Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Apakah Dukun Santet termasuk Pembunuh Bayaran?
21 Januari 2025 13:16 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dukun santet adalah salah satu orang yang penuh kontroversi dalam masyarakat Indonesia. Mereka dikenal sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk mencelakai orang lain menggunakan kekuatan gaib.
ADVERTISEMENT
Dalam banyak cerita yang beredar, dukun santet sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin membalas dendam atau menyelesaikan konflik tanpa harus menghadapi korban secara langsung. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah dukun santet dapat disebut sebagai pembunuh bayaran?
Santet sendiri merupakan praktik yang dipercaya melibatkan energi atau kekuatan supranatural. Biasanya, praktik ini dilakukan dengan menggunakan media tertentu seperti boneka, paku, jarum, atau benda-benda lain yang dianggap memiliki daya magis.
Dalam kepercayaan masyarakat, benda-benda ini kemudian "dikirimkan" kepada target untuk mencelakainya. Dalam banyak kasus, mereka yang mendatangi dukun santet adalah orang-orang yang merasa tidak memiliki cara lain untuk menyelesaikan masalah mereka.
Meski banyak yang percaya akan keberadaan santet, faktanya praktik ini sulit dibuktikan secara ilmiah. Banyak penyakit atau kejadian aneh yang sering dikaitkan dengan santet sebenarnya dapat dijelaskan dengan penjelasan medis atau kejadian alamiah. Namun, kepercayaan terhadap santet tetap kuat di banyak wilayah Indonesia, sehingga dukun santet terus menjadi bagian dari narasi sosial yang kompleks.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks hukum, pembunuhan bayaran merujuk pada situasi di mana seseorang membayar pihak lain untuk melakukan tindakan yang menghilangkan nyawa orang tertentu. Biasanya, tindakan ini melibatkan kekerasan fisik atau penggunaan senjata yang secara langsung menyebabkan kematian korban.
Sementara itu, dukun santet bekerja dengan cara yang berbeda. Mereka tidak pernah melakukan tindakan fisik terhadap korban. Sebaliknya, mereka "bekerja" melalui kekuatan yang dianggap supranatural, sesuatu yang tidak bisa dilihat atau disentuh.
Perbedaan inilah yang membuat kasus dukun santet menjadi sangat sulit ditangani secara hukum. Dalam sistem hukum yang berbasis pada bukti konkret, seperti di Indonesia, sulit untuk mengaitkan kematian seseorang dengan praktik santet.
Bagaimana caranya membuktikan bahwa kematian seseorang benar-benar disebabkan oleh tindakan gaib, dan bukan karena penyakit atau faktor lain? Ketiadaan bukti fisik membuat tuduhan terhadap dukun santet sering kali hanya berakhir sebagai isu sosial tanpa kejelasan hukum.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun sulit dibuktikan, banyak yang berpendapat bahwa dukun santet tetap harus bertanggung jawab secara moral atas dampak dari perbuatan mereka. Niat untuk mencelakai orang lain sudah cukup untuk dianggap sebagai pelanggaran etis yang serius.
Dalam banyak agama, termasuk Islam, perbuatan yang bertujuan mencelakai orang lain melalui cara apapun dianggap sebagai dosa besar. Praktik santet juga sering dikaitkan dengan penyimpangan dari ajaran agama, karena dianggap melibatkan kekuatan-kekuatan yang tidak semestinya.
Di sisi lain, ada dimensi budaya yang juga perlu dipertimbangkan. Santet adalah bagian dari tradisi dan keyakinan yang telah lama ada di Indonesia. Dalam beberapa masyarakat, santet bahkan dianggap sebagai bentuk "keadilan" alternatif ketika hukum formal tidak mampu memberikan solusi. Namun, pandangan ini sering kali menimbulkan konflik, terutama ketika tuduhan santet berujung pada tindakan main hakim sendiri. Ada banyak kasus di mana seseorang yang diduga sebagai dukun santet menjadi korban kekerasan atau bahkan dibunuh oleh massa. Hal ini menunjukkan betapa berbahayanya kepercayaan yang tidak didukung oleh bukti konkret.
ADVERTISEMENT
Cerita-cerita tentang keberhasilan dukun santet dalam "menyelesaikan" masalah sering kali diceritakan secara turun-temurun, memperkuat keyakinan masyarakat akan efektivitas santet. Namun, kisah-kisah semacam ini sering kali sulit diverifikasi. Tanpa bukti yang jelas, klaim-klaim tersebut lebih cenderung menjadi bagian dari legenda atau mitos, daripada fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menyebut dukun santet sebagai pembunuh bayaran sebenarnya adalah sebuah simplifikasi yang tidak sepenuhnya tepat. Meskipun ada kesamaan dalam hal menerima imbalan untuk mencelakai orang lain, metode yang digunakan sangat berbeda.
Dalam kasus pembunuhan bayaran, ada tindakan langsung yang menyebabkan kematian, seperti penembakan atau penusukan. Sementara itu, dalam praktik santet, "tindakan" tersebut bersifat tidak kasat mata dan sangat sulit dibuktikan.
Isu dukun santet menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara budaya, kepercayaan, dan hukum di Indonesia. Untuk menyelesaikan masalah ini, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang cara menyikapi kejadian-kejadian yang sulit dijelaskan.
ADVERTISEMENT
Pendekatan rasional dan berbasis bukti dapat membantu mencegah konflik serta kesalahpahaman yang sering kali merugikan banyak pihak. Dengan begitu, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih bijak dan toleran, tanpa harus terjebak dalam stigma atau prasangka yang tidak berdasar.