Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sulap Lahan Kosong Jadi Ternak Kambing
1 Juli 2021 13:44 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:51 WIB
Tulisan dari Siti Nurhaliza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kehidupan tidak selalu berada pada posisi yang menyenangkan. Hidup di tengah keterpurukan ekonomi bukanlah hal yang mudah, namun tidak menjadikan alasan bagi Jaeman untuk selalu menjalani hidup dengan terus berusaha, berdoa, dan tak lupa bersyukur. Kesulitan hidup yang terus mengadang juga tak mampu merenggut harapan Jaeman untuk tetap bertahan dan selalu optimis. Hal ini membuat Jaeman memanfaatkan lahan kosongnya sebagai kandang untuk ternak kambing.
ADVERTISEMENT
Rumah itu seluas 2×5 meter di Kampung Kebon, Desa Jejalen Jaya, Kecamatan Tambun Utara, Bekasi. Rumah kecil dengan dinding cat putih yang sudah kotor, pintunya yang terbuat dari bambu juga sudah rapuh, lantai yang retak, bahkan atap yang sudah rusak . Di dalam terlihat sangat prihatin. Rumah yang sempit menjadi kesulitan dalam menata ruangan maupun barang. Kamar dan dapur tidak ada di rumah itu. Semua ruangan menyatu hanya dengan lantai beralas tipis. Halaman luar dikelilingi rerumputan dan terlihat banyak barang bekas. Tepat di sebelah rumah itu terdapat kandang kambing seukuran 2×4 meter terbuat dari bambu. Di hadapan rumah itu juga berdirinya gubuk persegi.
Rumah itulah yang menjadi saksi manis pahitnya kehidupan Jaeman (65), seorang kepala keluarga dengan tanggungan 4 anak. Sang istri yang sudah tiada sejak putri bungsunya menginjak pendidikan Sekolah Dasar (SD) membuat Jaeman terpuruk. Namun, semua itu tak bertahan lama. Jaeman sadar ia harus tetap bangkit demi menghidupi keempat anaknya. Meski masalah membuat ia terjatuh, kini ia kembali bangun untuk memulai kehidupan yang baru.
ADVERTISEMENT
Asam pahit kehidupan menjadi makanan sehari-hari yang dirasakan Jaeman, anak pertama dari empat bersaudara ini. Kedua orang tuanya kini sudah tiada. Dahulu, ayahnya bekerja sebagai satpam di daerah Cibitung dan Ibunya hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga (IRT). Meski Jaeman hanya lulusan SD karena kurangnya biaya, tetapi didikan orang tuanya yang tegas mampu membentuk jiwa kerja keras dan ketulusan dalam melewati lika liku kehidupan. Kegiatan Jaeman dulu dipenuhi dengan menanam pohon pisang dan padi. Saat itulah merupakan awal kesulitan Jaeman merasakan kerasnya bekerja. Lelah dan kecewa jika harus melihat pohon pisangnya gagal begitupun padi karena banyaknya hama.
Kegagalan yang sering dialami dalam menanam pohon pisang dan padi membuat Jaeman harus berhenti. Ia melanjutkan hidupnya dengan bekerja di gudang beras daerah Jatinegara. Di sana ia harus mengangkat banyaknya karung beras dari mobil ke gudang, ataupun sebaliknya jika ada pesanan. Penghasilan yang ia dapatkan hanyalah dua puluh ribu rupiah perhari. Semula dia tidak merasa keberatan dengan apa yang ia jalani. Tapi, pekerjaan itu hanya bisa bertahan selama 3 tahun karena tidak ada lagi beras yang harus diangkut ke gudang ataupun pasar. Tak lama Jaeman menemukan teman hidupnya. Ia semakin sadar kini ada sang istri yang hidup bersamanya. Ia juga dikaruniai empat anak.
ADVERTISEMENT
Awal 2007 Jaeman memutuskan bekerja menjadi tukang becak. Ia harus kejar setoran mulai dari jam 06.00-18.00 WIB. Setiap harinya ia mangkal di Pasar Graha Prima dan berkeliling di Tambun hingga Cikarang. Hujan, panas, bahkan pernah terjatuh dari becaknya karena jalanan yang licin menjadi cerita tersendiri bagi Jaeman. Perharinya ia mendapatkan lima sampai sepuluh penumpang. Penghasilan yang ia terima sekitar seratus ribu dan itu harus disetor. Jaeman sendiri hanya mendapatkan lima belas ribu rupiah perharinya. Keputusannya diselimuti rasa penasaran ingin menjadi tukang becak. Ia menganggap bekerja menjadi tukang becak adalah hal yang menyenangkan. Namun, di tengah pekerjaannya ia melihat penumpang semakin sepi. Jika ia harus bertahan, ini tak mampu membiayai keluarga kecilnya.
ADVERTISEMENT
Dari penghasilan menjadi tukang becak selalu ia sisihkan untuk menabung. Setelah ia memutuskan berhenti dari pekerjaan itu, ia membuka tabungannya dan memulai ingin menjadi pengembala kambing dan ternak ayam. Uang tabungannya ia gunakan untuk membeli 2 kambing seharga delapan ratus ribu rupiah per kambing dan 2 ayam kecil seharga sepuluh ribu rupiah per ayam. Ayam kecil yang ia beli dirawat hingga besar dan bertelur. Ayam yang sudah besar ia jual seharga sembilan puluh ribu sampai dua ratus ribu rupiah tergantung ukuran ayam. Penghasilan dari ternak ayam dapat membantu biaya keseharian Jaeman dan keluarganya. Selain itu, keputusannya menjadi pengembala kambing muncul semata dari hati dan niatnya. Semula 2 ekor kambing dan ayam yang ia pelihara hingga beranak, tak terasa Jaeman sudah memiliki 20 ekor kambing dan 10 ekor ayam.
ADVERTISEMENT
Jaeman juga suka mencari kayu atau bambu bekas untuk dijadikannya sebagai kandang kambing. Bambu yang ia kumpulkan ia bentuk menjadi kandang kambing berukuran 2x4 meter. Menjadi peternak kambing bukanlah hal yang mudah. Tiap harinya pagi dan siang ia harus mencari rumput untuk makanan kambing. Sulitnya saat ia harus mencari rumput di kebon dan sering menemukan ular. Bahkan tangannya pernah terluka karena terkena parang. Meskipun banyak kesulitan yang ia hadapi, Jaeman selalu yakin pertolongan Tuhan akan segera datang bersama orang yang sabar. Jayadi menjual kambingnya seharga delapan ratus ribu sampai dua juta sesuai ukuran. Ia juga mengatakan bahwa pembeli kambing ramai saat lebaran haji.
“Pembeli kambing lumayan ramai kalo lagi lebaran haji aja. Pendapatan kambing 1jt-2jt, sekitar 1 ekor. Paling banyak terjual 4-5 ekor. Sekarang alhamdulillah sisanya ada 11 sebelumnya lumayan banyak kambingnya ada 20,” jelas Jaeman.
ADVERTISEMENT
Jaeman sadar sebagai peternak kambing dan ayam perlu ada pekerjaan sampingan untuk biaya hidup keluarganya. Banyaknya tanggungan yang harus ia keluarkan seperti biaya makan, belanja, sekolah, dan ongkos membuat ia melamar pekerjaan sebagai satpam di Komplek LKBN Antara, Tambun. Selain itu ia juga pernah menjadi satpam di Perumahan Tridaya, Tambun. Penghasilan yang ia terima membantu kehidupan biaya sehari-hari. Di samping itu ia juga suka diminta untuk menjadi tukang dan bersih-bersih rumput dengan bayaran seikhlasnya. Di samping menjalani kehidupannya, ia tak lupa untuk saling tolong menolong jika tetangganya sedang sakit. Jaeman suka memberikan obat ramuan yang terbuat dari daun alang dan akar-akar dedaunan.
Semua ia lakukan dengan ikhlas. Dibalik semua masalah yang ia hadapi, Jaeman selalu mengambil hikmah dibalik semua itu "yaudah bersyukur aja sama berkahnya, jangan mengeluh jalanin aja semangat," katanya.
ADVERTISEMENT
Jaeman juga berpesan untuk semuanya tetap jaga kesehatan, semangat berusaha, jangan mengeluh, selalu berdoa, dan tolong menolong.