Konten dari Pengguna

Ini Bahaya YouTube Shorts untuk Anak

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
8 Maret 2023 9:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ini Bahaya YouTube Shorts untuk Anak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Semenjak TikTok menjadi tren karena format video yang singkat, banyak platform media sosial melakukan hal yang sama. Termasuk YouTube dengan fitur YouTube Shorts-nya. Rupanya, dengan menonton video yang hanya berdurasi tak lebih dari 60 detik ini membuat kita jadi penasaran sehingga mata tak bisa lepas dari gadget.
ADVERTISEMENT
Enggak cuma kita, anak pun demikian. Emang sih, terkadang kontennya memang lucu, gemes, bahkan seru kalau ada dance challenge yang bisa diikutin. Tapi, di antara semua konten itu ada selipan konten-konten lain yang justru bahaya buat anak seperti konten kekerasan & seksual, kata-kata kasar yang dikemas singkat namun tetap sarat makna. Bikin cemas, kan?
Apa bahayanya?
Ada 3 konten berbahaya utama di konten YouTube Shorts yang enggak tersaring. Kata-kata kasar, adegan seksual, dan kekerasan.
1. Kekerasan
Melihat adegan kekerasan saat usia dini memang tak langsung berdampak saat itu juga, tapi bisa mempengaruhi kehidupan dewasanya. Mereka yang sering terpapar adegan kekerasan cenderung memiliki tingkah laku yang bermasalah seperti pikiran bunuh diri, atau gangguan mental lainnya.
ADVERTISEMENT
2. Kata-kata kasar
Berbeda dengan adegan kekerasan yang mungkin berdampak di kemudian hari, melihat adegan dengan kata-kata kasar bisa ditiru anak saat itu juga. Anak yang sering mendengar kata-kata kasar cenderung menunjukkan agresif fisik dan verbal. Enggak heran, mereka pun bisa dengan mudah merundung (melakukan tindakan bully) kepada teman atau sebayanya.
3. Gambar telanjang
Menyaksikan adegan seksual atau gambar telanjang di usia anak sama saja seperti menghadirkan sebuah konsep baru yang mereka belum siap. Sebuah studi dari Chia-Hua Liu, anak yang sudah terpapar gambar telanjang di usia mudah rentan untuk melakukan hubungan seks di usia belasan tahun dan mudah berganti pasangan seksual di usia 23 tahun. Ini berarti mereka punya risiko terkena penyakit menular seksual di usia muda.
ADVERTISEMENT
Enggak hanya itu, YouTube Shorts dengan konten yang tak tersaring ini juga punya dampak negatif lainnya, seperti:
Anak lebih sulit berhenti
Video singkat sepintas terlihat lebih baik dari video panjang, karena asumsinya anak akan menonton dengan durasi yang juga lebih singkat. Nyatanya, video shorts muncul terus menerus sehingga justru kecanduan sehingga sulit berhenti.
Tak bisa mengontrol konten yang akan muncul
Saat menonton video panjang, kita bisa pilih video mana yang akan di tonton. Sebaliknya tidak begitu dengan video pendek. Alhasil, konten apapun bisa muncul seperti konten kekerasan, bahasa kasar, gambar telanjang maupun konten lain yang tak sesuai usianya.
Rentang perhatian menjadi pendek
ADVERTISEMENT
Saat anak melihat sesuatu yang selalu berubah, otaknya akan sulit beradaptasi dengan kegiatan non-digital yang bergerak dengan lebih lambat. Padahal, otak anak masih berkembang dan video pendek ini bisa membuat anak semakin sulit memusatkan perhatiannya pada hal lain, semisal membaca buku.
Mengalihkan anak dari aktivitas lain
Jika tak diberi batasan waktu, menonton YouTube Shorts bisa mengahilkan anak dari aktivitas lain yang bermanfaat bagi tumbuh kembangnya, seperti membaca, bermain maupun mengeksplor lingkungannya.
Jadi, apa yang bisa kita lakukan?
Pertama, ganti pilihan yang lebih kids friendly seperti YouTube Kids.
Walaupun kita tetap perlu mengontrol pilihan tontonannya tapi setidaknya YouTube Kids lebih memilah konten yang ada di dalamnya. YouTube Kids juga menyedikan pilihan tontonan sesuai dengan usia anak dengan Parental Control.
ADVERTISEMENT
Kedua, dengan restricted mode
Kita bisa menggunakan mode terbatas untuk video yang tak ingin anak lihat. Butuh persetujuan orang dewasa di atas 18 tahun untuk melakukan pengaturan ini sehingga anak tak bisa secara mudah mengutak-atik. Caranya, klik ikon profile di sebelah kanan atas aplikasi YouTube di HP. Lalu, pilih menu pengaturan dan klik opsi General. Di laman ini, klik restricted mode.
Terakhir, hapus pilihan YouTube Shorts
Ya, kita bisa menghapus pilihan YouTube Shorts di bagian pengaturan. Selain itu, kita juga bisa melakukan melakukan pengaturan Parental Control untuk mengatur apa yang boleh dan tak boleh di tonton. Selain itu kita pun bisa mengakses histori tontonan YouTube mereka.
Apapun pilihannya, kita tetap harus mengawasi dan waspada.
ADVERTISEMENT
Walaupun banyak pilihan untuk mengontrol tontonan anak di YouTube tapi kita tetap perlu waspada dan mengawasi aktivitas mereka dalam mengakses media sosial, ya!
Photo by Ron Lach: https://www.pexels.com