Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Membaca Potensi Anak Lewat Tulisan Tangannya
23 April 2025 10:57 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Lucy Lidiawati Santioso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Begini penjelasannya. Saat anak menulis, ada bagian otak yang disebut RAS (Reticular Activating System) yang akan mendapatkan rangsangan positif. RAS ini merupakan filter untuk memproses segala hal yang masuk ke dalam otak baik secara conscious (alam sadar) maupun secara unconsious (alam bawah sadar).
Nah, jadi yang kita ‘nilai’ bukan hanya tulisannya bagus atau jelek. Akan tetapi ketika tulisan anak rapi atau tidak, hal itu akan berpengaruh terhadap karakternya di kemudian hari.
Terkait hal tersebut, sebuah studi tentang neuroscience (ilmu yang mempelajari tentang otak manusia) menunjukkan bahwa area otak yang terkait dengan pembelajaran akan semakin produktif ketika seorang anak menuliskan kata yang ingin mereka pelajari.
Sebut saja salah satunya, pada bagian otak besar anak. Celebral cortex mengendalikan kemampuan anak dalam mengingat, perhatian atau fokus, dan kemampuan bahasa.
ADVERTISEMENT
Kemudian, basal ganglia, bagian otak besar ini berperan pada intelegensi (kecerdasan intelektual, spiritual, dan moral) pada anak. Basal ganglia juga mengendalikan memori anak.
Graphology, Gali Potensi Anak
Graphology merupakan keilmuan yang menggunakan tulisan tangan sebagai sampel untuk untuk menggali banyak hal tentang bakat, potensi seorang anak dan lain sebagainya.
Melalui tulisan tangan, Mama juga bisa membentuk karakter anak. Graphology dengan graphoterapy-nya membantu banyak hal termasuk tentang penanaman-penanaman karakter baik.
Apakah hal tersebut akan menjadikan anak sempurna? Perlu dipahami, menanamkan karakter baik pada anak bukan berarti menjadikan mereka sebagai robot. Tetapi, justru membantu mereka lebih mudah menemukan apa saja yang diinginkan. Mereka bisa menjadi diri sendiri dan memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan karakter-karakter baik yang ada di dalam dirinya.
ADVERTISEMENT
Menariknya, graphology bukan hanya memahami tulisan tangan, tetapi juga bisa melakukan terapi terhadap tulisan ini.
Hal-hal yang harus Mama perhatikan adalah:
1. Ketika nanti meminta anak menulis, tulislah di kertas tanpa garis. Kenapa? karena dia akan lebih bebas menuangkan pikirannya tanpa ada batasan (garis).
2. Tulislah dengan pulpen (jangan yang gel).
3. Minta ia menceritakan apa yang dirasakan dan dipikirkannya. Bukan menyalin tulisan, ya Mam.
Nah, setelah itu baru bisa kita lihat dan mencoba menjadi ‘paranormal’. Yuk, Mam kita mulai, ini hal-hal yang perlu kita perhatikan:
1. Kertas itu putih bersih seperti seorang anak yang baru lahir. Ketika kita menggoreskan tinta, itu menandakan bahwa mulai diisi oleh berbagai pengaruh dari lingkungannya. Yang perlu diperhatikan adalah ketika menulis bagaimana jarak antara sisi kertas kiri dengan tulisan, atas dengan tulisan, kertas bawah dengan tulisan dan kanan dengan tulisan. Perlu diingat ya maknanya: kiri adalah masa lalu, kanan itu masa depan, atas optimis dan bawah pesimis itu kata kuncinya.
ADVERTISEMENT
2. Garis dasar tulisan itu ada datar, naik atau turun. Kalau datar, biasa emosinya biasa saja. Bila turun artinya kondisi tidak percaya diri atau pesimis. Bila naik berarti pede dan optimis. Namun garis dasar itu nanti bisa saja tidak semuanya turun. Bisa jadi, ketika pada tulisan kata tertentu saja yang turun. Nah Mam perhatikan, pada kata mana terlihat turun. Hal itulah yang menunjukkan kondisi stres atau masalah yang sedang dihadapinya.
3. Banyaknya coretan atau tinta meluber itu menunjukkan kecemasan
4. Tulisan memiliki 3 zona yaitu: zona atas, zona tengah, dan zona bawah. Zona atas adalah huruf yang ada tangkai ke atas seperti b,d,f,h,k,l,t. Zona tengah adalah a,c,e,i,m,n,o,r,s,u,v,w,x,z. Lalu, Zona bawah yaitu g.j,p,q,y
ADVERTISEMENT
Zona atas berarti ingat kepala. Apa isinya? Intelektual dan imajinasi. Zona tengah itu dari leher ke pinggang menunjukkan emosi. Lalu, zona bawah itu isi seputar dompet dan biologis, artinya seks dan materi. Di setiap zona ada lingkaran ya. Bila lingkaran tertutup, maka itu berarti ada hambatan.
5. Kemiringan tulisan. Jika tulisannya miring ke kiri, maka dia cenderung menarik diri, kurang ekspresif dan mungkin juga ada masa lalu yang belum terselesaikan. Sementara, bila tulisannya miring ke kanan itu berarti ekspresif, percaya diri. Namun jika semuanya ekstrem miring ke kanan berarti ada masalah.
6. Besar kecilnya tulisan juga bisa kita lihat. Kalau tulisannya terlalu kecil, mungkin dia minder. Kalau tulisannya besar, anak pede. Tapi kalau tulisannya terlalu besar, anak agak over pede.
ADVERTISEMENT
7. Perhatikan tekanan ketika ia menulis. Kalau terlalu ditekan berarti energinya besar. Kalau tekanannya tipis berarti energinya kecil.
8. Sebaiknya anak diminta menulis sambung agar dinamikanya terlihat. Tulisan sambung itu sangat penting untuk fondasi awal menulis.
Tak kalah penting, perlu diingat bahwa postur tubuh membuat anak lelah menulis karena tak ada dukungan dari otot tubuhnya. Karena itu, pastikan dan jaga posisi duduk 90 derajat, ya.
Nah, kita perhatikan dari sisi zona, ya. Lihat dari zona di atas ketika dia bicara hobi zonanya bawah itu artinya dia tahu tujuan ke depannya untuk mendatangkan materi. Bila yang bawah itu langsung berubah jadi zona tengah berarti dia mulai galau.
Bila dilihat dari kemiringan: kanan-kiri, berarti anak sedang moody. Contoh, bila tulisan agak miring ke kiri dan hurufnya kecil lama-lama besar, berarti pada awalnya kurang pede. Tapi kalau sudah lama kenal dia lebih pede. Namun perhatikan ada masalah yang belum terselesaikan.
ADVERTISEMENT
Bila tulisan miring ke kiri berarti anak pada dasarnya kurang ekspresif dan tertutup. Dia hanya percaya dengan orang yang nyaman dengan dirinya. Kalau dilihat dari ketebalan tulisan, berarti punya energi.
Pertanyaannya adalah apakah tulisan anak di usia ini ini dapat menggambarkan karakternya, sedangkan ia dalam masih tahap belajar menulis? Nah, justru itulah pentingnya tahap usia ini untuk memperbaiki postur tubuh dan posisi menulis. Penting sekali kita menstimulasi otak anak dan memperbaiki postur menulis karena akan berpengaruh pada karakter, emosi dan perilakunya di masa mendatang.
Lalu, apakah bila anak beranjak besar, tulisannya akan berubah dan berpengaruh pada perubahan kepribadiaannya kelak? Ya, tulisan berubah maka kepribadian berubah. Ada contoh kasus. Ada seseorang yang pendiam, berusia 45 tahun. Ia merasa bingung karena profesinya harus dirotasi dari akunting menjadi marketing.
ADVERTISEMENT
Nah, yang dilakukan adalah mengubah tulisan tangan dan tanda tangannya. Sekarang ia sudah berubah menjadi sosok yang ‘super bawel’. Jadi sekali lagi, memperbaiki postur dan cara menulis akan berdampak pada tulisan dan juga pola perilakunya kelak.