Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Karena Zidane adalah Seorang Melankolis
26 Januari 2018 20:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Irawan Aji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Zinedine Zidane, sedang dalam sorotan negatif sekarang. Adalah klub semenjana bernama Leganes, membuat lampu sorot media jadi makin fokus. Dia gagal membawa Madrid ke semifinal piala raja Spanyol. Zidane sedang dalam fase titik nadir di dinamika karier kepelatihannya bersama Real Madrid.
Namun yang lebih menarik adalah, melihat respons Zidane di fase tersebut. Ada hal unik yang tampak mengenai respons itu. Sebuah kepribadian yang tak semua pelatih klub besar punya. Ini lebih menarik daripada membicarakan permainan Zidane saat kalah secara teknis. Zidane, adalah pribadi yang melankolis.
ADVERTISEMENT
Hal ini bisa terlihat dari statement-statement-nya yang keluar setelah laga. Baik menang, terlebih saat kalah. Dia terlihat selalu membela para pemainnya dari serangan verbal dan nonverbal pihak luar. Dia terlebih dahulu menyalahkan dirinya sendiri. Hal yang sulit dilakukan orang dengan tipe kepribadian selain melankolis, apalagi politisi.
"Jelas hasil ini adalah kegagalan bagi saya. Saya bertanggung jawab sepenuhnya. Kami akan melihat situasi dan saya akan menjadi yang pertama untuk disalahkan. Kami akan terus berjuang, tak ada solusi lain. Saya yang harus menemukan solusi buat tim untuk lebih efisien", tegas Zidane dikutip dari Marca (25/01).
Tipe Kepribadian si Melankolis
Seorang yang pertama kali mengelompokan tipe kepribadian adalah Hippocrates, seorang dokter/tabib Yunani kuno pada 460-370 SM. Dia berpendapat, jika temperamen manusia dipengaruhi oleh 4 unsur penting dalam tubuh seseorang. Yaitu, kering (Chloe), basah (Melanchloe), dingin (Plegma), dan panas (Sanguinis).
Kemudian pendapat ini dipertegas oleh Galenus, yang juga seorang dokter jaman Yunani kuno penganut prinsip-prinsip dasar Hippocrates. Galenus, menajamkan lagi postulat Hippocrates tersebut. Baginya, dominasi salah satu unsur atau cairan diatas akan menciptakan kepribadian khas seseorang. Sama seperti penamaan 4 unsur dari Hippocrates, empat kepribadian khas itu adalah Koleris, Plegmatis, Sanguinis, dan Melankolis.
ADVERTISEMENT
Secara umum saja, karena kajian mendetail akan memakan tempat serta waktu. Berkaitan dengan kepribadian Melankolis. Orang dengan tipe ini punya kecenderungan tertutup, namun cerdas dan sangat kritis dalam berpikir. Mereka cenderung mengerjakan sesuatu lebih tekun ketimbang kepribadian lainnya.
Mereka adalah pengabdi sebuah proses, hingga kecenderungan akan hasil bisa dikatakan nomor dua. Cenderung memahami proses itu setahap demi setahap, dengan tiap tahapan dipahami sangat serius. Satu yang menonjol, adalah kemampuan menganalisis sesuatu.
Kepribadian jenis ini memiliki kemampuan 'di balik layar', dan sebenarnya paham sekali apa yang sedang terjadi. Mereka bisa melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh sebagian besar orang lain, karena ketajaman tingkat ketelitian dan kedalaman analisisnya. Mereka punya insting dan bakat sebagai penemu.
ADVERTISEMENT
Dalam hal kepemimpinan, jenis kepribadian ini tidak senang mendesak agar keputusannya diterima sebuah kelompok. Mereka tidak peduli dengan pujian meski baru saja berhasil melakukan hal besar. Melankolis, senang menjadi benar bukan karena merasa lebih baik dari yang lain, melainkan karena hanya ingin menjadi benar, apalagi yang menyangkut kinerja.
Sama seperti tipe Plegmatis, orang melankolis senang berlama-lama mendekati permasalahan dengan cara yang sama. Apalagi jika cara itu sudah terbukti memberikan keberhasilan. Jika sudah terbukti berhasil satu kali, mengapa harus mengubah caranya?
Kecenderungan lain, adalah sangat analitis. Tipe ini akan memecah permasalahan menjadi bagian-bagian kecil untuk dianalisis. Kabar buruknya, mereka juga punya kecenderungan tak bisa melihat gambaran lebih luas/besar saat bekerja dengan komponen-komponen kecil itu.
ADVERTISEMENT
Karena kecenderungan yang tertutup (introvert), maka si melankolis punya sensitivitas tinggi. Mereka mudah tersinggung bila ada orang langsung menunjukkan kesalahan yang telah mereka lakukan. Perasaan mereka cenderung lebih peka daripada logika. Dengan itu, mereka akan dengan mudah menunjuk diri sendiri dulu sebagai sumber kesalahan, alih-alih menyalahkan orang lain.
Seperti itu garis besar kecenderungan kepribadian dari seorang melankolis. Tentu, kajian psikologi yang lebih mendalam akan membuat pendekatan ini jadi lebih terukur lagi. Ingat juga, menyimpulkan kepribadian seseorang adalah hal kompleks. Bisa jadi dalam satu momen tampak melankolis, dan dalam momen lain menunjukan sifat-sifat sanguinis atau yang lain.
Zidane, Cari Skuat Baru, atau Cari Klub Baru
Jika Sir Alex Ferguson punya sisi melankolis yang mampu dia manfaatkan sesuai dinamika sepakbola di eranya, maka Zidane kesulitan untuk itu. Zidane, adalah mantan pemain legendaris yang tahu betul seperti apa pemain ingin diperlakukan. Inilah yang kemudian jadi masalah.
ADVERTISEMENT
Saat Madrid lepas dari era Rafael Benitez, sisi melankolis Zizou di pertengahan musim 2015/2016 adalah obat manjur yang dibutuhkan Los Blancos kala itu. Moral skuat Madrid sedang anjlok akibat tingkat kepercayaan pemain pada sosok Benitez lumayan runyam.
Faktor moral pemain jadi prioritas. Stabilitas ruang ganti tim dengan ego pemain-pemain bintang yang sempat oleng, adalah tugas utama. Dan Zidane sangat berhasil. Secara skuat, dia masih mewarisi trio gedor BBC nya Benitez, sampai saat ini. Secara taktikal, Zidane tak banyak melakukan perubahan. Hanya pembenahan lini belakang yang keropos, dan kembali berfungsinya poros gelandang serang sedikit jadi perubahan saat itu.
Artinya, Zidane berhasil memecah permasalahan besar Madrid menjadi kepingan untuk dianalisis (saat itu). Dia bekerja maksimal di kepingan kecil itu. Moral pemain meningkat, gelar juara berjajar setiap saat. Sampai waktu menunjukan hari ini.
ADVERTISEMENT
Ketika Zizou dihabisi kritik media bertubi-tubi. Saat Madrid terseok-seok dan oleng lagi. Pun begitu, Zidane masih kekeuh jika skuat belum perlu penyegaran. Madrid tak perlu belanja pemain. Sebagai seorang melankolis, mungkin Zidane tak enak hati jika ada salah seorang pemainnya yang terpinggirkan. Dia akan ikut merasakan.
Namun, dinamika sepakbola Eropa adalah gambaran besar dari setiap kepingan kecil yang dilakukan Zidane dulu. Artinya, semua tim bergerak, merespons persaingan. Barcelona, rival klasiknya itu, paham jika generasi baru La Masia butuh waktu panjang untuk kembali berkontribusi. Maka perubahan filosofi klub, meski tak akan populer di mata fans, adalah jawaban dari tantangan yang akan datang.
Sementara Zidane, masih juga memakai filosofi lamanya. Saat cara melankolisnya itu bekerja maksimal dari awal dia datang, sampai awal musim ini. Ironisnya, caranya itu menghasilkan kondisi terbalik sekarang. Madrid tak mampu lagi menunjukkan performa menawan, bahkan terpuruk.
ADVERTISEMENT
"Hasil akhir ini memang logis, lawan sudah memainkan permainan mereka dan kami tidak. Saya harus bisa bertanggung jawab atas hal ini. Ini menjadi kegagalan saya. Kami menang 1-0 di sana, namun saya marah dengan apa yang sudah terjadi dan tidak bisa mengerti hal ini bisa terjadi," kata Zidane pasca kalah dari Leganes. Dikutip dari fourfourtwo (25/01)
Seperti garis besar kepribadian melankolis, kecenderungan besar Zidane akan selalu meyakini kebenaran versinya itu. Dia akan sulit berubah, meski kondisi memaksanya berubah. Dia sudah tak mampu menjelaskan mengapa kebenaran yang diyakini itu terus-terusan membawa Madrid, pelan tapi pasti, berada dalam masalah. Zidane kebingungan.
"Saya sadar saya sudah membuat banyak kesalahan. Saya marah kepada diri sendiri, bukan para pemain. Solusi akan hal ini adalah terus bekerja keras lagi," lanjut Zizou.
Opini saya, filosofi pendekatan melatih berdasar kecenderungan kepribadian Zidane, sepertinya efektif diterapkan di lingkungan yang baru. Seperti saat dia masuk menggantikan Benitez itu. Artinya, Zidane harus mencari skuat baru. Atau, dia yang keluar mencari klub baru.
ADVERTISEMENT
(Nb: tulisan ini hasil diskusi kecil-kecilan dengan istri sendiri, yang kebetulan jebolan Fak Psi Universitas negeri yang tak terlalu terkenal. Dipersilakan untuk menanggapi)
Referensi:
marca.com, fourfourtwo.com, bola.com, rappler.com, dosenpsikologi.com, dictio.id