Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Kisah Nelayan Palabuhanratu di Balik Suksesnya Bakso Ikan Sinar Bahari
27 Maret 2019 11:51 WIB

ADVERTISEMENT
SUKABUMIUPDATE.com - Bakso ikan Sinar Bahari, nama yang tak asing di kalangan penggemar kuliner karena sebaran pemasaran bakso ini mencakup seluruh daerah di Jawa Barat. Tapi siapa sangka, ada tangan dingin seorang nelayan di balik produk makanan rumahan yang sudah diproduksi sejak 1990 ini.
ADVERTISEMENT
Dialah Baden Sobari, seorang mantan nelayan yang kini berusia 70 tahun, yang pertama kali mencetuskan ide usaha ini. Semua itu dimulai dari kisah pahit seorang nelayan dan Anak Buah Kapal (ABK) asal Cimaja Palabuhanratu tersebut.
"Tahun 1988, saya terdampar di lautan Australia. Saat itu perahu saya mengalami kerusakan mesin. Dan di tengah lautan saya dan nelayan lain bertemu sebuah kapal Taipong asal Filipina dan kami semua diselamatkan dan dibawa ke Filipina oleh kapal tersebut," ungkap Baden kepada sukabumiupdate.com, Selasa (26/3/2019).
Setelah bertemu dengan pihak kedutaan Indonesia di Filipina, seluruh ABK dipulangkan. Namun nasib berkata lain, di perjalanan menuju bandara, ia bertemu dengan seseorang yang berasal dari Jakarta yang sudah menetap di Filipina.
ADVERTISEMENT
Orang tersebut mengaku bekerja di sebuah pabrik bakso ikan. Meski saat itu bakso ikan terbilang asing di telinga Baden, tapi justru menarik keingintahuannya dan ia pun memutuskan untuk ikut bekerja selama 18 bulan di pabrik tersebut.
"Bakso ikan saat itu terbilang baru di Jawa Barat, bahkan di Indonesia pun belum cukup dikenal. Dengan modal ilmu yang saya dapat dari Filipina itu saya memberanikan diri untuk membuka kios bakso di daerah Palabuhanratu, lalu pindah ke Sukabumi. Pada 1993 saya memutuskan pindah dan membuka pabrik di Bandung," ungkap Baden.
Bandung dipilihnya karena sangat strategis untuk mengembangkan sayap usahanya. Benar saja, dengan kegigihan Baden, usahanya tersebut berkembang dan memiliki cabang usaha hingga Lampung.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih 1.000 gerobak bakso ia miliki dengan ribuan karyawan. Tak hanya itu, dari usahanya itu Baden mendapatkan omzet yang sangat fantastis. Bahkan ia sudah sering kali memberangkatkan karyawannya untuk naik haji.
"Di tahun 2005 saat masa jaya, omzet saya per hari mencapai Rp 100 juta. Namun saat ini saya kurang tahu berapa penghasilannya, karena pada tahun 2013 saya memutuskan untuk beristirahat dan menyerahkan sepenuhnya pada anak-anak saya," sambungnya.
Baden yang memiliki 10 orang anak, 18 cucu dan 3 cicit ini, memilih menghabiskan masa tuanya dengan berkebun dan tinggal di sebuah perkampungan kecil di Desa Neglasari Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi.
Ia mengatakan jika puncak kesuksesannya adalah kebahagian anak dan cucunya. Namun jiwa usaha yang ia miliki tak bisa membuatnya berhenti, beberapa usaha baru seperti usaha properti dan peternakan menjadi pengisi kesibukannya saat ini.
ADVERTISEMENT
"Jika ditanya apakah sudah sukses, saya jawab saya sudah sukses dalam kacamata dunia. Patokannya adalah anak, cucu dan orang-orang terdekat saya. Karena apa yang saya lakukan selama ini adalah untuk mereka. Saat ini saya berpikir bagaimana saya bermanfaat bagi orang lain dan mencari bekal untuk akhirat," ujarnya.