Konten dari Pengguna

Upaya UI Menurunkan Angka Stunting 27,6% di Kabupaten Bogor

Siti Arpiah
Tim Hibah Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia
24 September 2024 16:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Arpiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tim pengabdian masyarakat UI bersama dengan remaja putri di Pesantren Fath Darut Tafsir, Bogor
zoom-in-whitePerbesar
Tim pengabdian masyarakat UI bersama dengan remaja putri di Pesantren Fath Darut Tafsir, Bogor
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tim pengabdian masyarakat Universitas Indonesia (UI) yang diketuai Dian Ayubi meluncurkan program "Penyuluhan dan Pemberdayaan Remaja Putri melalui RAngkaian AkSI ANti-Anemia BEbas StunTIng (RASI-ANABESTI). Program tersebut bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja putri tentang pencegahan anemia dan stunting. Universitas Indonesia (UI) melakukan penyuluhan tersebut di Pesantren Fath Darut Tafsir, Kabupaten Bogor. Program ini berlangsung selama 4 bulan pada 2024.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini merupakan Hibah Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan (DPPM) Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2024.
"Program ini sangat penting mengingat tingginya prevalensi stunting di Kabupaten Bogor yang mencapai 27,6% pada tahun 2024 ini, melebihi rekomendasi WHO sebesar 20%. Melalui rangkaian kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan, kami berharap dapat meningkatkan literasi kesehatan remaja putri sehingga mereka dapat menjaga kesehatan diri dan mencegah anemia sebagai upaya pencegahan stunting di masa depan," ujar Dr Dian Ayubi, Selasa (10/9/2024).
Sementara itu, Kepala Pesantren Fath Darut Tafsir, Ustadz Yeyen Yulianto, S.Pd, Lc menyambut baik program ini.
"Kami sangat berterima kasih kepada tim UI yang telah memilih pesantren kami. Program ini sangat bermanfaat bagi para santri putri kami. Kami berharap mereka bisa menjadi agen perubahan untuk mencegah anemia dan stunting di masa depan, program ini juga harapannya dapat menjadi pembinaan yang berlanjut, bersinergi untuk program kesehatan di pesantren Fath," katanya.
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah peserta program
Rangkaian kegiatan dilakukan dalam program RASI-ANABESTI meliputi, FGD bersama 52 remaja putri mengenai permasalahan kesehatan yang dialami. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah untuk mendeteksi anemia pada remaja putri, penyuluhan kesehatan tentang gizi remaja, anemia, dan pentingnya konsumsi tablet tambah darah. Jika pada hasil hemoglobin darah tidak baik akan ditreatment secara dengan kolaborasi dengan pihak Puskesmas Sukadamai.
ADVERTISEMENT
Penyaluran tablet tambah darah bekerjasama dengan Puskesmas Sukadamai, pemilihan dan pelatihan Duta Anabesti (Anti-Anemia Bebas Stunting) sebagai konselor sebaya. Pembentukan sistem monitoring dan evaluasi konsumsi tablet tambah darah melalui pengisian rapor TTD oleh Duta Anabesti dan games kesehatan. Duta Anabesti ini akan memiliki peran untuk mendampingi siswa untuk minum TTD secara rutin dan membuat laporan secara berkala demi menjamin siswa tidak mengalami anemia yang menyebabkan stunting itu terjadi sejak dini.
"Program ini merupakan bagian dari upaya pencegahan stunting yang menjadi program prioritas nasional. Dengan memberdayakan remaja putri sebagai calon ibu, diharapkan dapat memutus rantai stunting sejak dini," ujar Kepala Puskesmas Sukadamai dr. Sylvia Sinchona.
Tim pengabdian masyarakat UI juga akan melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas program.
Penyuluhan kesehatan tentang gizi remaja, anemia, dan pentingnya konsumsi tablet tambah darah
Salah satu peserta program, Nur Rizka (20 tahun), menyatakan antusiasmenya terhadap kegiatan ini.
ADVERTISEMENT
"Saya senang bisa ikut program ini. Sebelumnya saya tidak tahu kalau anemia bisa berdampak serius bagi kesehatan. Sekarang saya jadi lebih paham pentingnya menjaga gizi dan minum tablet tambah darah," ujarnya.
Pesantren Fath Darut Tafsir dipilih sebagai mitra karena lokasinya yang berada di wilayah dengan akses terbatas terhadap informasi kesehatan. Sebagian besar santri di pesantren ini berasal dari keluarga dhuafa dan fakir miskin, sehingga program ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kesehatan dan kualitas hidup remaja putri di wilayah tersebut.