Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Perubahan Arti Kata “Ngopi” dan “Keluarga”: Kajian Semantik
16 Desember 2020 10:13 WIB
Tulisan dari Siti Ummul Khoir saifullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ini serius. Kenapa? Karena masyarakat membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. Keduanya memiliki keterkaitan. Bahasa mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perkembangan masyarakat. Bahasa bersifat dinamis, berubah sering dengan berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT
Perkembangan dan perubahan bahasa ini tidak bisa kita hindari. Seperti halnya dengan perubahan arti kata dalam bahasa Indonesia. Apakah kita bisa menghindari fenomena perubahan arti kata dalam bahasa Indonesia? Tentu saja tidak bisa.
Perlu kita ketahui bersama bahwasanya telah banyak sekali kosa kata dalam bahasa Indonesia yang telah mengalami perubahan arti. Kata “ngopi” dan “keluarga”, misalnya. Sebelum masuk ke sana, mari kita kenalan terlebih dahulu dengan istilah perubahan arti.
Perubahan Arti
Perubahan arti merupakan gejala pergantian rujukan dari simbol yang sama. (Parera, 2004: 145) Biar lebih mudah dipahami, begini penjelasannya. Misalnya, kata X yang waktu dulu memiliki makna Y tetapi pada masa sekarang bermakna Z, maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai perubahan arti. Dimana kata X berubah arti dari Y ke Z.
ADVERTISEMENT
Perubahan arti kata ini disebabkan oleh banyak faktor. Makyun (2011:104) mengklasifikasikan penyebab perubahan arti menjadi dua faktor, yakni faktor yang bersifat kebahasaan dan faktor yang bersifat non kebahasaan. Faktor yang bersifat kebahasaan merupakan faktor perubahan arti yang berasal dari bahasa itu sendiri. Sedangkan faktor yang bersifat non-kebahasaan merupakan faktor yang berasal dari luar bahasa, di antaranya adalah faktor perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan sosial, perluasan bidang pemakaian, pengaruh asing, kebutuhan istilah baru, dan tabu.
Sudah paham tentang perubahan arti, kan? Sekarang mari kita meluncur ke pembahasan inti.
Perubahan Arti Kata “ngopi” dan “keluarga"
Ngopi merupakan kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Bahkan kita sudah sangat akrab dengan kata tersebut. Dulu ketika penulis masih kecil, kata “ngopi” diartikan sebagai kegiatan minum kopi entah di rumah, di warung, atau di suatu tempat. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kata “ngopi” tidak hanya diartikan sebagai kegiatan minum kopi, tetapi juga kegiatan lain.
ADVERTISEMENT
Kata “ngopi” saat ini tidak hanya diartikan sebagai kegiatan minum kopi, tetapi juga diartikan sebagai kegiatan nongkrong, diskusi atau rapat, atau hanya datang ke kedai kopi.
#1 Kegiatan Nongkrong
Seringkali di kalangan anak muda, kegiatan nongkrong ini disebut dengan ngopi. Misalnya:
A: “Kuy ngopi sama anak-anak.”
B: “Kuy.”
Seringkali ajakan ngopi yang terjadi di kalangan anak muda bukanlah kegiatan meminum kopi yang sebenarnya, tetapi nongkrong bersama teman. Jadi, kata ngopi saat ini diartikan juga sebagai kegiatan ‘nongkrong’, bukan meminum kopi.
#2 Kegiatan Diskusi atau Rapat
Nah, kalau kasus ini sering terjadi di kalangan mahasiswa atau anak-anak organisasi. Seringkali mereka mengartikan kata “ngopi” ini dengan kegiatan diskusi atau rapat. Misalnya:
ADVERTISEMENT
X: “Sumpah, dia keren. Wawasannya luas banget ya. Bacaan bukunya banyak. Pengen ih kaya dia.”
Y: “Kamu harus sering-sering ngopi sama dia biar wawasanmu juga luas.”
Percakapan tersebut pernah dialami oleh penulis sendiri ketika dalam sebuah kegiatan organisasi. Kata ngopi yang dimaksud oleh Y bukanlah kegiatan meminum kopi. Y tidak menyarankan X untuk melakukan kegiatan meminum kopi dengan tokoh yang dikagumi, tetapi untuk sering-sering berdiskusi agar bisa tertulari wawasan yang dimilikinya.
Atau lagi misalnya
Mutia: “Nanti malam diajakin ngopi sama Bang Nasrul. Jangan lupa bawa laporan progres.”
Suci: “Oke. Dimana tempatnya?”
Mutia: “Tampo.”
Percakapan sederhana itu juga pernah dialami oleh penulis sendiri. Kata ngopi yang dimaksud Mutia bukanlah kegiatan meminum kopi, tetapi rapat. Karena pada pelaksanannya memang tidak meminum kopi tetapi rapat terkait proker di organisasi.
ADVERTISEMENT
Bagaimana, apa kamu juga pernah mengalami hal yang serupa? Kalo iya, berarti kita sehati.
#3 Hanya Datang ke Tempat Ngopi
Orang-orang seringkali menyebut dirinya akan pergi tempat ngopi, namun pada kenyataannya adalah bukan untuk meminum kopi tapi bisa saja untuk makan roti, minum es teh, minum milkshake, atau minum yang lainnya. Bukan untuk benar-benar meminum kopi. Kata ngopi di sini diartikan sebagai ‘hanya datang ke tempat ngopi’.
Selanjutnya adalah kata “keluarga”. Dewasa ini, kata “keluarga” juga ternyata mengalami perubahan arti. Keluarga dalam KBBI memiliki arti ibu dan bapak beserta anak-anaknya seisi rumah; orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; sanak saudara; kerabat. Yang perlu digaris bawahi dari arti kata keluarga adalah orang seisi rumah yang masih kerabat. Namun, saat ini kata keluarga sudah mengalami perubahan arti. Kata keluarga sudah tidak hanya untuk menyebut orang seisi rumah yang masih kerabat, tetapi juga untuk ‘orang-orang yang satu komunitas atau satu organisasi’.
ADVERTISEMENT
Dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan , misalnya. Sering ditemukan sebutan “Keluarga Himpunan Mahasiswa Jurusan” atau “Kita adalah keluarga Himpunan Mahasiswa Jurusan”. Hal tersebut menunjukkan bahwasanya kata “keluarga” telah mengalami perubah arti. Kata keluarga tidak hanya untuk sebutan orang-orang seisi rumah atau kerabat, tetapi juga untuk mahasiswa baru yang tergabung dalam satu organisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan.
Kasus lain juga dapat ditemukan pada sebutan ‘Ikatan Keluarga Mahasiswa’. Kata ‘keluarga’ di situ bukan lagi merujuk kepada orang yang seisi rumah atau kerabat, tetapi merujuk kepada orang-orang yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Konsekuensi Perubahan Arti Kata “Ngopi” dan “Keluarga”
Dalam kajian semantik, perubahan arti kata “ngopi” dan “keluarga” dinamakan dengan generalisasi. Generalisasi ini merupakan konsekuensi dari yang diakibatkan oleh perubahan arti. Campbell dan Mixco (dalam Makyun Subuki, 2011:116) menjelaskan bahwasanya generalisasi atau yang lazim disebut dengan broeadening dan widening dalam bahasa Inggris, mengacu kepada gejala pada arti sebuah kata atau leksem yang menjadi luas dari sebelumnya. Sederhananya, generalisasi merupakan perluasan makna kata.
ADVERTISEMENT
Menurut Chaer, perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna lain.(Rio Sempama, 2017:80)
Kata “ngopi” pada mulanya hanya bermakna sebagai kegiatan meminum kopi. Arti dari kata ini kemudian berkembang atau meluas menjadi kegiatan nongkrong, diskusi atau rapat, dan kegiatan hanya datang ke tempat ngopi. Sehingga kita dapat menyebut nongkrong dengan ngopi, diskusi dengan ngopi, dan hanya datang ke tempat ngopi dengan sebutan ngopi. Perubahan arti kata ngopi ini disebabkan oleh perubahan sosial.
Begitu juga dengan kata “keluarga” pada mulanya hanya bermakna sebagai orang seisi rumah yang memiliki hubungan kekerabatan. Arti dari kata ini kemudian berkembang atau meluas menjadi ‘siapa saja yang satu komunitas atau organisasi’. Sehingga kita dapat menyebut teman atau adik kelas kita yang satu organisasi atau satu komunitas dengan sebutan keluarga. Perubahan makna kata keluarga ini disebabkan oleh perluasan bidang pemakaian.
ADVERTISEMENT
Bagaimana? Sampai sini paham kan tentang perubahan arti “ngopi” dan “keluarga” dalam kajian semantik?
Mengkaji bahasa itu asyik, apalagi mengkajinya bareng penulis. hehe
Daftar Pustaka
Sempaka, Rio, dkk. “Analisis Perubahan Makna pada Bahasa yang Digunakan Oleh Komentator Sepak Bola Piala Presiden 2017: Kajian Semantik”. Vol.05, No.2. 2017.
Subuki, Makyun. Semantik. Jakarta: Transpustaka. 2011.