Konten dari Pengguna

Esai :Sikap Negara Maju Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina

STEVEN FERNANDO PHANGJAYA
Penulis dari SMA Citra Berkat Tangerang
17 Februari 2022 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari STEVEN FERNANDO PHANGJAYA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini banyak isu-isu perang yang beredar dikarenakan memanas dan memuncaknya konflik antara Rusia dan Ukraina. Dilansir dari AFP, pada Rabu (16/2/22), "Kami siap untuk bekerja sama lebih jauh. Kami siap untuk masuk ke jalur negosiasi," ujar Putin. Meskipun begitu, Rusia telah menempatkan banyak pasukan militer di sekitar Ukraina dan terlihat akan berperang. Dunia tahu ketegangan pada konflik ini akan menjerumuskan kita ke perang dunia ke-3. Jadi, apa sajakah yang dilakukan negara-negara maju untuk mencegah terulangnya kembali tragedi mengerikan seperti perang?
ADVERTISEMENT
Dimulai dari Amerika, dilansir dari CNBC Indonesia, "Untuk warga Rusia, Anda bukan musuh kami dan saya tidak yakin Anda menginginkan perang berdarah yang merusak melawan Ukraina," kata Biden. Jelas dikatakan bahwa Negeri Paman Sam satu ini akan mengambil langkah tegas jika Rusia mengerahkan pasukannya ke wilayah Ukraina. Amerika tentu tidak akan segan untuk mengerahkan pasukannya untuk membantu Ukraina, yang dirumorkan ingin bergabung ke NATO. Amerika, dibantu dengan negara-negara maju di Eropa juga siap menghancurkan Rusia dalam bidang ekonomi, sehingga perekonomian Rusia dapat hancur.
Meski tuntutan Rusia agar Ukraina tidak bergabung dalam NATO dapat dipahami, menurut saya itu tetap berlebihan untuk mengerahkan pasukan sebanyak itu di wilayah perbatasan Ukraina. Ancaman potensi perang dunia jauh lebih besar, buruk dan nyata jika dibandingkan dengan agenda Rusia untuk menghentikan budaya barat memasuki wilayah di dekat Rusia. Tidak hanya itu, berdasarkan berita dari berbagai sumber yang menyatakan negosiasi dengan rusia gagal dalam beberapa perundingan, Rusia bersikeras untuk dipenuhi tuntutannya agar Ukraina tidak bergabung ke NATO. Rusia hanya tidak ingin negara yang berbatasan dengannya dapat dimasuki dengan mudah oleh NATO.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, negara maju di bagian selatan Rusia yakni Cina memilih untuk mendukung Rusia untuk hal yang menjadi dasar dari konflik Rusia-Ukraina ini. Negeri Tiongkok ini memang sudah dari dahulu memiliki kesepahaman dengan negara Rusia, seperti sekarang, yakni dengan tidak menyetujuinya Ukraina bergabung ke NATO. Menurut saya, Cina juga tidak menyukai dengan ekspansi militer NATO sampai ke Ukraina. Berdasarkan video berita di kompas (5/2/22), Sebagai gantinya Rusia Pun menyetujui kebijakan Satu Cina Beijing yang mendukung kepemilikan Taiwan kepada Cina. Kedua negara ini memang merupakan negara terpandang di dunia ini. Keduanya bahkan mampu untuk melawan negara barat dan sekutunya di Eropa Timur. Rusia bahkan tidak ingin menarik mundur pasukannya sebelum tuntutan mereka dipenuhi.
ADVERTISEMENT
Kabar baiknya, Rusia masih menahan untuk menginvasi Ukraina. Ditambah dengan potensi melawan negara barat dan sekutunya di Eropa Timur. Masih ada harapan perang dapat dicegah, dan tentunya akan sangat mengecewakan bagi dunia jika Rusia, negara dengan begitu banyak sejarah dan budayanya menjadi negara yang memicu perang dunia ke-3. Rusia masih ingin bernegosiasi yang tentunya sampai tuntutan mereka disetujui oleh NATO dan sekutunya.
Mari berharap agar konflik ini dapat segera usai dan menemukan titik akhir dan solusi yang baik bagi semua belah pihak. Semoga dari konflik ini dapat menjadi pembelajaran yang positif bagi semua negara di belahan dunia mana pun bahwa potensi ancaman perang bisa membuat ketegangan antara banyak negara, bahkan di seluruh dunia akan waspada dengan ancaman itu. Dengan ini, pikiran semua negara dan masyarakat didalamnya akan terbuka dan sadar, agar semuanya dapat bersatu untuk mencegah terjadinya konflik dan mengutamakan musyawarah atau diskusi untuk menyelesaikan permasalahan apapun.
ADVERTISEMENT