Pelajaran Kepemimpinan dari Sutopo Purwo Nugroho

Sridewanto Pinuji
Penulis untuk topik mengenai kepemimpinan. Sila kontak [email protected]
Konten dari Pengguna
13 Juli 2019 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sridewanto Pinuji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berita dukacita datang dari Guangzhou, China. Isi berita tersebut adalah: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), wafat sekitar pukul 02.00 waktu setempat atau 01.00 WIB hari Minggu, 7 Juli 2019. Sebelumnya, Pak Topo--sapaan akrabnya--berada di Guangzhou untuk melakukan pengobatan penyakit kanker paru-paru stadium 4B yang dideritanya.
Penulis beruntung bisa bekerja di bawah arahan dan bimbingan Pak Topo, sejak tahun 2010 saat penanganan letusan Gunung Merapi hingga September tahun 2018. Rasa haru, duka, dan sedih tentu menyelimuti mereka yang mengenal Pak Topo. Namun, sudah selayaknya pula kita bersama mengenang dan meneladani apa yang sudah Pak Topo lakukan sepanjang kariernya sebagai ‘Sang Informan Bencana’.
Sutopo membawakan, menyerahkan, dan mengucapkan selamat kepada stafnya yang berulang tahun. Foto diambil pada 17 November 2017, sekitar sebulan sebelum vonis kanker disampaikan dokter. Foto: koleksi pribadi Ratih, staf Pak Topo.
Sebagai seorang pemimpin, Sutopo selalu mengingatkan para pegawainya untuk bekerja dengan hati. Pak Topo menuntut proses yang menghasilkan kesempurnaan dalam bekerja. Pernah satu ketika, penulis harus berulang kali merevisi bahan paparan Pak Topo, karena ada saja hal yang menurutnya masih kurang.
ADVERTISEMENT
“Paparan yang baik itu juga harus mengandung nilai seni, bukan sekadar menggabung-gabungkan berbagai bahan,” begitu kurang lebih pesan Pak Topo saat itu.
Menurut Pak Topo, bekerja dengan hati juga berarti mengerjakan sesuatu melebihi daripada sekadar yang diminta. Dalam hidupnya, Pak Topo melakukan tugas melebihi dari yang seharusnya. Sebagai Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) BNPB, tugasnya mengabarkan informasi kebencanaan kepada masyarakat.
Umumnya, humas menyampaikan keterangan melalui rilis pers. Namun, Sutopo hampir 24 jam siap sedia memberikan informasi kepada masyarakat, baik melalui cara tradisional melalui rilis pers hingga wawancara dengan stasiun televisi dan radio. Bahkan, Sutopo juga selalu aktif di berbagai akun media sosial miliknya, di grup-grup percakapan, dan berinteraksi dengan khalayak luas secara langsung.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho (kiri), berbincang dengan penyanyi Raisa Andriana di kumparan. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Hal ketiga dari upaya ‘bekerja dengan hati’ Sutopo adalah dirinya tidak segan untuk mengerjakan sendiri berbagai hal. Dalam rilis berita, misalnya, Sutopo akan mencari-cari sendiri sumber informasi, mengolah, menulis, hingga kemudian menyebarkan sendiri ke jejaring wartawan dan juga masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebagai pemimpin, Sutopo juga memberikan ruang berinovasi dan berkembang yang sangat luas kepada para pegawainya. Misalnya, pegawai diberikan kesempatan untuk tugas belajar. Di lingkungan kerja yang dipimpinnya, saat ini sudah banyak S2 yang lulus atau sedang melanjutkan pendidikan.
Pak Topo merupakan seseorang yang gemar belajar, termasuk dari para pegawainya. Misalnya, dirinya tidak akrab dengan Twitter di awal kemunculan platform tersebut.
Tanpa segan, ia mempelajari aplikasi ini dari para pegawainya, lalu minta dipasangkan aplikasi Twitter di gawainya, dan setelah itu menjadi sejarah; Pak Topo bisa menggunakan Twitter. Pak Topo sangat piawai menggunakan media sosial tersebut untuk menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan para pengikutnya.
Ruang inovasi lain yang diberikan Sutopo kepada para pegawainya adalah untuk berbuat kesalahan. Lagi-lagi, contohnya ketika ia akan melakukan konferensi pers saat satu bencana besar terjadi di negeri ini. Di saat seperti ini, Pak Topo akan sibuk melayani pertanyaan wawancara, sehingga tidak sempat menyusun sendiri paparannya.
ADVERTISEMENT
Biasanya dengan tergopoh-gopoh dan mimik yang sangat serius, Pak Topo akan masuk ke dalam ruangan konferensi pers. Ia sudah membawa poin-poin yang akan disampaikan dan tugas penulis beserta rekan lain adalah mengisi berbagai poin itu dengan data, fakta, dan analisis.
Seorang kerabat membawa foto Almarhum Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat pemakaman di Tempat Pemakaman Umum Sonolayu, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (8/7). Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Setelah draft paparan jadi, Sutopo akan memeriksa, mengoreksi, meminta data lain, atau memberikan data baru. Hasil akhir dari semua proses ini adalah paparan yang disampaikan Sutopo di hadapan wartawan untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Pelajaran kepemimpinan terakhir dari Sutopo adalah ‘bekerjalah untuk kepentingan orang lain.’ Penulis menduga, inilah alasan dan dorongan yang menggerakkan Sutopo, bahkan dalam masa-masa perawatan penyakitnya untuk terus bekerja sebaik-baiknya bagi bangsa dan negara.
Inilah pula yang kemudian membuatnya dikenal, diakui, dan dihormati oleh berbagai kalangan. Bahkan hingga mengantarkan pertemuannya dengan Presiden Jokowi dan Raisa.
ADVERTISEMENT
Sebagai humas, Sutopo memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi kebencanaan di Tanah Air. Pada saat yang sama, Sutopo juga menyampaikan informasi soal kebutuhan yang diperlukan untuk masyarakat terdampak bencana, sehingga para aktivis, relawan, donor, dan institusi pemerintah dapat mengarahkan bantuan yang tepat ke lokasi-lokasi bencana.
Informasi dari Sutopo juga menenangkan jiwa para kerabat dan handai tolan yang saudaranya terkena bencana, karena mereka menjadi tahu seberapa besar kekuatan bencana melanda satu daerah dan nasib saudara-saudaranya.
Di tengah derasnya informasi dan hoaks, informasi dari Sutopo laksana tetes embun yang bening di gurun tandus. Dirinya menjadi sumber informasi yang terpercaya, akurat, dan sekaligus resmi dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
Banyak penghargaan yang sudah diterima Pak Topo karena berbagai prestasi dan dedikasi untuk negeri. Tugas kita sekarang melanjutkan perjuangan dan upayanya untuk membangun ketangguhan bangsa menghadapi bencana dengan meneladani hal-hal baik yang dilakukannya selama ini.
Selamat jalan, Pak Topo.