Metamesta Eliminasi TBC Berbasis Community Outreach

Shubuha Pilar Naredia
Dosen Sosiologi FISIP UNS. Praktisi Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Karanganyar.
Konten dari Pengguna
5 Maret 2024 12:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shubuha Pilar Naredia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Waspadai TBC. Foto: Studio.51/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Waspadai TBC. Foto: Studio.51/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eliminasi TBC tahun 2030 merupakan cita-cita pemerintah pada salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan cukup kompleks di Indonesia. TBC menjadi salah satu penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Penderita TBC tidak hanya dewasa namun juga anak-anak. Mayoritas penderita TBC merupakan masyarakat yang tinggal di lingkungan padat yang minim akan sirkulasi udara dan pencahayaan matahari. Kondisi semacam ini sangat disukai oleh bakteri TBC karena dapat dengan cepat tumbuh dan berkembang biak.
Banyak sekali kota-kota besar di Indonesia yang menjadi kota favorit masyarakat sebagai tempat tinggal untuk mencari penghidupan yang lebih layak dari kota tempat tinggal sebelumnya. Seperti contohnya: Jakarta, Surabaya, Semarang, dan masih banyak lagi. Di kota-kota besar tersebut banyak perkampungan dengan masyarakat yang sangat padat.
Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat adalah sistem hidup bersama yang memunculkan kebudayaan dan keterikatan satu sama lain, di mana berbagai pola tingkah laku yang khas menjadi pengikat satu kesatuan manusia dan bersifat berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat yang hidup bersama dalam suatu wilayah, akan menciptakan suatu kebudayaan karena melakukan interaksi dalam waktu yang cukup lama dan terjadi terus menerus. Interaksi ini menjadi sesuatu yang berjalan secara natural karena kebiasaan. Konsep ini yang menguatkan pernyataan bahwa penularan TBC dapat dengan cepat karena adanya interaksi yang intens yang dilakukan oleh pasien TBC dengan masyarakat yang menjalin kontak dengannya.
Dalam program eliminasi TBC, seseorang yang melakukan interaksi langsung dengan pasien TBC disebut dengan ‘kontak’. Kontak dikategorikan menjadi dua yaitu kontak serumah dan kontak kontak erat. Kontak serumah adalah seseorang atau sekelompok orang yang tinggal satu atap dengan pasien TBC.
Kontak serumah ini biasanya merupakan keluarga inti dari pasien, seperti suami/istri, bapak/ibu, dan anak. Namun tidak menutup kemungkinan untuk kasus tertentu di mana dalam satu atap dihuni oleh keluarga besar dengan lebih dari dua Kepala Keluarga. Sehingga tidak hanya suami/istri, bapak/ibu, dan anak, namun juga ada kakek/nenek, bude/pakde, om/tante, dan keluarga lainnya di luar keluarga inti.
ADVERTISEMENT
Interaksi yang terjalin antara pasien dan kontak erat merupakan interaksi yang cukup intens karena berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Aktivitas sehari-hari dilakukan secara terus-menerus dalam satu lingkungan yang cukup padat. Tidak jarang benda-benda yang digunakan pun sama, seperti: gelas, piring, sendok, bahkan kamar mandi.
Antara pasien dengan kontak serumah sering tidak ada sekat, terlebih untuk anggota keluarga yang minim pengetahuan terkait TBC, sehingga belum mengetahui gejala TBC dan upaya mencegah penularan TBC. Karena sering kali TBC dianggap sebagai penyakit biasa dengan gejala batuk yang nanti akan sembuh dengan sendirinya. Sehingga edukasi tentang TBC sangat diperlukan terlebih untuk kontak serumah.
Hal ini seperti Investigasi Kontak yang selama ini dijalankan oleh Komunitas Mentari Sehat Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar dengan melakukan kunjungan ke rumah pasien bersama petugas TBC puskesmas untuk memberikan edukasi tentang TBC agar kontak serumah dengan pasien dapat mengetahui informasi dasar TBC serta dapat melakukan pencegahan penularan TBC.
ADVERTISEMENT
Investigasi Kontak juga bertujuan untuk melakukan skrining TBC pada anggota keluarga pasien sebagai upaya deteksi dini penularan TBC dengan merujuk anggota keluarga yang bergejala TBC seperti batuk yang sudah lebih dari dua minggu dan tak kunjung sembuh untuk melakukan pengecekan dahak melalui Tes Cepat Molekuler (TCM) sebagai salah satu cara diagnosa TBC.
Selain kontak serumah, pasien juga menjalin interaksi dengan kontak erat. Dilansir dari Petunjuk Teknis Investigasi Kontak Pasien TBC Bagi Petugas Kesehatan Dan Kader yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kontak erat adalah orang yang tidak tinggal serumah, tetapi sering bertemu dengan kasus indeks dalam waktu yang cukup lama, yang intensitas berkontaknya hampir sama dengan kontak serumah.
ADVERTISEMENT
Misalnya orang yang berada pada ruangan lingkungan yang sama (tempat kerja, ruang pertemuan, fasilitas umum, rumah sakit, sekolah, tempat penitipan anak) dalam waktu yang cukup lama dengan kasus indeks, dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Untuk meningkatkan penemuan kasus TBC, community outreach menjadi salah satu alternatif yang saat ini digunakan oleh komunitas dan petugas kesehatan.
Community Outreach sendiri merupakan upaya untuk meningkatkan penemuan kasus TBC dengan cara mendeteksi secara sistematis terhadap masyarakat di lingkungan sekitar Indeks Kasus yang sebelumnya telah dilakukan Investigasi Kontak. Hal ini dinilai sangat efektif karena dapat menemukan kontak yang menjadi terduga terdampak penularan TBC dan juga dapat menemukan terduga sumber yang menularkan TBC.
ADVERTISEMENT