akan meluluhkan hati Karin.
Kutipan Karin (Sumber gambar: free use Canva).
Hati perempuan ialah sebuah misteri. Tak satu pun dari ketiga pria di dalam mobil tersebut yang dapat menebak perasaan Karin yang sebenarnya. Mereka tak melihat senyum samar yang bermain di bibir mungil Karin.
ADVERTISEMENT
Karin hanya ingin sedikit mempermainkan perasaan antara Pasha, si mantan kekasih yang menyepelekan cinta, dan Arai, si kekasih yang membuat otak Karin diperas seperti cucian. Siapa suruh mereka berdua membuat hati Karin susah? Sedikit kenakalan tak mengapa, bukan? Malah tindakan Karin ini bisa memperkuat jantung mereka.
Karin (Sumber gambar: free use pixabay.com).