Ini Bahayanya Minum Obat Aborsi Secara Mandiri

Skata
SKATA adalah sebuah inisiatif digital yang mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun keluarga melalui perencanaan yang lebih baik. SKATA lahir tahun 2015 melalui kerjasama antara Johns Hopkins CCP dan BKKBN.
Konten dari Pengguna
12 Januari 2023 9:42 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Skata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ini Bahayanya Minum Obat Aborsi Secara Mandiri
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, sempat ramai diberitakan tentang meninggalnya seorang wanita yang hamil 11 minggu karena minunm obat aborsi (pil penggugur kandungan) yang diperoleh di apotek bermodalkan resep palsu yang dikeluarkan oleh temannya yang bekerja di sebuah RSUD di Bengkulu. Menyeramkan, ya! Memangnya, semudah itu ya mendapatkan obat aborsi?
ADVERTISEMENT
Yang pertama harus digarisbawahi, praktik aborsi di Indonesia masih ilegal hingga saat ini. Praktik aborsi hanya diperbolehkan dalam kondisi darurat medis, yang di mana jika tidak dilakukan dapat membahayakan keselamatan ibu ataupun janin. Oleh karena masih ilegalnya praktik ini, pada akhirnya banyak orang yang memilih meminum obat aborsi sebagai plan B alias rencana cadangan untuk menggagalkan kehamilan. Aman enggak, sih?
Penggunaan obat aborsi sebetulnya cukup populer di belahan dunia lain. Seperti di Amerika Serikat, sejak tahun 2000 ketika FDA menyetujuinya untuk menginduksi aborsi di awal kehamilan, obat aborsi tersedia secara legal. Pil aborsi disetujui FDA (BPOM-nya Amerika Serikat) untuk mengakhiri kehamilan hingga 10 minggu.
Di banyak negara Eropa, pilihan aborsi menggunakan obat juga sangat populer ketimbang aborsi bedah. Pil aborsi juga semakin populer di Ghana, di mana 28–46% aborsi adalah aborsi obat, dan di India, di mana hingga 73% aborsi adalah aborsi obat. Di beberapa negara di Amerika Latin, orang memiliki akses legal ke misoprostol untuk mengatur sendiri aborsi mereka sejak awal 1980-an.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, apa sih kandungan obat aborsi dan seperti apa cara kerjanya?
Aborsi menggunakan obat melibatkan meminum pil yang mengakhiri kehamilan. Seseorang biasanya meminum satu obat yang disebut mifepristone diikuti dengan obat lain yang disebut misoprostol. Obat-obatan ini menghentikan kehamilan untuk terus berkembang dan menyebabkan rahim mengosongkan dirinya sendiri hingga akhirnya proses kehamilan berhenti. Berikut macam obat aborsi dan cara kerjanya:
1. Mifepristone
Sering dijuluki sebagai pil aborsi dan juga dikenal dengan nama RU 486, obat ini adalah salah satu dari dua obat yang digunakan di klinik aborsi. Mifepristone bekerja dengan cara menghalangi produksi hormon progesteron, yang berfungsi menstabilkan dinding rahim. Setelah progesteron terhambat, lapisan rahim akan rusak dan rahim tidak akan mampu menjalani kehamilan.
ADVERTISEMENT
2. Metotreksat
Ini adalah obat yang telah digunakan di pengobatan kanker selama bertahun-tahun dan telah digunakan untuk aborsi medis sejak awal tahun 1900. Obat ini bekerja dengan mencegah implantasi (menempelnya sel telur yang telah dibuahi) secara efektif. Di beberapa negara, obat ini setara dengan mifepristone.
3. Misoprostol
Obat ini lebih dikenal lewat mereknya, seperti Misotrol, Cytotec, dan Cyprostol. Tujuan dari obat sekunder ini adalah untuk mengosongkan rahim sepenuhnya dengan cara merangsang kontraksi. Studi menunjukkan bahwa pada 90% kasus, penggunaan misoprostol saja dapat menggugurkan kandungan. Namun, prosedur yang ditentukan dan dilakukan melalui layanan aborsi yang aman dan legal dengan pengawasan dokter adalah prosedur yang menggunakan dua obat.
ADVERTISEMENT
Amankah penggunaan obat aborsi secara mandiri?
Penggunaan obat aborsi tanpa adanya pengawasan dari dokter sangat berbahaya dan tidak dianjurkan, ya. Buktinya adalah contoh kasus yang sudah disinggung di atas. Karena begitu inginnya menggagalkan kehamilan, meminum obat aborsi tanpa pemahaman yang tepat justru malah dapat menghilangkan nyawa.
Di negara-negara yang sudah melegalkan proses aborsi, obat aborsi bisa didapatkan dengan cara mengunjungi kantor penyedia atau memesannya di platform online yang dikelola oleh penyedia obat.
Berkaca pada apa yang sudah terjadi di negara-negara lain yang telah melegalkan aborsi bahkan dengan skema aborsi mandiri menggunakan obat, praktik aborsi sebetulnya dinilai lebih aman, lebih menjaga privasi, dan mengurangi angka kematian ibu ketika dilakukan dengan benar sesuai dengan informasi yang kredibel tentang penggunaannya.
ADVERTISEMENT
Namun jika dilakukan dengan tidak tepat, penggunaan obat aborsi dapat memberikan berbagai efek samping seperti:
Apakah aborsi membuat seseorang sulit hamil kembali?
Pada kenyataanya, melakukan aborsi tidak memengaruhi kesuburan dalam banyak kasus. Siapapun sebenarnya bisa hamil hanya beberapa minggu setelah melakukan aborsi, bahkan jika belum mengalami menstruasi. Ini tergantung pada berapa lama usia kandungan sebelum aborsi dilakukan.
Jika sudah pernah aborsi, apakah aman melakukan aborsi lagi?
Aborsi yang dilakukan oleh profesional medis dengan kondisi sanitasi yang layak tidak menyebabkan masalah kemandulan atau komplikasi pada kehamilan berikutnya.
Namun, ada beberapa risiko yang mungkin muncul pada kehamilan berikutnya jika prosedur tersebut tidak dilakukan dengan benar, antara lain:
ADVERTISEMENT
Di samping itu, melakukan lebih dari satu kali aborsi berpotensi menimbulkan risiko infeksi setelah prosedur. Sebagian besar infeksi dapat dengan mudah diobati dengan obat-obatan. Meskipun demikian, beberapa penyakit menular yang parah seperti penyakit radang panggul dapat menyebabkan kerusakan pada organ reproduksi jika tidak diobati. Hal ini dapat menyebabkan kemandulan atau kehamilan di luar kandungan.
Dapatkah aborsi menyebabkan kerusakan rahim?
Meski kasus ini cukup jarang terjadi dengan standar operasi saat ini, serviks bisa saja rusak dan melemah yang dapat menyebabkan kesulitan mempertahankan kehamilan di kemudian hari, yang berpotensi menyebabkan keguguran. Namun, inkompetensi serviks dapat diobati dengan operasi dengan memasang jahitan kecil dari benang yang kuat di sekeliling serviks agar tetap tertutup.
ADVERTISEMENT
Di luar risiko medis, wanita yang melakukan aborsi mungkin menghindari kontak seksual karena perasaan bersalah atau konflik, yang mungkin memiliki efek tidak langsung pada kesuburan.
Jadi, tetap pertimbangkan dengan matang jika memang ingin melakukan aborsi. Selain memang belum legal di Indonesia, ada baiknya berdiskusi dengan suami untuk menggunakan kontrasepsi seperti kondom maupun metode KB yang durasinya lebih panjang seperti pil KB, KB suntik, implant, maupun IUD.
Cek fitur Kontrasepsiku di sini untuk tahu 10 jenis kontrasepsi yang tersedia di Indonesia.
Referensi: Healthline
Image by yanalya on Freepik