Konten dari Pengguna

Gibahin Orang Bisa Bikin Masuk Penjara?

Ahmad Fahmi Fadilah
Mahasiswa Aktif - S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26 Januari 2025 17:08 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Fahmi Fadilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://cdn.pixabay.com/photo/2017/07/19/07/56/taiwan-fresh-water-cloud-gate-theater-2518241_1280.jpg (Ilustrasi sedang bergibah)
zoom-in-whitePerbesar
https://cdn.pixabay.com/photo/2017/07/19/07/56/taiwan-fresh-water-cloud-gate-theater-2518241_1280.jpg (Ilustrasi sedang bergibah)
ADVERTISEMENT
Gibah, alias ngobrolin keburukan atau aib orang lain di belakang mereka, sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Entah itu di warung kopi, grup WhatsApp keluarga, atau obrolan santai di kantor. Topiknya pun beragam, mulai dari urusan tetangga yang katanya "ngutang tapi beli motor," sampai gosip artis yang nggak ada hubungannya sama hidup kita. Tapi, pernah nggak sih terpikir, "Gibah ini bisa kena hukum nggak ya?" Kalau dipikir-pikir, membicarakan orang lain itu nggak cuma urusan etika, tapi juga bisa bersinggungan dengan hukum.
ADVERTISEMENT

Gibah dalam Pandangan Moral dan Sosial

Sebelum kita bahas hukum, yuk kita lihat dari sisi moral dulu. Dalam banyak ajaran agama, gibah jelas dianggap dosa. Di Islam, misalnya, gibah itu dilarang keras. Ada perumpamaan yang sering disebut, kalau gibah itu ibarat makan daging saudara sendiri. Serem, kan? Di sisi lain, norma sosial juga nggak membenarkan gibah. Bayangkan kalau kamu tahu ada orang yang ngobrolin aib kamu di belakang. Rasanya? Pasti campur aduk antara malu, marah, dan kecewa. Jadi, secara moral dan sosial, gibah jelas nggak baik.
Tapi, realitanya? Gibah tetap jadi "menu utama" dalam banyak interaksi sosial. Kadang, kita bahkan nggak sadar kalau yang kita bicarakan itu udah masuk kategori gibah. Misalnya, komentar, "Eh, si A kok makin gemuk ya?" atau "Kayaknya si B lagi bermasalah sama suaminya deh." Padahal, pembicaraan kayak gitu bisa berdampak besar buat orang yang jadi bahan gibah, lho. Mental mereka bisa terganggu, reputasi bisa rusak, bahkan bisa memicu konflik yang lebih besar.
ADVERTISEMENT

Gibah dan Aspek Hukumnya

Nah, sekarang kita masuk ke pertanyaan besar: gibah bisa dihukum nggak? Jawabannya, tergantung. Kalau gibah yang dilakukan sudah masuk kategori fitnah, pencemaran nama baik, atau penyebaran berita bohong, maka ya, itu bisa dihukum. Di Indonesia, hal ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan juga Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Misalnya, dalam KUHP Pasal 310 dan 311, disebutkan bahwa penghinaan atau pencemaran nama baik bisa dikenai sanksi pidana. Contohnya, kalau kamu bilang, "Si C itu pembohong besar," dan ternyata itu nggak benar, maka kamu bisa dituntut. Sementara, dalam UU ITE, kalau gibah dilakukan lewat media digital, seperti chat, postingan media sosial, atau grup WhatsApp, hukumannya bisa lebih berat. Di Pasal 27 ayat (3) UU ITE, disebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja mendistribusikan informasi elektronik yang berisi penghinaan atau pencemaran nama baik bisa dipenjara hingga 4 tahun atau didenda hingga Rp750 juta.
ADVERTISEMENT

Batasan antara Gibah dan Pencemaran Nama Baik

Mungkin kamu bertanya, "Kalau aku cuma ngomongin fakta, itu dihitung gibah juga nggak?" Nah, ini yang sering jadi perdebatan. Dalam hukum, kebenaran suatu pernyataan bisa jadi pembelaan, tapi nggak selalu membebaskan kamu dari tuntutan. Misalnya, kalau kamu ngomongin sesuatu yang benar tapi nggak ada kepentingan publik untuk mengetahuinya, itu bisa tetap dianggap sebagai pelanggaran privasi. Contoh: kamu tahu bahwa tetangga kamu punya masalah utang-piutang, dan kamu ceritakan hal itu ke orang lain tanpa izin. Meskipun itu fakta, tindakanmu bisa dianggap melanggar hak privasi mereka.
Hukum juga mempertimbangkan niat di balik perkataanmu. Kalau niatnya untuk menjatuhkan, mempermalukan, atau merusak reputasi orang lain, maka kamu lebih mudah dijerat hukum. Jadi, sekadar "fakta" nggak cukup untuk membuat kamu aman.
ADVERTISEMENT

Gibah di Era Digital

Kalau dulu gibah hanya terjadi secara langsung, sekarang media sosial jadi ladang subur buat gibah modern. Mulai dari komentar di Instagram, tweet yang menyindir, sampai status Facebook yang bikin orang bertanya-tanya, "Ini ngomongin siapa, ya?". Masalahnya, jejak digital itu susah dihapus. Sekali kamu nge-post sesuatu, itu bisa menyebar ke mana-mana, dan efeknya bisa jauh lebih besar daripada gibah biasa.
Contoh kasus yang pernah ramai adalah ketika seseorang membagikan cerita buruk tentang mantannya di media sosial. Walaupun tanpa menyebut nama, kalau orang-orang bisa menebak siapa yang dimaksud, itu sudah bisa masuk kategori pencemaran nama baik. Banyak juga kasus di mana orang kena masalah hukum karena menyebarkan video atau foto seseorang tanpa izin, lalu disertai caption yang merendahkan.
ADVERTISEMENT
Disinilah pentingnya berpikir dua kali sebelum bicara atau nge-post sesuatu. Apa yang menurut kamu "cuma bercanda" atau "nggak masalah," bisa jadi masalah besar buat orang lain, dan ujung-ujungnya, kamu juga yang repot.

Bagaimana Menghindari Gibah?

Kita semua pasti pernah tergoda untuk gibah. Kadang, rasanya seperti "obat stres" untuk melampiaskan rasa kesal atau sekadar mengisi waktu. Tapi, efeknya bisa jauh lebih buruk daripada manfaat sesaat itu. Jadi, gimana cara menghindarinya?
Pertama, coba tanya diri sendiri sebelum ngomong sesuatu: "Apa yang aku katakan ini penting? Apa manfaatnya? Apa aku mau kalau orang lain ngomongin aku kayak gini?" Kalau jawabannya nggak, lebih baik diam.
Kedua, alihkan topik pembicaraan. Kalau teman-teman mulai gibah, coba ajak mereka ngomongin hal lain yang lebih positif atau netral. Misalnya, soal film, musik, atau rencana liburan.
ADVERTISEMENT
Ketiga, ingat konsekuensinya. Baik dari sisi moral, sosial, maupun hukum, gibah itu nggak ada untungnya. Daripada membicarakan orang lain, mending gunakan energi dan waktu kamu untuk hal-hal yang lebih produktif.

Kesimpulan

Gibah mungkin terlihat sepele, tapi dampaknya bisa besar. Dari sisi moral, gibah jelas nggak baik. Dari sisi sosial, itu bisa merusak hubungan dan menciptakan konflik. Dan dari sisi hukum, gibah bisa membuat kamu berurusan dengan pidana, terutama kalau sudah masuk kategori pencemaran nama baik atau fitnah.
Jadi, sebelum membicarakan orang lain, pikirkan dulu baik-baik. Apa yang menurut kamu "nggak ada apa-apanya" bisa jadi "segunung masalah" buat orang lain. Dan ingat, dunia ini sudah cukup berat tanpa kita saling menjatuhkan. Mari kita jadi orang yang lebih bijak, baik dalam bicara maupun bertindak. Karena, siapa tahu, apa yang kita ucapkan hari ini bisa jadi bumerang di masa depan.
ADVERTISEMENT