Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kisah Tragis di Balik Pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki
20 April 2022 16:32 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Siti Khusnul Khotimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kisah yang berawal dari percobaan bom nuklir oleh Amerika Serikat pada tanggal 14 juli 1945 yang berujung di Hiroshima. Sasaran dari pengeboman ini adalah tentara dan pelaut dari pada negara Jepang yang kebetulan terletak di daerah Hiroshima. Anak dan wanita tidak masuk ke dalamnya, namun mereka ikut terkena dampaknya. Pemberian ultimatum berkali kali yang dilakukan oleh Amerika Serikat kepada Jepang agar menyerah ditolak dan tetap kekeh pada pendiriannya. Hingga akhirnya pada tanggal 26 Juli 1945 ultimatum terakhir dibuat, yakni deklarasi Potsdam. Sebuah deklarasi yang berisi tentang penyerangan tanpa syarat. Singkat cerita pada tanggal 6 Agustus 1945 pengeboman dilancarkan, terdapat 3 pesawat yang terlibat dalam pengeboman Hiroshima, yaitu Enola Gay (membawa bom), Great Artiste (peralatan perekaman), Necessary Evil (kapal pemotret).
ADVERTISEMENT
Pagi itu tanggal 6 Agustus 1945, matahari bersinar cerah dari ufuk timur masyarakat Hiroshima beraktivitas seperti biasa. Tidak ada yang menduga akan terjadi peristiwa yang amat besar. Sebuah benda jatuh dari langit tepat berada di sekitar jembatan yang berbentuk T, di daerah hiroshima dekat pangkalan militer. Disusul ledakan yang sangat besar. Sebuah bom dengan panas mencapai 4000℃ mengguncang kota Hiroshima. Kilatan yang mengandung radiasi infra merah dan sinar gamma dapat menembus dinding dan merusak sel sel tubuh manusia. Sebuah kilatan yang hanya beberapa detik namun menghancurkan segalanya. " Dengan melihat api di tanah dan awan yang muncul maka anda akan merasa tertekan," ungkap Morris Dick Jephson, seorang letnan ke dua dalam perang dunia ke 2. Bagi orang-orang yang masih hidup, penderitaan baru dimulai, ribuan orang terluka, terbakar, terperangkap dalam reruntuhan. Di sinilah kisah tragis terukir, menyisakan kenangan pahit bagi yang mengalaminya, trauma berkepanjangan juga dialami oleh mereka yang menjadi korban pada peristiwa itu.
Di rumah sakit komunikasi, 1 mil dari pusat ledakan perawat Kuniko terhempas dari jendela dan terkena kaca yang beterbangan. Satu hari setelah pengeboman perawat Kuniko terbangun sudah berada di kuburan massal dekat rumah sakit. Ia merayap ke rumah sakit bak sebuah serangga yang mencari persembunyian. Seorang perawat menemukan Kuniko dan langsung membawanya ke ruang operasi, semua kaca yang menancap di tubuhnya dibersihkan. Setelah itu ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Berhubung transportasi kereta tidak beroperasi, ia nekat pulang dengan merayap menyusuri rel kereta api. Butuh berhari-hari untuk perawat Kuniko sampai di rumah ibunya. Usahanya membuahkan hasil akhirnya ia sampai di rumah dan di sambut oleh ibunya. Kisah tak kalah menyedihkan juga dialami oleh Sigai Hiratsuka seorang ibu rumah tangga yang sudah meninggal pada 2002. Dalam bukunya ia menuliskan “waktu itu jam 8 lewat, kami baru selesai sarapan. Kedua anak kami sedang bermain disamping kami dan suamiku sedang membaca koran." suasana yang damai berubah menjadi kacau balau.
ADVERTISEMENT
"Ketika keluar kami melihat seluruh Hiroshima sudah porak poranda, api keluar dari berbagai tempat di seluruh kota. Lalu ku cari anak-anakku ke sekeliling. Disana aku menemukan putri ku di dalam tumpukan puing-puing, dadanya terhimpit kayu besar. Aku ingin sekali mengeluarkannya, tapi aku tak berhasil, bagaimanapun usahaku. Api mulai merambat ke sekeliling kami." Terang Shigai Hiratsuka. "Jangan pergi ibu, disini terlalu panas untukku, ini menyakitkan!" teriakan yang begitu pilu, terasa sesak di dada dan terasa ter iris ketika mendengarnya. Shigai hanya menangis sendu, tidak ada yang dapat diperbuat untuk menyelamatkan anaknya. "Api membakar ku...!" jeritan terakhir yang begitu menyakitkan.
Dokter Hida seorang yang bekerja di rumah sakit Hiroshima selamat dari pengeboman, sebab pasca kejadian berlangsung ia tengah mengobati pasiennya yang berada di desa jauh dari perkotaan. Setelah pengobatan selesai ia kembali ke kota. Jeritan, tangisan, teriakan menggema di mana-mana. Satu hari setelah pengeboman keajaiban datang dari langit. Tetesan hujan turun namun berwarna hitam, turun di atas kota yang hangus. Mereka yang meminum cairan hitam dari langit tidak menyadari bahwa air tersebut mengandung radioaktif yang tinggi. Terbukti setelah beberapa hari orang-orang yang tadinya terselamatkan mengalami perubahan fisik yang aneh. Tubuhnya membusuk, rambut rontok, dan pendarahan yang tiada henti. Mereka yang meminum air hitam terkena dampaknya.
ADVERTISEMENT
Di luar dugaan, Jepang yang dikira akan menyerah setelah pengeboman di Hiroshima belum ada tanda-tanda untuk menyerah. Akhirnya pada tanggal 9 Agustus 1945, Amerika Serikat kembali mengebom Jepang. Pada awalnya rencana pengeboman dilakukan di kota Kokura, namun adanya kendala mengakibatkan bom terpaksa dijatuhkan di Nagasaki. Tepatnya di daerah perbukitan dekat pabrik Mitsubishi bom itu meledak. Meskipun tidak dijatuhkan di perkotaan namun kerugian besar tidak dapat dihindarkan. 14.000 rumah terbakar, sekitar 40.000 orang yang berada di dekat pengeboman tewas, awal tahun 1946 sekitar 30.000 orang meninggal dunia, dan selang beberapa tahun kemudian lebih dari 100.000 orang meninggal akibat dari pengeboman Nagasaki. Akhirnya Jepang memutuskan untuk menyerah, namun tidak sampai di sini perjuangan mereka. Beberapa tahun kemudian mereka mengirim generasi muda keluar negeri untuk mempelajari ilmu dalam berbagai bidang. Mereka menyadari banyak kekurangan dalam negaranya, hingga pada akhirnya jepang kembali menjadi negara yang lebih maju dalam kurun waktu yang terbilang cukup singkat.
ADVERTISEMENT