Konten dari Pengguna

Hari Jantung Sedunia : Cegah Penyakit Jantung Koroner Dengan Pengendalian Emosi

Siti Fainurryzky Annisa
Saat ini sedang melanjutkan Studi di Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
30 September 2024 12:22 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Fainurryzky Annisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumbet : sederet ucapan Hari Jantung Sedunia, bisa jadi ide caption. (Freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
sumbet : sederet ucapan Hari Jantung Sedunia, bisa jadi ide caption. (Freepik.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peringatan hari jantung sedunia yang dilakukan setiap tahunnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan jantung dan pencegahan penyakit kardiovaskuler. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi di mana aliran darah ke otot jantung (miokardium) berkurang atau terhambat akibat penyempitan atau penyumbatan arteri koroner. Arteri koroner adalah pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Penyakit ini sering kali disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu penumpukan plak (lemak, kolesterol, dan zat lain) di dinding arteri. Ketika aliran darah ke jantung berkurang atau terputus, otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen, yang dapat menyebabkan angina (nyeri dada) atau bahkan serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Penyakit jantung koroner menempati peringkat pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun regional, termasuk salah satunya di Provinsi Aceh. Berdasarkan Data Riskesdas 2018, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia adalah 1,5% dari populasi yang berarti bahwa 15 dari 1.000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Penyakit jantung adalah penyebab kematian nomor satu di Indonesia, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Menurut WHO (2020), penyakit jantung koroner bertanggung jawab atas sekitar 35% dari total kematian akibat penyakit tidak menular di Indonesia.
Sedangkan prevalensi penyakit jantung di Aceh berdasarkan data Riskesdas 2018 mencapai sekitar 1,7% yang melebihi prevalensi nasional. Ini berarti bahwa sekitar 17 dari 1.000 orang di Aceh berisiko menderita penyakit jantung koroner. Di Aceh, penyakit jantung juga menjadi salah satu penyebab kematian terbesar. Faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, diabetes, dan gaya hidup yang tidak sehat juga turut meningkatkan risiko penyakit jantung.
ADVERTISEMENT
Penyebab utama penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis, tetapi beberapa faktor risiko utama yang memicu penyakit ini meliputi kolesterol tinggi, hipertensi, merokok. diabetes, kegemukan dan obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, sera faktor genetik.
Gejala yang terjadi pada Penyakit Jantung Koroner bervariasi, tergantung pada seberapa parah penyumbatan arteri, gejala umum yang biasanya terjadi adalah angina (nyeri dada), sesak napas, kelelahan, palpitasi (detak jantung yang tidak teratur/berdebar), serta mual atau pusing.
Pencegahan Penyakit Jantung Koroner (PJK) sangat penting untuk dilakukan karena merupakan penyebab utama kematian di banyak negara dan untuk meniningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner berfokus pada mengendalikan faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan di arteri koroner yang memasok darah ke otot jantung yaitu dengan pencegahan primer, yang dilakukan sebelum penyakit terjadi, dan pencegahan sekunder, yang ditujukan pada mereka yang sudah memiliki gejala atau didiagnosis dengan PJK untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Pencegahan dan intervensi penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan cara mengendalikan faktor risiko utama penyakit jantung koroner yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar kolesterol tinggi, diabetes mellitus, dan merokok, selanjutnya dapat dilakukan dengan menerapkan Pola Makan Sehat untuk Jantung seperti Makanan Rendah Lemak Jenuh dan Trans, membatasi konsumsi makanan seperti daging berlemak, produk susu berlemak tinggi, makanan cepat saji, dan makanan olahan yang mengandung lemak trans, meningkatkan Asupan Serat dengan mengonsumsi biji-bijian utuh, buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan, dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serta menerapkan Pola Makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dimana pada diet ini menekankan konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan, kacang-kacangan, serta minyak sehat seperti minyak zaitun.
Pencegahan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah mengelola stres dan kesehatan emosional. Pengendalian emosi sangat penting dalam pencegahan penyakit jantung koronwn karena kesehatan mental dan emosi ternyata memiliki dampak langsung terhadap kesehatan kardiovaskular. Faktor emosi seperti stres, kecemasan, depresi, dan kemarahan dapat berkontribusi pada berkembangnya penyakit jantung atau memperburuk kondisi yang sudah ada.
ADVERTISEMENT
Mekanismenya adalah ketika seseorang merasa stres, tubuh merespons dengan melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Hormon-hormon ini meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan memaksa jantung bekerja lebih keras. Jika stres terjadi secara kronis, peningkatan beban kerja pada jantung ini dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, kondisi ini disebut dengan "Fight or Flight". Stres juga dapat menyebabkan tekanan darah yang lebih tinggi dalam jangka panjang, tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama untuk aterosklerosis (penyempitan arteri), yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Serta stres kronis dapat memicu peradangan dalam tubuh, termasuk pada dinding pembuluh darah. Peradangan ini dapat mempercepat perkembangan plak aterosklerotik yang menyumbat arteri koroner, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya ketika seseorang mengalami kemarahan yang intens, detak jantung dan tekanan darah cenderung melonjak tiba-tiba, yang dapat membebani sistem kardiovaskular. Dalam beberapa kasus, lonjakan ini dapat memicu aritmia (irama jantung yang tidak normal) atau serangan jantung. Orang yang sering marah atau yang tidak mampu mengelola kemarahan dengan baik lebih mungkin mengalami masalah jantung sehingga kemarahan kronis dapat memicu respons stres yang berkepanjangan, sehingga meningkatkan risiko jantung koroner. Bagi mereka yang telah mengalami serangan jantung, kemarahan yang tidak terkendali setelah serangan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung lanjutan atau komplikasi jantung lainnya.
Stres emosional yang tiba-tiba juga dapat memicu kondisi yang disebut "Takotsubo Cardiomyopathy", atau lebih dikenal sebagai "Broken Heart Syndrome". Ini adalah kondisi di mana otot jantung melemah secara tiba-tiba, meniru gejala serangan jantung. Dalam beberapa kasus, serangan jantung dapat dipicu oleh ledakan emosional, terutama pada orang dengan arteri yang sudah menyempit. Perubahan mendadak dalam tekanan darah dan peningkatan beban kerja jantung akibat ledakan emosi dapat menyebabkan plak di arteri pecah, sehingga memicu serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Stres emosional yang berlebihan dapat memicu respons fisik yang merugikan jantung, seperti peningkatan tekanan darah dan detak jantung. Stres kronis juga berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan makan berlebihan. Sehingga perlu dilakukan pencegahan-pencegahan dan manajemen stres seperti meditasi, yoga, latihan pernapasan, serta menjaga keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi dapat mengurangi risiko penyakit jantung, mengelola kecemasan, depresi, dan kemarahan melalui konseling atau terapi dapat membantu menjaga kesehatan jantung, karena emosi yang tidak terkontrol bisa berakibat buruk pada jantung.
Pengelolaan emosi dengan cara melakukan Teknik kontrol diri, seperti latihan relaksasi, teknik pengalihan pikiran, atau terapi perilaku kognitif (CBT), dapat membantu seseorang mengelola kemarahan secara sehat. Dengan cara ini, mereka dapat merespons situasi emosional secara lebih tenang, menghindari lonjakan tekanan darah yang berbahaya bagi jantung.
ADVERTISEMENT
Mengelola emosi dengan baik, menghindari stres kronis, serta meningkatkan dukungan sosial dan interaksi positif dapat menurunkan peradangan di tubuh. Hal ini berdampak langsung dalam mencegah kerusakan pada pembuluh darah yang bisa menyebabkan penyakit jantung. Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengelola stres dan emosi secara efektif, misalnya dengan latihan relaksasi atau meditasi, dapat membantu meningkatkan HRV, sehingga meningkatkan kesehatan jantung secara keseluruhan.
Mengendalikan emosi dan stres merupakan aspek penting dalam pencegahan penyakit jantung. Dengan mengelola stres, kecemasan, kemarahan, dan depresi, kita dapat mencegah lonjakan tekanan darah, menurunkan peradangan, dan mendorong gaya hidup sehat yang mendukung kesehatan jantung. Berbagai teknik seperti meditasi, latihan fisik, konseling psikologis, dan membangun dukungan sosial adalah beberapa cara efektif untuk menjaga keseimbangan emosi, yang pada gilirannya akan melindungi kesehatan jantung secara keseluruhan. Hal ini perlu dilakukan kapada semua masyarakat agar dapat menurunkan prevalensi penyakit jantung koroner di Provinsi Aceh serta meningkatkan kesehatan masyarakat agar tidak mengalami penyakit jantung koroner ini.
ADVERTISEMENT