Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hakekat Presiden
23 Januari 2024 8:06 WIB
Tulisan dari Sofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Negara ibarat Jasad dan Bangsa Ibarat Jiwa
Jika Negara itu wadah bangsanya, maka ibarat pada manusia, jasad itu wadah jiwanya. Maka negara diibaratkan sebagai jasad dan bangsa (rakyat) diibaratkan sebagai jiwa.
ADVERTISEMENT
Jika bangsa itu terjajah, maka sesungguhnya jiwa itupun terjajah. Jiwa itu suci, jiwa yang suci terjajah oleh nafsu angkara murka nafsu duniawiyah.
Siapa yang menjajah?
Bila pada manusia, yang menjajah itu tentu nafsu angkara murka, mengendalikan jiwa yang suci. Bila itu suatu negara, tentu suara nafsu duniawi jabatan, golongan, harta duniawiah mengalahkan suara rakyat.
Bangsa itulah rakyat. Jadi kemanapun arah tujuan negara, selayaknya sesuai kehendak suara rakyat. Artinya membuktikan bahwa "rakyat" berdaulat penuh atas negaranya, negara dikendalikan oleh rakyatnya. Diibaratkan pada manusia, jiwanya yang suci berdaulat penuh atas jasadnya, bukan nafsu yang berdaulat. Jasadnya dikendalikan penuh oleh jiwanya.
Jadi suara rakyat itu bisa menjadi "power" penentu arah kebijakan berjalannya negara. Itulah kedaulatan rakyat
ADVERTISEMENT
Dalam melaksanakan itu rakyat perlu pembantu atau pelayan yang menjalankan negara, yaitu :
1. Wakilnya (legislatif) yang membuat aturan "sesuai kehendak rakyat" , agar jalannya negar tidak keliru sehingga sampai tujuan, ini sangat penting. Salah dalam membuat rel kebijakan, salah pula arah tujuan negara, ini awal sebuah penataan dalam negara yang perlu dipahami, rusak wakil rakyat, rusak negara ini. karna aturan aturan nya bukan dari suara rakyat, tapi entah darimana itu asalnya, bisa jadi menghasilkan aturan yang tidak pro rakyat.
2. Kaki tangannya (Eksekutif) yang menjakankan aturan agar sampai tujuan. Eksekutif ini menjalankan rel atau jalan yang telah dirumuskan di dalam legislatif atau WAKILNYA RAKYAT. Jika lurus jalan atau aturan yang diproduksi oleh Legislatif, artinya sesuai suara rakyat, maka tujuan negara akan cepat tercapai, tetapi bila sesat jalannya, maka negara akan tersesat, dan isinya taitu rakyatnya akan menderita.
ADVERTISEMENT
3. Akalnya rakyat (yudikatif) yang mengontrol dan monitoring jalannya eksekutif agar tetap lurus di "shirotolmustaqim" , berhak "meniup peluit" bila ada yang jalannya miring miring, agar lurus kembali. Bila ini rusak atau sudah bekerjasama dengan eksekutif, maka tidak ada lagi pengawasan, maka rusaklah negaranya.
Ketiga badan tersebut adalah "pelayan rakyat" membantu agar "kehendak rakyat" bisa terpenuhi dengan baik.
Presiden dan anak buahnya, wakil rakyat dan anak buahnya, serta yudikatif dan anak buahnya, semua itu adalah para "pelayan rakyat" yang apabila dirasa tidak berpihak kepada rakyat sebagai pemilik wadah (negara) ini, bisa diganti atas kehendak rakyat.
Maka dari itu ketika jalannya suatu negara sudah "tidak sesuai" kehendak rakyat, kita waspada, siapa yang mengendalikan negara ini, mengapa bukan suara rakyatnya sendiri. Sehingga tidak berpihak kepada rakyatnya sendiri. Artinya bangsa ini telah terjajah oleh kekuatan lain, sehingga suara rakyat bangsa ini tidak kuasa, ini yang disebut rakyat tidak berdaulat, terjajah oleh kepentingan yang bukan kepentingan rakyat, bisa dikatakan rakyatnya belum merdeka.
ADVERTISEMENT
Ibarat manusia, jika jalannya manusia kok miring miring, ternyata manusia ini tidak dikendalikan jiwa sucinya, tapi sudah dikendalikan oleh nafsunya. Sehingga jalannya sudah tidak "on the track" lagi, menyimpang dari tujuannya. Ini bisa dikatakan jiwanya belum merdeka, masih terjajah nafsu duniawinya.
Artinya ada kekuatan dari "luar" itu yg membuat bangsa (jiwa) atau rakyat ini pingsan atau tidak sadar, sehingga negara (jasad) ini bisa dikendalikan kesana kemari mengikuti kehendak yang mengendali tadi.
Siapa yang mengendali kalau bukan suara rakyat?
Tentu sudah bukan suara rakyat itu bisikan bisikan nafsu angkara murka demi keuntungan golongan atau pribadi, bukan keuntungan rakyat.
Inilah yang disebut "penjajahan", yaitu pengambil alihan kendali dari bangsa atau rakyat untuk mengendali negara. Sehingga rakyatnya tak bisa mengendakikan negaranya dan negaranya berjalan menyimpang dari kehendak rakyat dan tidak berpihak kepada rakyatnya, tapi berpihak pada kekuatan lain selain suara rakyat. Kekuatan itu yang hanya memikirkan kepentingan pribadi atau golongan, sudah tidak mementingkan rakyatnya. Nafsu nafsu jabatan, nafsu kekuasaan, nafsu keduniaan, tanpa menghiraukan sesama, satu bangsa, bangsa manusia.
ADVERTISEMENT
Penjajahan inilah yang tidak sesuai dengan "peri kemanusiaan dan peri keadilan", maka penjajahan ini harus dihapuskan. Baru bisa MERDEKA.
Presiden
Seorang presiden dan seluruh anak buahnya adalah pimpinan "pelayan rakyat" dan seluruh anak buahnya, merupakan suatu organisasi yang melayani rakyat pemilik negara.
Semua kehendak rakyat, dijalankan oleh presiden dan anak buahnya. Dananya pun kepunyaan rakyat, diberikan kepada pemerintah selaku pelayan atau istilah keren nya "manajemen" negara ini untuk membangun dan mensejahterakan rakyat sebagai "pemilik" negara.
Ibarat ada satu rumah, yang dipunyai oleh rakyat, mengangkat kepala pelayan bernama presiden.
Pelayan ini diberikan tugas memasak, diberikan uang biaya memasak oleh yang punya rumah, setelah matang semua masakannya malah dimakan pelayannya sendiri, lalu uang kembaliannya pun dibagi bagi oleh para pelayan tsb, sehingga tuan rumahnya tidak kebagian apa apa.
ADVERTISEMENT
Ini namanya "pelayan menjajah tuan rumah" atau "kedaulatan tuan rumah sudah tidak ada" yang ada hanya "kedaulatan para pelayan".
Maka yang seperti ini selayaknya disadari oleh pemilik rumah jangan sampai pelayannya "menjajah" rumah tangganya sendiri.
Pilihlah pelayan yang benar benar mensejahterakan tuan rumah, program programnya mensejahterakan tuan rumah, bukan mensejahterakan para pelayan dan kawan kawannya saja. Pemilik rumah berhak mengganti atau memberhentikan tanpa harus melalui wakilnya, bila dinilai wakilnya sudah tidak mewakilinya. Ini namanya baru "tuan rumah menjadi berdaulat" dan " Merdeka"
Selamat merenungi siapa sebenarnya pemilik negara ini, siapa sebenarnya pelayan yang harus melayani pemilik negara, dan apakah negara ini masih berjalan dengan baik dengan parameter parameter kedaulatan rakyat sebagai pemilik negara, kesejahteraan rakyatnya apakah sudah tercapai atau belum, lalu langkah apa yang seharusnya dilakukan bersama, bergotong royong dengan damai meng on the track kan lagi berjalannya negara ini, monggo direnungi bersama.
ADVERTISEMENT
Presiden dan anak buahnya adalah Pelayan Rakyat. Kekuasaan Tertinggi ada d tangan rakyat, tapi di atas rakyat masih ada Tuhan sang Pencipta
Terimakasih.