Konten dari Pengguna

Teori Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi dalam Perkembangan Anak

Siti Rahmawati
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10 Oktober 2024 10:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Siti Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi proses perkembangan pada anak. Sumber: https://pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi proses perkembangan pada anak. Sumber: https://pexels.com
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangan manusia, terdapat beberapa aliran yang menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi proses itu. berikut ini akan dijelaskan mengenai teori nativisme, empirisme, dan konvergensi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai faktor-faktor bawaan atau yang dimiliki manusia dalam masa perkembangannya.
ADVERTISEMENT
Nativisme merupakan kata dasar dari "natus" yang berarti lahir atau "nativus" yang mempunyai arti kelahiran (pembawaan). Nativisme memiliki pengaruh besar dalam pemilikiran teori psikologi. Teiri ini dipelopori oleh Arthur Schopenheur (1788-1860) yang merupakan seorang filosofi Jerman.
Teori ini mengatakan bahwa segala aspek perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (faktor bawaan), baik dari keturunan orang tua, nenek moyang, ataupun memang sudah ditakdirkan seperti demikian. Teori ini juga di sebut juga dengan biologisme, yang mana lebih mementikan kehidupan individu saja, tanpa mementingkan pengaruh pengetahuan dari luar.
Dalam teori ini mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan seperti kertas putih yang belum ditulis (teori tabularasa). Jadi, anak yang dilahirkan tidak memiliki pembawaan apa-apa, jika anak tersebut memiliki bakat tidak ada hubungannya dengan faktor keturunan. Teori ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704).
ADVERTISEMENT
Teori ini merupakan kebalikan dari nativisme yang menganggap bahwa potensi yang dimiliki seseorang sama seklai tidak ada pengaruhnya dalam pendidikan. Semuanya hanya ditentukan oleh faktor lingkungan yaitu pendidikan. Teori di sebut juga sosiologis, karena sepenuhnya mementingksn pengaruh dari luar.
Teori ini merupakan perpaduan antara nativisme dan konvergensi, yang menggabungkan hereditas (pembawaan) dengan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses perkembangan manusia. Tokoh utama pada teori ini adalah Louis William Stren (1871-1938) yang merupakan seorang filosofi sekaligus pisiologi Jermna.
Faktor pembawaan atau bakat yang dimiliki seseorang tidak akan berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Artinya, meskipun seorang anak mempunyai kemampuan dari bawaaan sejak lahir, itu tidak akan mengalami perkembangan jika lingkungan ataupun didikan yang diberikan tidak mempuni. Jadi menurut teori ini, baik pembawaan ataupu lingkungan keduanya memiliki keterikatan yang sangat penting.
ADVERTISEMENT