Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Nusa Berdaya Social Enterprise: Angkat Masalah Kemiskinan Untuk Tujuan Pendidikan
3 November 2017 20:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Soprema UGM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu kegiatan pemberdayaan oleh Nusa Berdaya adalah dengan melakukan pelatihan pembuatan sabun kepada masyarakat, salah satunya di Raja Ampat.
ADVERTISEMENT
Yogyakarta - Pendidikan dan kemiskinan di Indonesia adalah dua masalah yang masih belum bisa diselesaikan, khususnya di Nusa Penida, Bali. Inilah masalah yang diangkat oleh Nusa Berdaya Social Enterprise. Pendidikan adalah tujuan utama yang ingin dicapai oleh mereka. Namun, untuk mencapainya, mereka terlebih dahulu menuntaskan masalah kemiskinan yang ada di Nusa Penida.
Di awal tahun 2017, setidaknya terdapat delapan dari 16 desa yang mengalami kemiskinan, di antaranya adalah Desa Pejukutan, Desa Tanglad, Desa Batumadeg, Desa Batukandik, Desa Sekartaji, Desa Klumpu, Desa Bunga Mekar, dan Desa Sakti (sumber: Bali Pos). Tingginya angka kemiskinan di Nusa Penida membuat Nusa Berdaya Social Enterprise menjadikannya pintu untuk menyelesaikan masalah pendidikan di sana.
“Pada tahun 2013, kami sempat mengajar anak-anak di Nusa Penida, namun kami mendapatkan protes dari para orang tua karena waktu yang kami gunakan adalah waktunya anak-anak mencari pakan ternak,” kata Kadek Agus, COO sekaligus Marketing Nusa Berdaya Social Enterprise. Bersama dengan Andriza Syarifudin dan Retno Nuraini, muncullan ide untuk mengangkat masalah pendidikan. Namun melihat keadaan tersebut, mereka berpikir jika masalah perekonomian keluarga masih di bawah garis kemiskinan, maka tidak bisa mencapai tujuan utama untuk ikut mencerdaskan bangsa.
ADVERTISEMENT
Alam Nusa Penida kaya. Nusa Berdaya Social Enterprise memanfaatkannya dengan membuat produk berupa sabun natural. Sabun yang diberi merek “Noesa” itu terbuat dari hasil pertanian dari para petani lokal. Hingga saat ini, mereka telah bekerjasama dengan para petani dan ibu rumah tangga. Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah dengan membeli hasil pertanian dengan harga lebih mahal dan pengelolahan lebih lanjut, misalnya untuk rumput laut yang awalnya dijual Rp 7.000,-/kg dibeli seharga Rp 30.000,-/kg oleh Nusa Berdaya Social Enterprise. Selain itu untuk ibu-ibu rumah tangga masih diterapkan sistem gaji sebesar Rp 60.000,- dalam setiap pembuatan sabun yang memakan waktu sekitar tiga jam setiap kali pembuatan.
Dengan sistem tersebut, Nusa Berdaya Social Enterprise mampu mengantongi omzet sebesar Rp 6 juta/bulan dari harga jual satuan sabun sebesar Rp 35.000,-. Adapun pasar yang dituju adalah di kawasan Nusa Penida sebagai oleh-oleh khas Nusa Penida dan di ekspor ke Jerman, Arab Saudi, Belanda, dan Amerika. “Sebenarnya tujuan kami mendirikan usaha ini untuk pendidikan, tapi untuk saat ini masih belum dilaksanakan karena bisnis masih kurang berjalan dengan lancar, sehingga kami ingin fokus terlebih dahulu menjalankan bisnis sebelum ke tujuan sebenarnya,” tegas Agus.
ADVERTISEMENT
Agus juga menuturkan bahwa masalah legalitas adalah tantangan yang saat ini mereka hadapi. Hal ini dikarenakan produk mereka masuk ke dalam kategori kosmetik, di mana mengharuskan mereka memiliki BPOM dan pabrik yang sesuai standar tersebut. Belum tercukupinya dana menjadikan Nusa Berdaya Social Enterprise belum memperoleh izin BPOM.
“Saat ini memang kegiatan kami baru memberdayakan para petani dan ibu-ibu rumah tangga, namun ke depannya kami berencana untuk melakukan kegiatan sosial untuk pendidikan seperti menyumbang buku-buku ke perpustakaan sekolah mengingat buku-buku yang ada di sekolah-sekolah di Nusa Penida saat ini masih kurang variatif,” ujar Agus. Ia juga menambahkan bahwa ilmu-ilmu baru dalam berbisnis di dapatkan melalui Kompetisi dan Expo Sociopreneur Muda Indonesia (SOPREMA) 2017 yang diselenggarakan oleh Youth Studies Centre FISIPOL UGM. Ia mengatakan bahwa SOPREMA tidak hanya ajang untuk mencari yang terbaik tetapi juga mempertemukan para peserta dari sabang sampai merauke dengan usaha yang bermacam-macam dan ide yang sangat luar biasa sehingga hal ini membuat peserta menemukan sudut pandang baru dalam hal berbisnis mendapat begitu banyak jaringan.
ADVERTISEMENT
Nusa Berdaya Social Enterprise melalui Agus mengatakan,”Harapannya, tahun depan kami sudah bisa menjalankan visi dan misi awal kami, yaitu untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyumbangkan buku-buku ke sekolah. Kalau bisa, tahun depan kami juga bisa membuat perpustakaan yang bisa diakses oleh anak-anak di Nusa Penida,” tutup Agus.
Penulis : Nivita Saldyni Adiibah
Editor : Gilang Desti Parahita, SIP, MA.