Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Menakar Efektivitas Kurikulum Indonesia
30 September 2023 10:27 WIB
Tulisan dari Sofiana Dewi Jayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh
Sofiana Dewi Jayani, Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd.
ADVERTISEMENT
Mahasiswi S1, Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIPP, UNNES
Indonesia emas 2045, suatu pernyataan dari Presiden Indonesia yakni Bapak Joko Widodo. Istilah ini digunakan negara Indonesia yang mana sudah menyatakan bahwa usia Indonesia sudah 100 tahun, yang mana menjadi harapan bahwa Indonesia sudah bertransformasi menjadi negara maju. Bukan hanya harapan menjadi negara maju, di tahun 2025 ini memiliki suatu hal yang spesial di mana negara akan mengalami bonus demografi (terjadi peningkatan penduduk usia produktif) yang berakibat pada segala aspek di Indonesia baik dari perkembangan ekonomi bahkan perkembangan pendidikan di Indonesia.
Seperti yang kita tahu, zaman sekarang sudah semakin canggih bahkan sampai tercipta teknologi yang memiliki cara berpikir seperti manusia yakni Artificial Intelligence (AI). Apabila warga Indonesia hanya bisa melakukan pekerjaan kasar bukan bekerja cerdas dan yang rata-rata semua orang bisa melakukannya, maka akan berdampak pada lapangan kerja yang mana akan menerapkan upah yang kecil karena siapa pun bisa melakukannya.
ADVERTISEMENT
Hal ini bakal terjadi kalau misal kualitas pendidikan dan kualitas demografi Indonesia tidak seimbang atau lebih ditingkatkan. Lalu, siapkah Indonesia menghadapi bonus demografi dengan pendidikan yang ada?
Meskipun Indonesia menempati peringkat keempat setelah India, China, dan Amerika dalam sistem pendidikan terbesar di dunia. Apakah ukuran tersebut seimbang dengan kualitasnya? Pendidikan Indonesia saja mendapat peringkat 70 dari 79 negara dalam matematika, peringkat 67 dari 79 negara dalam science, dan 66 dari 79 negara di reading yang mana tercantum dalam penelitian yang dilakukan oleh Programme for Internasional Student Assesment (PISA) 2021.
Mengapa bisa separah ini ya? Apa yang salah di dalam pendidikan di Indonesia? Lalu bagaimana kita bisa memperbaiki kondisi ini?
ADVERTISEMENT
Faktanya sektor pendidikan hanya berkontribusi sebesar 3,8 % untuk Indonesia, hal ini berbanding terbalik dengan anggaran yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah sampai 549,5 triliun atau 20% dari APBN. Hal ini sudah menggambarkan bahwa pengaruh dari pendidikan relatif rendah untuk Indonesia.
Mengetahui hal ini, pemerintah juga tidak tinggal diam. Bahkan dari menteri pendidikan yang sekarang yakni Bapak Nadiem memiliki gagasan baru untuk perbaikan kurikulum. Beliau berharap dengan kurikulum baru ini akan membuat para pelajar di Indonesia dapat meningkat potensinya.
Hal ini tak jauh pula dari suatu ide dari publik figur yang kita kenal dengan banyaknya prestasi yang ia dapat yakni Maudy Ayunda, dalam video yang tersebar ia menyampaikan impiannya dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia. Jika ia menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan, ia ingin menghilangkan salah satu bentuk assesment (evaluasi pembelajaran) yakni sistem pilihan ganda atau multiple choice dan menggantinya dengan open ended question (jawaban terbuka).
ADVERTISEMENT
Menurutnya dengan sistem pilihan ganda dihilangkan dan diganti, maka murid dapat memberikan jawaban yang kritis dan guru akan memperbaiki cara mengajarnya, serta mengubah bagaimana orang tua memberikan motivasi atau tindakan untuk mendorong minat anaknya. Idenya ini terlihat lebih terfokus pada bagaimana mengubah cara berpikir para murid dengan tidak memberikan suatu pilihan atau sistem penyaringan yang mana murid akan terdistraksi dengan metode belajar hafalan.
Dengan dihapuskan pilihan ganda ini membuat murid lebih berekspresi dalam memberikan jawaban mereka, ini juga akan melatih kemampuan dalam berpikir kritis. Selain itu, dengan penghapusan sistem pilihan ganda maka akan mengubah juga cara guru dalam mengajar.
Mereka tidak lagi menekankan pada hafalan para murid, tetapi penalaran pada muridnya. Guru akan lebih menilai berpikir kritis dan analisis dari murid tersebut. Maudy pun memiliki misi terbesar lagi jika ia menjadi menteri pendidikan, ia ingin membudayakan cinta belajar di Indonesia. Menurutnya ini bisa menjadi revolusi bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ide dari publik figur ini cukup menarik dengan fakta di lapangan yang mana memang kebanyakan sekolah yang ada di Indonesia memiliki sistem yang menekankan kepada kemampuan mengingat (menghafal) muridnya. Terlihat dari beberapa sumber memberikan fakta bahwa lulusan SD (sekolah dasar) bisa sekitar 95% dari penduduk Indonesia dan lulusan pendidikan menengah seperti SMP dan SMA sekitar 75% dari penduduk Indonesia.
Lalu, sisanya ke mana? Padahal salah satu faktor yang menentukan seberapa tinggi kualitas SDM (sumber daya manusia) di suatu negara atau istilahnya adalah seberapa besar penduduk yang lulus dari sarjana.
Memang benar sekarang sudah diterapkan kurikulum merdeka yang mana membebaskan murid dalam belajar. Bukan lagi teacher center, tetapi student center. Namun, belum semua daerah di Indonesia menerapkan kurikulum merdeka ini. Berbagai faktor yang mempengaruhi penerapan kurikulum yang digagas kan oleh Bapak Nadiem Makarim belum dapat diterapkan pada semua sekolah di Indonesia, seperti kesiapan sekolah yang mana berkaitan dengan perlunya persiapan secara matang dari pihak sekolah termasuk dalam penyiapan sumber daya manusia, sarana prasarana dan kurikulum yang sudah ada sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan sumber daya seperti dana, tenaga pengajar, atau fasilitas pendukung lainnya membuat pihak sekolah terkadang kesulitan dalam menerapkan kurikulum baru seperti kurikulum merdeka secara penuh. Selain itu, setiap sekolah pastinya memiliki kebijakan sendiri terkait kurikulum yang akan diterapkan.
Beberapa sekolah lebih memilih untuk tetap menggunakan kurikulum sebelumnya dengan mempertimbangkan beberapa hal. Dan terlebih kurikulum merdeka atau suatu kurikulum baru memerlukan konsistensi dari semua pihak terkait seperti pendidikan, peserta didik, orang tua atau wali peserta didik dan pihak sekolah yang mana tidak semua sekolah memiliki konsistensi yang cukup untuk menerapkan kurikulum secara efektif.
Selain ungkapan tersebut bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan dari kurikulum yang Bapak Nadiem gagas kan? Apakah kurikulum merdeka memiliki sistem lebih baik dari kurikulum sebelumnya? Ide atau gagasan Kurikulum Merdeka memiliki konsep suatu kemandirian belajar yang mana peserta didik dapat mengeksplorasi sumber belajar yang mereka butuhkan.
ADVERTISEMENT
Peserta didik tidak perlu terpaku pada buku ajar atau buku paket yang disediakan, peserta didik dapat memberikan argumentasi yang mampu meningkatkan pola pikir mereka mengenai suatu hal sehingga yang diharapkan ilmu atau pengetahuan bukan hanya berasal dari buku paket atau pun guru melainkan mereka dapat menggalinya di berbagai sumber.
Namun, apakah semudah itu kurikulum baru ini di terapkan pada semua sekolah di Indonesia? Dalam kurikulum ini memiliki berbagai perubahan baik dari sistem perangkat pembelajaran bahkan mata pelajaran yang akan diajarkan. Namun, hal ini perlu mempertimbangkan lagi sumber daya tenaga pengajarnya, media penunjang pembelajaran, dan kebijakan dari sekolah itu sendiri karena setiap sekolah yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan peserta didik mereka.
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka ini lebih menekankan pada Capaian Pembelajaran yang mana dikutip dari kurikulum.kemdikbud.go.id memberikan informasi terbuka mengenai kurikulum merdeka yang mana memiliki karakteristik dalam pengembangan soft skills dan karakter melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila.
Kurikulum ini berfokus pada materi yang esensial atau relevan dan mendalam serta pembelajaran yang fleksibel yang mana keleluasaan bagi guru untuk menjalankan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta didiknya. Selain itu, sudah dicantumkan pula Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan panduan yang cukup lengkap dan tiga pemilihan implementasi kurikulum merdeka secara mandiri yang meliputi mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi.
Sayangnya menerapkan kurikulum baru ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak problematika yang dihadapi semua pihak sekolah dari pendidik atau guru hingga peserta didiknya dalam penerapan Kurikulum merdeka. Cenderungnya mengacu pada kualitas guru yang mana para guru masih gagap teknologi informasi membuat mereka mengalami keterbatasan dalam menerapkan kurikulum merdeka.
ADVERTISEMENT